Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengunjungi Pembudidaya Lele, Wahyu: Mahasiswa Diharapkan Memberi Dampak Positif
9 April 2022 12:29 WIB
Tulisan dari KKN Probolinggo 117 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Probolinggo – Selasa (29/03) Mahasiswa KKNT MBKM 117 melakukan kunjungan ke UMKM budidaya lele milik Ibu Luluk pada Jumat (25/3) yang berlokasi di Desa Legundi, Kecamatan Bantaran, Kabupaten Probolinggo. Usaha ini ditekuni oleh Ibu Luluk bersama suaminya mulai dari tahun 2017.
ADVERTISEMENT
Dalam membudidayakan ikan lelenya, Ibu Luluk menggunakan kolam terpal sebagai medianya. Penggunaan kolam terpal dipilih karena dirasa lebih hemat dan juga mudah saat membersihkannya.
"Kita memilih pakai kolam terpal ini karena harganya jauh lebih murah dan untuk membersihkannya kita hanya perlu mengeringkan kolam kemudian kotoran seperti lumut tinggal kita kupas saja, ya intinya sangat mudah dan tidak perlu tenaga yang besar." tutur Ibu Luluk.
Total Ibu Luluk memiliki lima buah kolam terpal dan kelima kolam tersebut diperuntukkan untuk ukuran ikan lele yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan usia dan terkadang disesuaikan ukuran dari ikan. Ketika bibit baru ditebar ukuran ikan relatif akan sama. Namun seiring berjalannya waktu, ukuran ikan lele bisa menjadi berbeda-beda dan penyortiran ukuran pun harus dilakukan. Untuk membantu proses penyortiran ini, Ibu Luluk telah memiliki alat bantu berupa ember yang dilubangi sesuai dengan standar ukuran yang dikehendaki.
ADVERTISEMENT
Dikarenakan kesulitan modal yang dialami Ibu Luluk, untuk saat ini hanya terdapat tiga kolam yang diisi dengan ikan sedangkan yang dua lagi tidak.
"Sejujurnya saya ingin untuk menggunakan semua kolam yang ada karena kondisi seperti ini dirasa tidak efektif. Kalau semua kolam diisi dengan ikan yang berbeda-beda usianya, tentu proses budidaya ini akan terus berkesinambungan" ujar Ibu Luluk.
Untuk urusan pemberian pakan, Ibu Luluk menggunakan pakan berupa pelet buatan sendiri dengan jenis PF750. Ibu Luluk menuturkan bahwa dulu usahanya ini pernah menggunakan pelet buatan pabrik dan hasilnya ikan lele dapat dipanen lebih cepat. Namun untuk saat ini, dikarenakan kekurangan modal, Ibu Luluk terpaksa memilih menggunakan pelet racikan sendiri.
Masa pertumbuhan lele yang dibudidayakan oleh Ibu Luluk ini kurang lebih selama 4 bulan hingga masa panen. Ketika masa panen tiba, Ibu Luluk umumnya menjual lelenya secara eceran namun tidak menutup kemungkinan untuk menjualnya secara besar (grosir). Target pasar dari usaha ini adalah pedagang di Pasar Bantaran dan warga sekitar rumah. Untuk per kilonya, Ibu Luluk mematok harga Rp18.000 namun untuk pembelian secara besar-besaran bisa dipotong Rp1.000 per kilonya.
ADVERTISEMENT
Ibu Luluk juga menyampaikan keluh kesahnya selama membudidayakan ikan lele mulai dari bibit lele yang rentan untuk mati saat baru disebar hingga kekurangan modal yang mengharuskan beliau untuk membuat pakan pelet sendiri untuk lelenya. Dampak dari penggunaan pelet buatan sendiri ini adalah lebih lamanya waktu yang dibutuhkan ikan untuk bisa mencapai umur panennya.
Ketika diwawancarai mengenai inovasi apa saja yang telah dilakukan oleh Ibu Luluk, beliau mengatakan sejauh ini baru hanya mengolah ikan lele sampai dengan proses di "ungkep" saja.
"Kita terbatas di pengetahuan dan rasanya cukup sulit untuk mengembangkan inovasi untuk usaha ini dengan keterbatasan tidak punya keterampilan membuat olahan lele ini"
“Usaha budidaya lele ini sangat potensial untuk dikembangkan. Dilihat dari ketersediaan kolam yang sudah baik, seharusnya bisa lebih banyak lagi jumlah ikan yang dapat dibudidayakan. Selain itu, teman-teman kelompok 117 juga dapat menggali potensi dari pengolahan daging ikan lele ini menjadi makanan seperti abon lele. Intinya kelompok 117 diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi usaha ini” tutur M.Wahyu, ketua kelompok 117.
ADVERTISEMENT