Konten dari Pengguna

Ketua Umum PBNU Ungkap Humanitarian Islam, Pesan Ilahi untuk Dunia

SEVIMA
Sentra Vidya Utama (Sevima) adalah Education Technology yang berdiri sejak tahun 2.004, dengan komunitas dan pengguna platform yang tersebar di lebih dari 1.000 kampus se-Indonesia. Bersama kita revolusi pendidikan tinggi, #RevolutionizeEducation!
5 November 2024 14:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Dok. SEVIMA
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dok. SEVIMA
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, menegaskan bahwa konsep Humanitarian Islam lahir dari pengalaman Indonesia dalam merawat keberagaman. Dalam sambutannya di pembukaan International Conference on Humanitarian Islam atau Muktamar al-Dawli al-Islam Lil Insaniyah pada Selasa (5/11/2024) di Balairung Universitas Indonesia, Depok, ia menyampaikan visi besar ini kepada dunia.
ADVERTISEMENT
Konferensi internasional ini, dibuka oleh Menteri Agama Prof. Nasarudin Umar mewakili Presiden H. Prabowo Subianto, turut menghadirkan tokoh-tokoh agama dan intelektual dari berbagai negara. Acara ini terselenggara berkat kolaborasi antara PBNU, Universitas Indonesia (UI), dan Centre for Shared Civilizational Values (CSCV).
Dalam pidatonya, Gus Yahya—sapaan akrab KH Yahya Cholil Staquf—mengisahkan bahwa gagasan Humanitarian Islam pertama kali diperkenalkan pada 2017 di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Sejak itu, konsep ini terus dikampanyekan, menjangkau komunitas agama, pembuat kebijakan, dan akademisi global.
“Humanitarian Islam bukanlah konsep baru, melainkan ajaran mendasar dalam Islam. Rasulullah Muhammad SAW telah membawa pesan ini sebagaimana firman Allah, ‘Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘aalamiin,’” jelas Kiai asal Rembang ini, menekankan bahwa Islam pada dasarnya mengajarkan rahmat dan kedamaian bagi seluruh alam.
ADVERTISEMENT
Menurut Gus Yahya, pengalaman Indonesia dalam merawat kebhinekaan bisa menjadi contoh bagi dunia. “Humanitarian Islam menemukan bentuknya dari cara Indonesia menghadapi dan menyelesaikan perbedaan-perbedaan,” tegasnya.
Senada dengan itu, Rektor Universitas Indonesia, Prof. Ari Kuncoro, menyatakan bahwa filsafat antarbudaya yang tumbuh di Indonesia bisa menjadi model bagi negara-negara lain dalam menyajikan Islam sebagai solusi konflik global. “Dengan filsafat ini, kita bisa menunjukkan bahwa Islam bukanlah ancaman, tetapi jalan menuju perdamaian dunia,” tutur Prof. Ari dalam sambutannya.
Prof. Ari juga menyoroti bagaimana Islam berkembang di Indonesia melalui pendekatan filsafat antarbudaya yang diwariskan oleh Wali Songo, menjaga harmoni di tengah perbedaan yang kaya di Indonesia. “Pendekatan ini mendorong kita untuk memahami dan menghargai beragam pandangan dan nilai budaya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Acara pembukaan ini dihadiri oleh tokoh penting, termasuk Sekretaris Liga Muslim Dunia (MWL) untuk Asia Tenggara, Abdurrahman Al-Khayyat, serta perwakilan duta besar dari berbagai negara. Beberapa menteri turut hadir, di antaranya Menteri Agama RI KH Nasaruddin Umar, Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro, Menteri Luar Negeri Sugiono, serta Menteri Sosial Saifullah Yusuf.
Usai pembukaan di Universitas Indonesia, konferensi akan dilanjutkan dengan diskusi mendalam di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat. Di sana, para peserta akan berbagi wawasan lebih lanjut tentang Humanitarian Islam, menguatkan pesan Indonesia sebagai inspirasi global dalam merawat kebersamaan dan perdamaian.