Behind the scene film Kuburan Berjalan

Di Balik Layar Kuburan Berjalan (1)

Amer Bersaudara
Amer Bersaudara, Duo Kebangkitan Film Kelas B yang Dobrak Pakem Kewarasan. -akbarjourney
17 Februari 2022 12:41 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duo Amer Bersaudara, Azzam Fi Rullah dan Alzein Putra Merdeka, kembali lagi dengan film terbaru mereka Kuburan Berjalan. Sutradara yang punya "spesialisasi" di film kelas B ini sebelumnya pernah sukses menyabet penghargaan Best Thriller di LA Underground Film Forum lewat film Goyang Kubur Mandi Darah.
Sama seperti film sebelumnya, Kuburan Berjalan juga menawarkan sensasi horor ala film era 2000-an dengan humor absurd yang bakal bikin geleng-geleng kepala. Enggak main-main, untuk bisa menampilkan kesan "jadul", Amer Bersaudara sengaja menggunakan kamera khusus Digital8.
Apa saja sih tantangan dalam membuat film ini? Dari mana datangnya ide cerita Kuburan Berjalan? Apa saja keseruan di balik layarnya? Yuk simak obrolan santai kumparan dengan Azzam dan Deka pada Desember 2021 lalu di bawah ini.
Azzam Fi Rullah dan Alzein Putra Merdeka dalam sebuah talkshow. Foto: Amer Bersaudara/Kolong Sinema

Halo Mas Azzam dan Mas Deka. Lagi pada sibuk apa nih setelah selesai menggarap Kuburan Berjalan?

Deka: Ya kalau aku sehari-hari kan kerja di sebuah studio komik, ya. Ini lagi ngerjain satu komik horor, kok belum kelar-kelar (ketawa).
Azzam: Kalau aku juga sama. Aku sama Mas Deka juga ada proyek bikin komik juga. Ngomong-ngomong Mas Deka, ini udah ada target belum kelarnya kapan? Lho kok aku malah nanya di sini hahaha.

Semoga lancar deh proyek komiknya. Nah ngomongin soal Amer Bersaudara, ini kan identik dengan B movies. Kenapa sih milih kelas B? Apa enggak takut terlalu niche?

Azzam: Kalau dibilang niche sih iya. Mungkin kalau aku bilang itu itungannya indie kali ya, film indie. Bahkan di kalangan indie, ya harus dibilang ini kontennya sangat segmented. Aku sama Mas Deka lewat Kolong Sinema punya semacam agenda penyebaran ajaran sesat film kelas B gitu kan. Maksudku, karena kita landasannya emang dari passion ketimbang nyari penonton sebanyak-banyaknya. Kita juga pengen filmnya ditonton banyak orang, tapi yang penting berkarya dari hati dulu lah, cailah.
Deka: Sama. Kami juga percaya itu. Kayak, ketimbang bikin sesuatu yang berusaha appeal semua orang atau yang sangat luas gitu, mending orangnya yang emang beneran suka. Bukan kayak, "oh ini lagi tren, nih" kayak gitu. Jadi bukan berusaha untuk nyenengin semua orang gitu.

Oke, jadi yang penting berangkat dari lubuk hati terdalam dulu ya saat membuat karya

Deka: Bakal ketemu penontonnya juga sih abis itu. Dan ini kan irisannya juga lumayan. Misalnya, yang suka komedi absurd bakal suka, yang suka "horor beneran" gitu juga insyaAllah bakal suka. Irisan-irisannya masih ada buat penonton yang umum gitu.
Behind the scene film Kuburan Berjalan. Foto: Amer Bersaudara/Kolong Sinema

Ngomongin soal ide nih, sebenernya ide Kuburan Berjalan ini dari mana sih? Apalagi setannya kan ikonik banget tuh

Azzam: Yang penting sih sutradaranya mesti jelek dulu hahaha baru bisa kepikiran ide yang aneh-aneh. Sebenarnya ide ini udah lama banget, sekitar 2019 apa 2020. Aku inget banget ngobrol sama Mas Deka soal ide ini. Awalnya kita tuh mau bikin semacam creature gitu, apa ya istilahnya?
Deka: Kalau pernah lihat di internet ada siren head, atau monster-monsternya creepypasta kayak slenderman gitu.
Azzam: Nah awalnya aku pengen bikin makhluk kayak gitu, tapi dengan keafiran lokal. Kalau slenderman kan emang urban legend yang terlalu western ya. Aku ingin bikin yang sangat lokal, sangat melayu, sangat-sangat Islam, yang dekat dengan budaya kita. Jadi kupikir, gimana kalau hantunya kepalanya nisan. Kan ini konsepnya kuburan tapi di dalam badan manusia.

Butuh berapa lama sih buat produksinya?

Azzam: Kalau ide sama naskahnya kan udah ada, jadi ini bener-bener nunggu duit turun terus kita belanja, bikin properti dan segala macam. Apalagi waktu itu kita nanya, ada evaluasi naskah apa gimana? Terus dari pihak kumparan kan ngasih kita kebebasan penuh. Kita makasih banget karena dikasih kebebasan penuh mulai dari naskah sampai ke pemilihan kamera. Ini tuh kayak dreams comes true buat aku dan teman-teman yang lain.
Karena soal naskah enggak ada evaluasi, jadi memang proses pra-produksi itu benar-benar dari desain. Itu Mas Deka yang desain, (lalu nanya), "ini gimana Mas Azzam desain dasarnya?" Terus kita diskusi, lalu langsung pesen properti segala maca.
Jadi kayaknya sih dari Oktober ya. Kita syuting dua hari, ambil di weekend di pertengahan November, abis itu ngedit sampai Desember. Sekitar tiga bulan lah. Cuma waktu itu aku sempat lama di Pekanbaru, jadi emang tunggu-tungguan sama akunya. "Ayo pulang, Zam, baru bisa produksi." Gitu.
Behind the scene film Kuburan Berjalan. Foto: Amer Bersaudara/Kolong Sinema

Ada tantangan apa aja nih selama proses produksi?

Azzam: Karena kita sok retro ya, kita sempat ada kesulitan saat mengoperasikan Digital8 hadiah ulang tahu dari sahabatku. Pas kita test cam, terus kita convert kasetnya, kok ada glitch segala macam. Kita tanya ke orang-orang, ada yang bilang itu kotor dalamnya. Jadi kita benar-benar mempelajari si kamera ini biar pas syuting optimal gitu. Dan akhirnya kita akali dengan cara kita syuting pakai Digital8 dan handycam Sony tahun 2012-an. Jadi kalau misalnya ada masalah sama Digital8, bisa ditimpa pakai handycam.
Deka: Selain nyoba-nyoba itu, kita juga sempet ketipu segala.
Azzam: Oh iya! Kita banyak banget ditipu. Ya Allah itu banyak banget! Beneran banyak.

Wah seru tuh. Ketipu gimana nih?

Azzam: Kita kan settingnya 2008 ya. Jadi kita banyak banget belanja di tempat-tempat yang shady gitu buat nge-press bujet.
Deka: Kita kan butuh handphone lama. Terus kita beli di mana itu?
Azzam: Di Facebook marketplace, terus profil sellernya tuh ada tulisan "InsyaAllah amanah." Yaudah kita belanja di situ kan, awalnya dua handphone. Terus ternyata yang satu baterainya kosong, terus kita kayak, "waduh kenapa gini ya?" Yang satu lagi ada baterainya, tapi harus di-charge pakai charger kodok. Eh ternyata masih enggak bisa. Kita tanya ke seller-nya, "Mbak ini kenapa mati ya?" Terus seller-nya nanya, "udah dicoba pakai casan kodok?" (Kita jawab) "udah." Eh langsung diblok. Bener-bener deh.
Deka: Akhirnya handphone yang nyala jadi cuma dua doang, itu ada yang pakai mockup juga ujung-ujungnya.
Behind the scene film Kuburan Berjalan. Foto: Amer Bersaudara/Kolong Sinema

Pernah enggak dihantui sama setan bikinan sendiri?

Azzam dan Deka: Hahaha (ketawa)
Deka: Kayak di mimpi gitu ya?
Azzam: Untungnya sih karena hantu batu nisan ini fiktif banget, jadi enggak mungkin dihantui. Tapi Mas Deka mungkin ada pengalaman kesurupan?
Deka: Hahaha, enggak ada. Setiap ada film horor gitu kan biasanya ada gimmick-gimmick yang waktu di lokasi ada kesurupan beneran lah, ada penampakan lah, tapi kami itu enggak pernah gitu. Jadi walaupun syuting horor terus, tapi enggak pernah punya pengalaman horor.
Azzam: Oh tapi ada itu waktu di set, kita kan nginep di vila ramai-ramai, ada kru sama cast juga. Tiba-tiba tengah malam dari lantai dua salah satu kru teriak kenceng banget. Semua orang kebangun terus jadi hectic kan, "kenapa nih? Kenapa nih?" Ternyata cuma mengigau. Kebayang kan gimana? Hahaha.

Oke terakhir nih. Kasih pesan dong buat penonton Kuburan Berjalan

Deka: Langganan kumparanplus biar bisa nonton berkali-kali. Sama nontonnya kalau bisa jangan sendirian. Ramai-ramai biar lebih seru.
Azzam: Selama nonton mungkin coba tinggalin logikanya dulu. Jadi pas nonton enggak usah, ya gini, ya gitu. Enggak usah. Emang filmnya enggak masuk akal kok. Udah tonton aja ya.
Behind the scene film Kuburan Berjalan. Foto: Amer Bersaudara/Kolong Sinema
---------
Tonton film Kuburan Berjalan karya Amer Bersaudara dari Kolong Sinema eksklusif di kumparanplus.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten