Hangatnya Galungan, Bukti Toleransi Umat Beragama di Desa Wonomerto

KKNT MBKM 92 WONOMERTO
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur DPL : Kusuma Wardhani Masudah. S.Si., M.Si PIC : Hasri Magfirotin Nisa
Konten dari Pengguna
8 Juni 2022 19:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KKNT MBKM 92 WONOMERTO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dokumen Pribadi Kelompok 92
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumen Pribadi Kelompok 92
ADVERTISEMENT
Jombang/07/06/2022 - Indonesia merupakan Negara multikultural dengan berbagai keragaman antara lain suku, ras, bahasa, budaya dan juga agama. Keberagaman ini merupakan asset Bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dirawat bersama. Keberagaman dalam beragama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Sehingga setiap umat beragama mempunyai kewajiban untuk mengakui sekaligus menghormati agama lain tanpa membeda-bedakan. Di Indonesia ada beberapa macam agama yaitu Islam, Kristen, Katholik, Buddha, Konghucu, dan Hindu. Dengan berbagai macam agama ini tentunya mempunyai ketentuan dan cara ibadah nya masing- masing. Oleh karena itu, toleransi sangat penting untuk diterapkan di lingkungan masyarakat. Toleransi adalah sikap saling menghargai atau tenggang rasa terhadap sesama manusia. Dan dengan adanya sikap toleransi, melarang kita untuk tidak menghina atau mendiskriminasi suku, agama, maupun ras sesama kita.
ADVERTISEMENT
Sikap toleransi bisa kita lihat dalam aspek beragama. Toleransi antar umat beragama sering kita temui di kalangan masyarakat. Toleransi beragama ini memunculkan sikap saling menghormati bagi pemeluk agamanya masing-masing. Seperti yang ada di Desa Wonomerto. Pada hari Selasa, 7 Juni 2022 pukul 19.00 bertempat di Pura Giri Pacaringan Desa Wonomerto, masyarakat yang beragama Hindu melakukan perayaan di malam Hari Raya Galungan. Mereka dapat beribadah dengan aman, tenang, dan juga nyaman karena masyarakat sekitar yang beragama non Hindu menghargai dan tidak membuat kegaduhan disaat mereka sedang beribadah. “Walaupun di Desa Wonomerto ini hanya ada 12 KK yang tercatat sebagai Umat Hindu, nyatanya kami tidak merasa seperti terkucilkan disini. Dulu ada kurang lebih 30 KK. Jadi berkurang karena faktor menikah dengan orang yang beda agama juga,” ucap Mangku Isman yang saat itu memimpin sembahyang.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa KKNT MBKM Kelompok 92 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur saat itu juga berkesempatan untuk menghadiri acara malam Hari Raya Galungan dan merasakan kehangatan dari adanya perbedaan ini. Walaupun kami berbeda agama tetapi mereka menyambut kedatangan kami dengan sangat ramah. Hari Raya Galungan diperingati setiap 6 bulan sekali dalam penanggalan Bali. Dalam kalender Bali, satu bulan terdiri dari 35 hari. Galungan jatuh pada Rabu Kliwon. Istilah khusus untuk menyebut hari itu adalah Budha Kliwon Dungulan atau hari Rabu Kliwon dengan wuku Dungulan, yang bermakna: hari kemenangan dharma (kebenaran) atas adharma(kejahatan). (K_92)
Penulis : Kelompok 92 KKNT MBKM Universitas Pembangunan Nasioanal "Veteran" Jawa Timur
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) : Kusuma Wardhani Mas'udah, S.Si, M.Si
ADVERTISEMENT
Person In Charge (PIC) : Hasri Maghfirotin Nisa. S.Sos