Konten dari Pengguna

Luncurkan Buku ke-7, Mantan Sekjen Kemenhan: Perkuat Middle Management

SEVIMA
Sentra Vidya Utama (Sevima) adalah Education Technology yang berdiri sejak tahun 2.004, dengan komunitas dan pengguna platform yang tersebar di lebih dari 1.000 kampus se-Indonesia. Bersama kita revolusi pendidikan tinggi, #RevolutionizeEducation!
13 November 2024 8:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Dalam lingkungan birokrasi yang kompleks, sering kali terjadi tantangan dalam proses pengambilan keputusan yang tepat dan akurat. Banyak faktor yang berperan, namun salah satu yang kerap terlewatkan adalah pentingnya kontribusi middle management atau pejabat di tingkat menengah.
ADVERTISEMENT
Mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Laksamana Madya (Purn) TNI Agus Setiadji, menekankan bahwa middle management memiliki posisi strategis dalam memberikan masukan yang matang dan valid kepada pimpinan untuk menghindari risiko kesalahan dalam penerapan kebijakan.
Pengalaman panjangnya di berbagai posisi, termasuk di Badan Keamanan Laut (Bakamla) dan Kemenhan, membuat Agus menyadari betapa krusialnya peran middle management dalam memastikan informasi yang disampaikan kepada pimpinan selalu akurat dan tidak hanya sekadar memenuhi ekspektasi tanpa dasar yang kuat.
Berbekal pengalaman sebagai Sekretaris Utama di Badan Keamanan Laut (Bakamla) dan Sekjen Kemenhan pada periode 2019-2020, Agus Setiadji menyadari bahwa pejabat di tingkat menengah memegang kunci utama dalam menyaring, memverifikasi, dan menyampaikan informasi secara tepat kepada atasan.
ADVERTISEMENT
"Sebagai orang kedua atau staf dari menteri, harus berani dan siap selalu untuk menghadap atasan untuk menyampaikan berbagai hal. Jangan sampai menteri hanya menerima laporan yang 'asal bapak senang'," ungkap Agus dalam peluncuran buku ke-7 berjudul Memoar Jejak Langkah Sang Perwira: Pengambilan Keputusan di antara Ketidakpastian di Jakarta, 12 November 2024.
Menurutnya seringkali, pejabat menengah enggan berkomunikasi langsung dengan top management karena takut mengambil keputusan atau khawatir mengajukan pertanyaan yang mungkin dianggap mengkritisi kebijakan. Menurut Agus, hal ini justru menjadi akar masalah yang membuat perencanaan strategis di berbagai kementerian sering melenceng. Tanpa masukan yang valid dan berani dari middle management, menteri atau kepala lembaga yang biasanya berasal dari latar belakang politis tidak memiliki gambaran utuh terkait kondisi operasional.
ADVERTISEMENT
"Di banyak kementerian atau lembaga di Indonesia, keputusan strategis sering kali tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan karena perubahan kebijakan yang tiba-tiba. Akibatnya, pejabat yang menandatangani kontrak atau mengambil kebijakan sering kali menghadapi konsekuensi buruk," ujar Agus, yang merupakan perwira Korps Elektronika pertama di TNI AL yang mencapai pangkat Laksamana Madya atau jenderal bintang tiga.
Tantangan Mengambil Keputusan di Tengah Ketidakpastian
Agus mengisahkan salah satu tantangan terbesarnya saat menjabat sebagai Sekretaris Utama Bakamla pada 2017. Hanya empat hari setelah dilantik, terjadi operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melibatkan pejabat tinggi di Bakamla. Dalam situasi penuh tekanan dan ketidakpastian, Agus harus mengambil keputusan yang sulit namun krusial, yaitu menghentikan alokasi anggaran yang telah direncanakan. "Meskipun keputusan ini tidak populer, saya setop semua alokasi anggaran yang seharusnya sudah didistribusikan. Kalau tidak, itu akan merugikan keuangan negara," kenangnya.
ADVERTISEMENT
Peran Middle Management sebagai Katalisator Perubahan
Menurut Agus, pejabat di level menengah harus berani menyampaikan laporan yang akurat dan menyeluruh tentang berbagai aspek struktural kepada pimpinan. Keberanian ini tidak hanya menjaga integritas informasi tetapi juga memberikan ruang bagi pimpinan untuk mengambil keputusan yang lebih tepat.
"Penguatan middle management bukan hanya soal posisi, tetapi tentang kualitas dan keberanian dalam menyampaikan informasi yang valid, bahkan saat informasi tersebut berpotensi tidak menyenangkan bagi atasan," tegasnya.
Melalui bukunya, Agus memberikan panduan kepada pejabat di Kemenhan dan TNI AL untuk menghadapi dilema pengambilan keputusan di tengah situasi yang tidak menentu. Buku ini menjadi refleksi dari perjalanan kariernya, mengungkap betapa pentingnya middle management dalam menyelaraskan kebijakan strategis dengan kondisi operasional yang ada di lapangan.
ADVERTISEMENT
Kisah dan pengalaman Agus Setiadji menggarisbawahi sebuah pesan penting: tanpa middle management yang kuat dan berani, sebuah lembaga bisa kehilangan arah dan menghadapi risiko besar dalam pelaksanaan kebijakan.