Konten dari Pengguna

Gen Z Takut Jauh dari Gadget? Bisa Jadi Itu Nomophobia

Komang Genta Ayu Saraswati
Mahasiswi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya
13 April 2023 6:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Komang Genta Ayu Saraswati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak main gadget. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak main gadget. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Era digital merupakan era yang paling erat kaitannya dengan generasi Z atau individu yang lahir sekitar tahun 1995-2010 (Christiani & Ikasari, 2020). Bayangkan saja segala aktivitas yang generasi ini lakukan dapat terselesaikan dengan teknologi seperti bekerja, sekolah, memesan makanan, dan berbagai aktivitas harian lainnya.
Terlahir di era teknologi juga membuat generasi ini mudah mengaksesnya mulai dari komputer atau bahkan hanya sekadar telepon genggam yang tak bisa lepas dari genggaman. Eratnya hubungan antara individu dengan teknologi ini sangat jelas terlihat pada aktivitas pribadi, bayangkan saja banyak individu dibangunkan dengan teknologi seperti alarm, atau saat membuka mata pertama kali langsung berkoneksi dengan telepon genggamnya.
Sayangnya, keterikatan generasi z pada teknologi ini membuat mereka kerap tidak mampu mengontrol dirinya sehingga kecenderungan untuk tidak bisa lepas sering terjadi. Kegagalan dalam mengontrol diri ini membuat munculnya berbagai fenomena seperti gangguan kesehatan mental yang baru-baru ini mencuat yaitu Nomophobia atau No-Mobile-Phone-Phobia. Apakah kalian pernah mendengar istilah ini sebelumnya?
ADVERTISEMENT

Apa Itu Nomophobia?

Ilustrasi phubbing, kebiasaan mengobrol sambil main gadget. Foto: Shutterstock
Phobia merupakan hal yang sering kita dengar bukan? Dalam fenomena keseharian kita kerap menemui individu dengan phobianya masing-masing bahkan mungkin salah satu dari kita juga memiliki phobia terhadap hal atau situasi tertentu.
Nomophobia merupakan gangguan yang masih berada di bawah payung phobia. Phobia merupakan ketakutan terhadap objek atau individu tertentu yang tidak sebanding dengan bahaya sebenarnya (Grison & Gazzaniga, 2019). Sehingga nomophobia sebenarnya adalah kondisi psikologi ketika individu merasa kehilangan kontak atau jauh dari smartphone. Nomophobia dijelaskan sebagai ketakutan modern untuk gagal berkomunikasi melalui internet atau smartphone (King & Nardi, 2013).
Nomophobia disebut sebagai phobia situasional yaitu salah dari keempat jenis phobia spesifik yang dipercayai dan terdapat pada DSM-IV dan DSM V (Yildirim, 2014). Nomophobia juga kerap disandingkan dengan kecanduan terhadap internet yang saat ini banyak dijumpai pada generasi z. Namun bagaimana nomophobia itu sendiri sebenarnya berkembang? Apakah benar generasi z banyak mengidap nomophobia?
ADVERTISEMENT

Bagaimana Nomophobia Berkembang pada Generasi Z?

Ilustrasi memotret makanan dengan gadget. Foto: Chaay_Tee/Shutterstock
Nomophobia memiliki kecenderungan untuk dialami remaja generasi Z karena generasi ini terlahir di era digital dengan rangkaian teknologi yang mumpuni sehingga teknologi bisa dikatakan sudah melekat pada diri mereka. Perlu diingat bahwa sejak kecil generasi ini sudah dibesarkan dengan gadget canggih yang tentunya berpengaruh terhadap kepribadiannya (Sari et al., 2020).
Sehingga tentu saja bagi generasi ini gadget dan informasi sudah menyatu dengan dirinya dan tidak akan terpisahkan. Layaknya individu yang mencari kenyamanan dan jati diri, generasi z akan nyaman jika dapat mengakses internet dan gadget setiap waktu.
Hal inilah yang menyebabkan individu pada generasi ini merasakan perasaan tidak nyaman ketika tidak mengakses gadget mereka sebentar saja, dalam diri mereka akan terdapat kehampaan dan kecemasan tiada ujungnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan mereka hidup dan berkembang adalah individu pada generasi sama yang memiliki kebiasaan mirip atau serupa. Bagaimana mengenal karakteristik nomophobia?

Karakteristik Nomophobia

Ilustrasi memotret makanan dengan gadget. Foto: Tirachard Kumtanom/Shutterstock
Nomophobia memiliki beberapa ciri yang terlihat dengan jelas. Namun perlu diingat bahwa memiliki karakteristik serupa dengan gangguan ini bukan berarti melegalkan seseorang untuk melakukan self diagnosed. Beberapa ciri-ciri tersebut menurut ahli (Bragazzi & Puente, 2014) yaitu:
Pertama, membuang waktu untuk menggunakan telepon genggam, mempunyai lebih dari satu gadget dan selalu mempersiapkan charger. Kebiasaan sepele ini bisa menjadi salah satu karakteristik dari nomophobia. Bagaimana tidak? Seseorang yang melakukan hal ini dapat menandakan bahwa dirinya takut tidak bisa mengakses gadgetnya bukan? Siapa nih yang sering melakukannya?
ADVERTISEMENT
Kedua, merasa khawatir ketika telepon genggam tidak ada di sekitar atau tidak pada tempatnya. Juga cenderung kurang nyaman ketika terkendala koneksi dan baterai gadget melemah. Hal ini akan menimbulkan kecemasan dan rasa tidak nyaman pada penderita nomophobia. Karena mereka tidak terbiasa tanpa gadget dan hal di dalamnya.
Selalu memeriksa telepon genggam untuk mencari tahu notifikasi. Oleh David Laramie ini dikenal ringxiety. Ringxiety adalah fenomena ketika seseorang menganggap telepon genggamnya berdering. Perasaan seperti ini bukankah merupakan hal yang sering kita temui?
Jadi beberapa ciri tersebut dapat menjadi petunjuk seseorang mengidap nomophobia. Namun, perlu ditegaskan bahwa dalam studi mana pun tidak diperkenankan kepada individu melakukan self diagnosed tanpa adanya konfirmasi oleh ahli dibidangnya. Akan tetapi setelah paparan sebelumnya apakah kalian memiliki gambaran terkait penyebab nomophobia?
ADVERTISEMENT

Faktor Penyebab Nomophobia

Ilustrasi memotret makanan dengan gadget. Foto: JLCo Ana Suanes/Shutterstock
Tak dapat dipungkiri bahwa kehidupan saat ini memang menjadi faktor utama nomophobia berkembang. Nomophobia berkembang bukan tanpa alasan, hal ini terlihat jelas dari faktor penyebabnya yaitu kebutuhan individu, gadget sebagai alat yang memudahkan pekerjaan, juga pesatnya sosial media (Rahayuningrum & Sary, 2019).
Tak dapat dipungkiri hal ini memang berdampingan dengan kehidupan. Setelah mengetahui informasi ini, mari bersama lakukan control diri!