Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Budi Djatmiko: Al-Qur'an Jadi Rujukan Utama Ilmu Pengetahuan
6 November 2024 10:32 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah kajian online, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI), Dr. Ir. H. M Budi Djatmiko, M.Si., MEI., menyoroti peran Al-Qur'an sebagai pedoman utama bagi umat Islam, khususnya para akademisi. Menurutnya, Al-Qur'an bukan sekadar kitab suci, melainkan harus menjadi rujukan utama dalam menentukan kebenaran.
ADVERTISEMENT
Setiap pendapat atau ilmu yang tidak berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah dikhawatirkan akan menyesatkan. Hal ini menjadi perhatian utama bagi akademisi yang kerap bergantung pada teori-teori modern tanpa landasan religius.
Budi Djatmiko menekankan bahwa manusia kerap merasa yakin dengan pendapat atau ilmunya sendiri, terlebih saat sudah mencapai gelar tinggi seperti S1, S2, atau S3. Namun, dia mengingatkan bahwa kepintaran dan keahlian tanpa panduan Al-Qur'an berpotensi menjerumuskan, bahkan bisa menjadi sebab bagi banyak akademisi yang "tersesat." Ia mengajak para hadirin untuk memperbaiki referensi hidup mereka agar tidak terjebak dalam pemahaman yang menyimpang dari ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Dalam kajian tersebut, Budi Djatmiko juga menggarisbawahi pentingnya memahami sifat-sifat Allah yang Maha Suci, Maha Bijaksana, dan Maha Penyayang. Menurutnya, kesulitan menerima ujian atau ketentuan Allah sering kali muncul karena manusia kurang memahami bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik, bahkan jika terkadang ujian itu tidak nyaman atau berat. Ketidakpahaman inilah yang sering membuat manusia berprasangka buruk kepada Allah, seolah-olah Allah memberikan sesuatu yang merugikan.
ADVERTISEMENT
Budi Djatmiko mencontohkan bagaimana ujian Allah datang melalui orang-orang terdekat, seperti keluarga atau sahabat. Ia menjelaskan bahwa tantangan dalam hubungan kita dengan orang-orang ini sebenarnya adalah ujian untuk menguji sejauh mana kita bisa bersabar dan tetap taat kepada Allah. Sikap ikhlas dan pasrah dalam menerima ketentuan Allah, menurutnya, adalah kunci untuk menghindari prasangka buruk dan membangun kesadaran penuh bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah.
Sebagai penutup, Budi Djatmiko mengajak untuk belajar dari kesalahan iblis, makhluk pertama yang menolak perintah Allah. Iblis merasa lebih mulia karena diciptakan dari api, sementara manusia dari tanah. Logika yang dibangun iblis—bahwa status dan loyalitasnya selama ribuan tahun lebih tinggi—membuatnya enggan tunduk pada perintah Allah untuk menghormati Nabi Adam. Dr. Budi mengingatkan bahwa logika yang tampak benar belum tentu sejalan dengan kebenaran yang hakiki menurut Allah.
ADVERTISEMENT
Melalui pesan ini, Budi Djatmiko ingin agar umat Islam, terutama para akademisi, tidak terjebak dalam kesombongan intelektual. Memiliki ilmu dan logika yang cemerlang tidaklah cukup jika tidak selaras dengan panduan Al-Qur'an.