Konten dari Pengguna

Mengenal Lebih Dalam Kehidupan Moderasi Beragama

kkndaringuinsu143
Untuk memenuhi tugas KKN DR UIN SU
14 Agustus 2020 15:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari kkndaringuinsu143 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah Negara dengan berjuta-juta keberagaman, seperti suku, ras, golongan, adat istiadat, bahasa, budaya, dan agama. Kehidupan keberagaman masyarakat Indonesia memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dari keberagaman dalam kehidupan masyarakat adalah betapa banyak dan kayanya potensi masyarakat Indonesia yang bisa memajukan bangsa apabila keberagaman ini menjadi satu, bersatu demi NKRI. Dampak negatif dari keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat ialah munculnya konflik-konflik atau perpecahan antar bangsa yang disebabkan oleh keberagaman atau perbedaan. Meskipun Indonesia tergolong Negara damai, nyatanya ada saja konflik-konflik yang terjadi karena perbedaan atau keberagaman.
ADVERTISEMENT
Hal yang terbilang sering dan sensitif ialah permasalahan agama. Ada banyak konflik keagamaan yang terjadi di Indonesia seperti konflik Poso, konflik Tanjung Balai, konflik Sampang, konflik Papua, dan konflik-konflik keagamaan lain. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat dalam memahami kehidupan moderasi beragama.
Dalam kehidupan beragama ada dua kutub ekstrim, yakni ekstrim kanan dan ekstrim kiri. Ektrim kanan adalah sekelompok orang yang cenderung fokus pada teks keagamaan dan mengabaikan konteks, sedangkan ekstrim kiri sebaliknya yakni cenderung mengabaikan teks keagamaan dan fokus pada konteks.
Ekstrim Kanan
Ekstrim kanan ditandai dengan tiga hal, yaitu:
1. Puritanisme
Puritanisme agama yang berasal dari kata pure, berarti murni. Setelah wafatnya nabi Muhammad saw muncullah kaum khawarij yang ingin memurnikan ajaran agama Islam, kembali pada kemurnian ayat al-qur’an dan hadist nabi. Seiring berjalannya waktu, meskipun khawarij sudah hilang akan tetapi pemahaman mereka masih tampak pada beberapa kalangan masyarakat. Mereka yang memiliki paham puritanisme atau puritan ingin mengembalikan ajaran agama kepada ajaran yang murni, islamisasi dan arabisasi. Alhasil, semua kegiatan agama yang berkolaborasi dengan adat-istiadat, tradisi, dan budaya adalah haram atau salah, harus dihapuskan, seperti tahlilan, ziarah kubur, nyadran, shalat hajat bersama bid’ah, maulid nabi bid’ah, dan lain-lain. Mereka selalu menyuarakan semua yang tidak seperti nabi akan masuk neraka bahkan hal-hal kecil pun harus sama seperti nabi seperti posisi tidur, berpakaian, cara berjalan, cara memandang, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
2. Takfiri
Takfiri yang berarti senang mengkafir-kafirkan. Satu tingkat di atas puritanisme. Implikasi dalam kehidupan bermasyarakat seperti, orang-orang yang nasionalis kafir, orang yang pancasilais kafir, demokrasi kafir. Dari sinilah terbentuknya fenomena fundalisme dan radikalisme.
3. Terorisme
Dalam Al-Qur”an banyak membicarakan ayat tentang jihad dan banyak juga tentang kedamaian.
• Ayat 1 tentang Jihad : Qs. At-Tahrim [66] : 9
Artinya:
“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka jahannam dan itu seburuk-buruknya kembali,” (Qs. At-Tahrim [66] : 9).
• Damai : Qs. Al-Mumtahanah [60] : 8
Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik dan beerlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi karena agama dan tidak pula mengusirmu dalam negerimu, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil,” (Qs. Al-Mumtahanah [60] : 8).
ADVERTISEMENT
Ali Mustafa Yaqub, ahli hadist Indonesia dalam bukunya Islam between War and Peace menjelaskan jika seseorang hanya memahami ayat jihad secara lafdzi (tekstual) saja tanpa mempertimbangkan kondisi sosial, lalu diterapkan dalam kehidupan masyarakat yang damai, maka dia akan menjadi kaum ekstrim (kanan) dan teroris. Kesalahpahaman inilah yang menyebabkan adanya aksi teroris.
Pada ayat satu (jihad), perintah Allah untuk memerangi orang kafir dan munafik berlaku tatkala dalam kondisi peperangan tidak dalam kondisi damai, begitu pula ayat selanjutnya (damai), kebolehan berbuat baik dan adil kepada non muslim adalah dalam kondisi damai bukan dalam kondisi peperangan. Kedua ayat tersebut harus diletakkan pada porsinya masing-masing. Dengan begitu, aksi teroris atau kekerasan lainnya tidak aka nada dalam kehidupan bermasyarakat yang damai.
ADVERTISEMENT
Ekstrim Kiri
Ekstrim kiri yaitu liberalisme yakni suatu paham yang mengutamakan kebebasan tanpa harus terikat dengan aturan-aturan keagamaan. Kebebasan dalam segala aspek, aspek sosial, politik, ekonomi, agama, dan aspek-aspek lainnya. Liberalisme merupakan sisi lain dari sekularisme, yakni memisahkan antara urusan negara dengan urusan agama. Semua orang memiliki kemerdakaan individu dalam kehidupannya tanpa dicampuri agama misal kebebasan dalam memilih agama atau tidak, kapitalisme, bebas melakukan apa pun seperti pesta, minum alkohol, free sex, dan lain-lain.
Moderasi Beragama
Berdasarkan penjelasan di atas, sikap moderat sangat diperlukan demi kehidupan yang damai. Moderat artinya seimbang, bertindak adil, tidak ekstrim dalam praktik beragama, menghindari perilaku dan pengakuan yang bersifat ekstrim. Dari sini dapat disimpulkan bahwa moderasi beragama adalah sikap, cara pandang, dan perilaku beragama yang selalu mengambil posisi di tengah-tengah.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana yang dikatakan gerakan moderasi beragama? Seperti apa implikasi orang-orang moderat?
Gerakan moderasi beragama adalah orang-orang yang berpegang teguh pada kebenaran dengan memiliki tiga sikap moderat yakni:
1. Tasamuh atau toleransi terhadap segala perbedaan agama dan perbedaan lain,
2. Tawassuh dan i’tidal berpegang pada keadilan, dan
3. Tawazun atau seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat.
Ada banyak sekali kasus kebencian yang mengatasnamakan agama. Tentu ini bukan salah agama melainkan salahnya pemahaman para pengikut agama. Agama selalu mengajarkan setiap umatnya untuk selalu berbuat baik, baik itu Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindu, dan lain-lain. Adanya kesadaran moderasi beragama pada setiap individu maka kehidupan antar masyarakat beragama akan damai tanpa adanya berita aksi kekerasan atas nama agama, penudingan, terror, bom bunuh diri, pengeboman suatu gereja atau masjid, pelarangan untuk beribadah, dan hal-hal semacamnya. Oleh karena itu, sebagai bangsa Indonesia yang tumbuh dengan keberagaman sudah seharusnya kita bertoleransi dengan segala aspek keberagaman khususnya keberagaman pemeluk-pemeluk agama. Karena tugas generasi kita adalah mewariskan toleransi bukan kekerasan, Ridwan Kamil.
ADVERTISEMENT
KKN DR Kelompok 143 Tahun 2020
UIN Sumatera Utara