Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menyingkirkan Stigma Buruk HIV/AIDS
8 Mei 2017 8:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari KitaSetara.org tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih yang mana memudahkan informasi tersebar dengan sangat mudah. Kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami secara utuh dan benar perihal HIV dan AIDS. Padahal, pemerintah selama ini sudah berkali-kali mengadakan banyak sosialisasi kepada masyarakat terkait HIV/AIDS.
ADVERTISEMENT
Menurut Bernhard Adilaksono dari Yayasan AIDS Indonesia, masyarakat Indonesia sudah paham tentang HIV dan AIDS, hanya saja masih pada level dasar. Sedangkan untuk hal-hal yang lebih mendalam, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui.
Salah satu bentuk ketidaktahuan masyakarat tentang hal-hal mendalam perihal HIV dan AIDS di antaranya adalah anggapan bahwa HIV bisa menular melalui udara dan nyamuk. Nah, ketidaktahuan-ketidaktahuan semacam inilah yang kemudian memunculkan kekhawatiran tersendiri, sebab ia bisa memicu perilaku masyarakat untuk menjauhi para pengidap HIV dan AIDS.
Anggapan-anggapan ini kemudian tumbuh menjadi stigma yang tentu tak ramah bagi para pengidap.
Padahal perlu diketahui, bahwa HIV hanya dapat menular melalui transfusi darah, jarum tato, jarum suntik, hubungan seks tidak aman kehamilan, dan menyusui. HIV tidak dapat menular melalui interaksi hubungan sederhana seperti bersentuhan, berpelukan, bahkan berciuman.
ADVERTISEMENT
Stigma yang melekat selama ini, menurut Benhard dapat digolongkan menjadi dua: stigma karena ketidakpahaman masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) atau stigma yang muncul dari ODHA sendiri lantaran tidak paham HIV.
Salah satu tanda seseorang menyadari dan punya pengetahuan yang baik tentang HIV dan AIDS adalah ia dengan sadar mau memeriksakan diri melalui tes HIV jika ia merasa pernah melakukan hal yang berpotensi pada penularan virus HIV, misal seks bebas atau menggunakan narkoba suntik dengan penggunaan jarum yang bergantian.
Sayangnya, masih banyak orang yang berpotensi HIV tidak mau memeriksakan diri, oleh sebab takut atau malu. Padahal, seperti di artikel Kitasetara sebelumnya, proses pemeriksaan HIV adalah proses yang begitu mudah dan gratis.
ADVERTISEMENT
Nah, oleh sebab itu, penting bagi semua pihak untuk ikut berpartisipasi dalam upaya penghilangan stigma buruk HIV/AIDS ini. Mulai dari pemerintah dan pihak-pihak terkait yang harus rutin mengadakan sosialisasi perihal HIV/AIDS, masyakarat yang harus mulai aware terhadap HIV, hingga mereka yang merasa punya potensi HIV yang harus lebih berani untuk memeriksakan diri.
Sebab bagaimanapun, HIV memang hanya bisa dilawan oleh kerjasama banyak pihak.