Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Akademikus Ungkap Sosok RM Margono Layak Jadi Pahlawan Nasional
7 Mei 2025 15:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di tengah arus deras digitalisasi ekonomi dan gempuran teknologi finansial global, mungkin hanya segelintir generasi muda yang mengenal nama Raden Mas (RM) Margono Djojohadikusumo. Padahal, menurut Mayjend Purn. TNI Dr. Kup Yanto .MA., Dosen Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), sosok ini sejatinya adalah pilar tak tergantikan dalam sejarah keuangan Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Beliau bukan cuma pendiri Bank Negara Indonesia, tapi juga arsitek awal sistem keuangan republik ini,” ujar Kup Yanto kepada SEVIMA, Rabu (7/5/2025).
Untuk mengenak sosok RM Margono, akan diselenggarakan Seminar Nasional dengan tema "Perintis dan Kepeloporan R.M. Margono Djojohadikusumo dalam Melatakan Fondasi Sistem Keuangan Modern untuk Pembangunan Perekonomian Indonesia," yang akan diadakan pada 15 Mei 2025 di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
Seminar yang akan diadakan bukan sekadar ajang mengenang. Ada misi besar yang diusung: mendorong pengakuan resmi negara terhadap Margono sebagai Pahlawan Nasional. Sebuah gagasan yang, menurut Kup Yanto, sudah sangat terlambat namun belum kadaluarsa.
“Melihat jejak RM Margono Djojohadikusumo, sangatlah tepat dan layak untuk dapat diusulkan sebagai pahlawan nasional” ujarnya.
ADVERTISEMENT
BNI dan Perjuangan Kemerdekaan: Dari Kantor Sederhana ke Pilar Ekonomi Nasional
Tak banyak yang tahu bahwa Bank Negara Indonesia (BNI) yang kini berdiri megah, dulunya lahir dalam kondisi serba darurat di tahun 1946. “Bayangkan, di tahun pertama kemerdekaan, kita belum punya sistem moneter sendiri. Margono memberanikan diri mendirikan BNI sebagai bank sentral de facto,” kata Kup Yanto.
Dalam kondisi ekonomi yang carut-marut pasca kolonialisme dan revolusi fisik, Margono justru menggalang dana untuk menopang perjuangan bangsa melalui institusi perbankan.
Dengan prinsip “berdikari”, Margono menolak sistem kolonial dan menata ulang arah keuangan nasional. Ia melihat bahwa tanpa sistem keuangan yang independen, kemerdekaan hanyalah simbol kosong. “Itulah mengapa saya sebut beliau sebagai Bapak Perbankan Nasional. Tidak berlebihan jika kita sejajarkan dengan Sjafruddin Prawiranegara atau Sumitro Djojohadikusumo,” ujar Kup Yanto.
ADVERTISEMENT
Margono tak hanya berhenti pada pendirian BNI. Ia mengusung visi tentang kemandirian ekonomi nasional jauh sebelum istilah itu menjadi jargon populer. Dalam pandangannya, lembaga keuangan lokal adalah alat perjuangan, bukan semata bisnis. Ia menekankan pentingnya sistem yang tangguh, berwawasan kebangsaan, dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. “Kalau hari ini kita bicara soal financial inclusion, Margono sudah bicara itu sejak 70 tahun lalu, hanya dengan istilah berbeda,” terang Kup Yanto.
Mengapa Layak Jadi Pahlawan Nasional?
Kup Yanto menjelaskan, penetapan Margono sebagai pahlawan bukan semata urusan simbolis, melainkan bentuk tanggung jawab sejarah. “Ada keadilan sejarah yang harus ditegakkan. Kita punya tokoh ekonomi yang kontribusinya konkret, mendalam, dan berdampak panjang bagi bangsa, tapi belum mendapatkan pengakuan layak,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pengusulan gelar Pahlawan Nasional untuk Margono juga bisa menjadi momentum refleksi kebangsaan. “Ini bukan soal masa lalu. Ini soal bagaimana kita menempatkan nilai dan perjuangan dalam pembangunan. Generasi sekarang perlu tahu siapa yang dulu menopang negeri ini, bahkan dari sisi ekonomi,” tambahnya.
Pesan untuk Generasi Muda: Jadilah Margono-Margono Baru
Kup Yanto menyampaikan pesan khusus bagi generasi muda yang hari ini tumbuh dalam kemudahan teknologi. “Margono itu pejuang sekaligus inovator. Ia tidak punya teknologi canggih seperti sekarang, tapi visinya jauh melampaui zamannya,” katanya.
Di era digitalisasi finansial, ia berharap semangat Margono bisa ditransformasikan menjadi karya nyata yang memperkuat sistem keuangan Indonesia secara inklusif dan berkeadilan. “Jangan cuma jadi pengguna aplikasi keuangan. Jadilah pencipta solusi keuangan yang berpihak pada rakyat kecil, seperti Margono dulu.”
ADVERTISEMENT
Seminar Nasional ini adalah awal, namun Kup Yanto berharap bukan akhir. Ia mendorong kajian akademis yang lebih mendalam, publikasi masif, dan gerakan kolektif untuk mengangkat sosok Margono ke panggung nasional. “Ini bukan sekadar mengenang, tapi membangkitkan semangat bangsa lewat sejarah yang selama ini nyaris terlupakan,” pungkasnya.
Di balik nama besar Djojohadikusumo, ternyata ada sejarah yang selama ini terpendam. Dan lewat suara seorang akademisi militer seperti Mayor Jenderal Purn. Kup Yanto, harapan itu kini mulai menguat—agar Margono tidak hanya hidup dalam catatan seminar, tetapi diakui oleh republik yang ia bantu bangun dari dasar.