Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Harapan Adalah Bahan Bakar Hidup
21 Juni 2023 21:12 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Khardi Ansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Harapan adalah bahan bakar hidup.
Ilustrasi di atas adalah contoh harapan dari orang tua untuk anaknya diambil dari kebanyakan yang terjadi di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai harapan, siapa sih yang dalam hidupnya ga punya harapan? Kalo ada orangnya berarti hidupnya ga asik banget. Bahkan orang yang ingin bunuh diri punya beberapa harapan, salah satunya, mungkin terbebas dari hidup yang menurutnya sudah tidak layak dipertahankan. Toh, tentu mereka yang bunuh diri tidak asal memutuskan bunuh diri dengan begitu saja, mereka pun sudah berpikir secara keras. Jika tanpa harapan mana mungkin mau mengorbankan hidupnya, dan merasakan sakitnya melakukan bunuh diri.
Setiap manusia hidup dengan harapan. Orang tertidur, lalu terbangun. Kemudian beraktifitas dan mempunyai harapan untuk hidup yang sekecil-kecilnya membahagiakan diri sendiri. Yang makan berharap dapat kenyang, yang puasa berharap dapat berkah. Yang jomblo berharap dapat pacar.. Ehh
ADVERTISEMENT
Kenapa manusia mempunyai harapan?
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, dari ilustrasi di atas sebelum kelahiran pun sudah disambut dengan harapan meskipun itu dari orang lain. Hubungan harapan dengan manusia sebagai makhluk sosial adalah ketika harapan secara tidak sadar dibentuk dari lingkungan sosial di mana dia tumbuh (Kalo ga percaya coba deh pikirin).
Ini yang sebenarnya cukup kontradiktif dalam kehidupan, seseorang mengatakan yang ia miliki adalah harapan sendiri, bebas mengejar harapannya. Padahal, secara tidak langsung ia terpenjara dari harapan orang lain atau lingkungan sosialnya tersebut. Jika harapan tidak terealisasi maka hidup menjadi stress, menderita, kecewa, dsb. Salah satu alasannya adalah takutnya stigma dari orang lain atau lingkungan sosialnya. Bagaimana dikatakan bebas jika ia dipenjara?
ADVERTISEMENT
Harapan adalah satu elemen tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari kelahiran, pendidikan, karier, hingga hubungan interpersonal, harapan selalu hadir sebagai pendorong dan penggerak. Setiap individu, entah itu yang sedang tertidur, baru bangun, atau tengah beraktivitas, memiliki harapan-harapan yang memenuhi pikirannya. Harapan tersebut dapat bervariasi, mulai dari keinginan yang sederhana hingga ambisi yang besar. Mengapa manusia memiliki harapan? Jawabannya melibatkan sifat sosial manusia dan pengaruh lingkungan sosial terhadap pembentukan harapan.
Sejak awal kehidupan, harapan telah ada. Ketika sepasang calon ayah dan ibu menantikan kelahiran anak mereka, harapan tumbuh dalam hati mereka. Mereka berharap agar kelahiran anak mereka berlangsung dengan selamat dan anak tersebut dapat tumbuh menjadi individu yang normal dan sehat. Ketika anak itu tumbuh dan memasuki masa pendidikan, harapan orang tua berkembang lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Mereka berusaha agar anaknya dapat mencapai prestasi baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Prestasi anak yang gemilang merupakan sumber kebanggaan bagi setiap orang tua. Seiring berjalannya waktu, harapan-harapan orang tua pun terus berkembang, mencakup berbagai hal yang diinginkan untuk kebahagiaan anak mereka.
Ilustrasi di atas mencerminkan harapan-harapan yang umum terjadi di masyarakat. Hampir setiap individu memiliki harapan-harapan yang menjadi motivasi dan tujuan dalam hidupnya. Bahkan orang yang mungkin berada dalam titik terendahnya, yang sedang berjuang melawan depresi atau bahkan mempertimbangkan untuk mengakhiri hidup, memiliki beberapa harapan yang mendorong mereka.
Salah satu harapan yang mungkin ada dalam pikiran mereka adalah untuk terbebas dari kondisi hidup yang mereka anggap tidak layak dipertahankan. Meskipun dalam keadaan yang putus asa, keputusan mereka untuk bunuh diri bukanlah keputusan yang sembarangan. Mereka telah melalui pertimbangan yang sulit, dan harapan-harapan tersebut mungkin menjadi alasan mengapa mereka rela mengorbankan hidup mereka dan menghadapi rasa sakit.
ADVERTISEMENT
Manusia, sebagai makhluk sosial, sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Sejak lahir, harapan-harapan yang muncul dalam diri seseorang tidak hanya hasil dari pikiran individu itu sendiri, tetapi juga tercermin dari pengaruh lingkungan di sekitarnya.
Harapan-harapan ini secara tidak sadar terbentuk dan dibentuk oleh norma dan nilai yang berlaku dalam lingkungan sosial yang mereka tumbuh dan berkembang di dalamnya. Ini menciptakan situasi yang kontradiktif dalam kehidupan, di mana seseorang mengeklaim memiliki harapan-harapan mereka sendiri dan kebebasan untuk mengejar mereka, tetapi pada saat yang sama terjebak dalam harapan-harapan orang lain atau lingkungan sosial mereka. Hal ini dapat menghasilkan tekanan dan keterbatasan dalam mencapai harapan-harapan yang sesuai dengan nilai dan keinginan pribadi.
Ketika harapan-harapan tidak terpenuhi, kehidupan seseorang dapat menjadi penuh stres, penderitaan, kekecewaan, dan lain sebagainya. Salah satu alasan utama adalah takut akan stigma dari orang lain atau lingkungan sosialnya. Ketakutan ini dapat membatasi kemampuan seseorang untuk mengejar harapan-harapan yang autentik dan sesuai dengan dirinya. Bagaimana mungkin bisa dikatakan bahwa seseorang bebas jika mereka merasa terpenjara oleh harapan-harapan orang lain?
ADVERTISEMENT
Penting untuk memahami bahwa harapan-harapan yang tidak tercapai atau menjadi sumber stres, penderitaan, dan kekecewaan bukanlah akhir dari segalanya. Dalam hidup, kita perlu memilah-milah harapan-harapan kita dengan bijaksana. Terkadang, harapan-harapan yang tidak terpenuhi bisa dianggap sebagai "sampah" dari harapan. Namun, hal yang paling penting adalah kita mampu mengisi ulang harapan-harapan tersebut.
Harapan menjadi bahan bakar dalam hidup. Meskipun harapan-harapan tertentu hilang atau tidak terwujud, kita masih memiliki kemampuan untuk menciptakan harapan-harapan baru. Hidup adalah perjalanan yang terus bergerak maju, dan setiap fase membawa peluang dan potensi baru. Ketika kita menghadapi stres, penderitaan, atau kekecewaan akibat harapan yang tidak tercapai, ada banyak solusi yang dapat diambil. Beberapa di antaranya adalah pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan diri.
ADVERTISEMENT
Pengetahuan. Dengan meningkatkan pengetahuan kita tentang diri sendiri, nilai-nilai, dan minat kita, kita dapat mengarahkan harapan-harapan kita ke arah yang lebih realistis dan sesuai dengan diri kita. Selain itu, pengalaman juga memberikan pembelajaran berharga. Melalui pengalaman hidup, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang apa yang kita inginkan, bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana menghadapi kegagalan atau rintangan yang mungkin muncul.
Kemampuan dalam diri individu juga memainkan peran penting dalam menghadapi harapan yang tidak terpenuhi. Setiap individu memiliki keahlian, bakat, dan potensi unik yang dapat dikembangkan dan digunakan untuk mencapai harapan-harapan mereka. Dengan mengasah kemampuan kita, kita dapat meningkatkan peluang untuk mencapai tujuan dan harapan-harapan yang kita impikan.
Di akhir, harapan adalah hal yang penting dalam kehidupan manusia. Namun, penting juga untuk menyadari bahwa harapan-harapan yang tidak terpenuhi atau terlalu terikat pada harapan orang lain atau lingkungan sosial dapat menjadi beban dan membatasi kebebasan individu.
ADVERTISEMENT
So, yang masih menderita karena harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan untuk apa lagi menderita. Lagi pula adalah hal sia-sia jika menderita karena orang lain. Ingat kata Sartre “orang lain adalah neraka”. Tetap, merdekakan diri dengan harapan-harapan yang lebih baru. Dari Harapan Baru, menuju Harapan Indah, lalu ke arah Harapan Jaya (ehh.. ini mah nama daerah di Bekasi).