Konten dari Pengguna

KKN UIN Walisongo Posko 17 Ikuti Tradisi Nyadran Bersama Warga Lestarikan Budaya

KKN Reguler UIN Walisongo 83 Desa Kedungboto
Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang Posko 17 Desa Kedungboto, Limbangan, Kendal.
27 Oktober 2024 10:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KKN Reguler UIN Walisongo 83 Desa Kedungboto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Makan bersama setelah pembacaan tahlilan. Foto : Robi'a ‘Ilmi Dzakiyyah/Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Makan bersama setelah pembacaan tahlilan. Foto : Robi'a ‘Ilmi Dzakiyyah/Kumparan
ADVERTISEMENT
Nyadran adalah tradisi yang dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur yang ada di suatu kelurahan atau desa. Nyadran menjadi tradisi yang dilestarikan di Dusun Kedungboto yang termasuk salah satu dusun di Desa Kedungboto, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Tradisi Nyadran di Dusun Kedungboto dilaksanakan dua kali dalam satu tahun yakni pada hari Jumat Kliwon bulan Rabi’ul Akhir dan Jumat Kliwon bulan Sya’ban. Dusun Kedungboto telah melaksanakan Tradisi Nyadran pada hari Jumat, 25 oktober 2024. Tradisi Nyadran diikuti oleh kaum adam yakni pemuda dan bapak-bapak yang merupakan warga Dusun Kedungboto. Masing-masing individu membawa bekal dari rumah berupa nasi dan lauk pauk yang akan dikumpulkan secara kolektif. Acara Nyadran dimulai dengan penataan makanan yang sudah dibawa di tempat yang sudah disediakan, lalu dilanjut dengan ziarah ke makam leluhur yaitu Yai dan Nyai Kendil Wesi. Terlepas dari fakta bahwa sejarah mencatat terdapat dua makam, namun hanya satu kijang yang ditemukan.
Makam Mbah Yai dan Nyai Kendil Wesi. Foto : Robi’a ‘Ilmi Dzakiyyah/Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Makam Mbah Yai dan Nyai Kendil Wesi. Foto : Robi’a ‘Ilmi Dzakiyyah/Kumparan
Acara dilanjutkan dengan doa bersama atau dalam Bahasa Jawa disebut dengan selametan. Para warga menuju tempat makan yang telah ditata sebelum melakukan ziarah lalu duduk secara memanjang dan berhadapan. Selametan dipimpin oleh salah satu warga dan ditutup dengan makan bersama. Semua warga yang mengikuti Nyadran menikmati makanan yang sudah dibawa dari rumah dengan berbagi satu sama lain. Suasana hangat sungguh terasa di tengah-tengah warga, obrolan dan cerita mengenai berbagai hal dalam kehidupan juga menambah kesan harmonis yang tercipta. Tradisi ini harus terus dilestarikan sebagai upaya meneruskan tradisi dari para leluhur dan meningkatkan hubungan baik sesama warga.
ADVERTISEMENT