Konten dari Pengguna

OBE Itu Biasa Biasa Saja

SEVIMA
Sentra Vidya Utama (Sevima) adalah Education Technology yang berdiri sejak tahun 2.004, dengan komunitas dan pengguna platform yang tersebar di lebih dari 1.000 kampus se-Indonesia. Bersama kita revolusi pendidikan tinggi, #RevolutionizeEducation!
23 September 2024 13:48 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bila ditanyakan apa OBE itu ke pada akademisi maka jawaban nya lebih ke pada defenisi OBE itu sendiri. Dan ada pula yang menjawab dari sudut fase,bahwa fase MBKM sekarang adalah OBE. Pada sisi lain ada pula yang menjawab sangat sederhana bertumpu pada tujuan OBE itu, tentang pembelajaran yang menghasilkan atau ada hasilnya. Yang jelas OBE dipandang sebagai sesuatu yang kontenporer dan up to date.
ADVERTISEMENT
Secara harfiah O adalah Outcome, bermakna suatu hasil yang berkualitas atau berkelas. O dalam pemahaman OBE berposisi sebagai tujuan. B adalah Based, dapat dimaknai sebagai dasar sekaligus proses yang dijalankan.L adalah Learning, bahwa yang dimaksud Proses yang dijalankan itu (B ) untuk mencapai hasil berkualitas ( O ) adalah dalam konteks pembelajaran. Jadi fokus masalah sesungguhnya dalam OBE adalah B. Dari pemahaman ini tidaklah perlu dipandang bahwa OBE sesuatu yang canggih atau hebat, biasa biasa saja. Sebab anak kecilpun bisa paham OBE secara hakekat bahwa apa yang dipelajari pasti menginginkan hasil, tinggal bagaimana caranya.Bahkan OBE itu sesungguhnya sudah muncul dari 2014 tetapi tidak heboh seperti sekarang.
Lalu dari sudut pandang mana melihatnya agar OBE bisa dipahami secara sederhana tetapi holistik ( lengkap dan utuh ). Ini yang jadi masalah, belum ada rumus baku tentang itu. Dari sudut improvement kurikulum bahwa OBE suatu judul atau penamaan atas modifikasi kurukulum yang ada hingga dipandang bentuknya sebagai sesuatu yang innovatif, bukan kreatif. Secara simpel innovatif diartikan sebagai memodifikasi yang sudah ada, kreatif bermakna menemukan dan membuat hal hal baru.
ADVERTISEMENT
Terkadang, semakin banyak seminar dan pelatihan menjadikan semakin bingung disebabkan setiap speaker menggunakan persfektifnya masing masing tetapi bukan berarti salah. Namanya juga Indonesia lebih bersemangat mengkaji daripada aplikasi. Lebih ironis lagi, debat debat menjadi hobby baru. Katanya OBE, tapi orang yang menang berdebat dipandang hebat. Bahkan karena jago berdebat, putar putar lidah , entah itu barangkali hanya fallacy /pengaburan, konteks dibawa ke teks ,dan teks dijastifikasi sebagai konteks. Nah, yang jago jago seperti ini di Indonesia melahirkan nama besar. Padahal menurut OBE yang hebat itu adalah menghasilkan karya besar yang tidak mungkin lahir dari arena debat.
Kembali ke Laptop, bila demikian halnya bahwa OBE adalah suatu proses dan metode pembelajaran yang menghasilkan dengan hasil yang berkualitas. Jadi seyogiayanya inilah yang menjadi titik fokus. Adalah tampilan Road Map metode dan proses itu. Setidaknya ada 8 Indikator yang membangunnya sebagai sebuah sistem saling berkaitan dan integral. Sesuai tujuan OBE itu sendiri untuk meraih goal yang hight tentunya indikator indikator yang membangunnya juga harus serba hight. Ibarat ingin mencapai goal : Outcome menghasilkan rumah mewah/hight maka bahan bahan yang digunakan ( kayu, batu, semen, peralatan, dan lain lain ) serta proses pengerjaannya haruslah serba hight pula. Dijabarkan di bawah ini.
ADVERTISEMENT
1.Bentuk Pembelajaran : Sebaiknya mulailah kembangkan bentuk bentuk variatif, jangan belajar dengan tatap muka melulu bahkan masih didominasi wujud konvensional yaitu TCL ( Teacher Center Learning ), bentuk ini membosankan dan mengarah ngarah ke feodalisme pengajar, pengajar juru arah dan juru bicara. Sangat membosankan. Rubahlah pusat kendali yang monoton itu ke SCL ( Student Center Learning) lalu ciptakan bentuk variasi pembelajaran baru seperti seminar, workshop, loka karya, dan sejenisnya. Kalau materi pembelajaran terasa kurang maka jangan terlalu kaku terhadap indikator waktu dan SKS,adakanlah responsi.
2.Metode Pembelajaran : jangan jadikan mahasiswa sebagai insan Single Fighter dan hanya tahu tempat belajar di kampus. Jadikan mereka insan kollaboratif dan perkenalkan realita pembelajaran itu adanya di luar kampus seperti di industri. Sehinga kemudian MBKM telah merekomendid dari ratusan metode pembelajaran diutamakan tiga macam yang dipandang relevan untuk itu,yaitu Collaboratif Learning, Project Based Learning, Case Study. Merugilah kalau masih ada perguruan tinggi yang memilih metode pembelajaran yang relevansinya bertumpu di kampus, kampus tak lebih dari sekedar kursi meja dan peralatan teknologi seadanya.
ADVERTISEMENT
3. Meteri Pembelajaran ( Noun ) : masih ada saja perguruan tinggi pemborosan Mata Kuliah, menyediakan Mata Kuliah itu itu saja dari tahun ke tahun, bahkan banyak Mata Kuliah yang tidak berkontribusi terhadap Standar Kompetensi Lulusan dan Keunikan Prodi. Hal ini disebabkan pejabat strukturalnya belum merasa merdeka, masih terpaut pada regulasi sebelum MBKM , in box, tidak berani innofatif, masalah inisiatif mencari referensi dan studi banding. Kalau materi pembelajaran sudah dipilih dituangkan dalam distribusi Mata Kuliah sampai tamat maka bisa dirumuskan capaiannya.
4.Standar Kompotensi : Konteksnya mengacu pada Capaian Pembelajaran/CP : CP Lulusan/CPL, CP Prodi, CP Mata Kuliah/ CPMK , CP Sub CPMK. bahkan sampai ke pecahan CP Sub CPMK. Artinya harus ada standar ukur tentang sejauh mana pembelajaran dikuasai. Jenis Kompetensi yang dikuasai merujuk pada Sndikiti yaitu kompetensi pengetahuan, Sikap, Keahlian ( KU dan KK). Artinya apapun yang dipelajari pasti menyangkut pengembangan pengetuan , atau menyangkut pengembangan Sikap, atau menyangkut pengembangan keahlian atau keterampilan. Filosifis yang mendasari adalah setiap manusia dalam proses pembelajaran akan menggunakan pemikiran, sikap dan nilai nilai yang mengarahkan atau sebagai kontrol, serta fisik atau panca ideranya.Hanya saja ada Noun tertentu menyebabkan salah satu di antara 3 jenis kompetensi itu menonjol. Sama halnya dengan jenis perguruan tinggi : PT Akademis yang menonjol adalah Pengetahuan, PT Vocasi yang menonjol adalah Keahlian, PT Agama yang menonjol adala sikap dan nilai. Sedangkan Degree/Jenjang Kompetensi merujuk pada level yang telah disediakan KKNI, misal Sarjana harus mencapai level 6 KKNI. Centra Basis yang dijadikan tolok ukur untuk menjeneralisasi sehingga menjadi Capaian Pembelajaran Lulusan /CPL barpatok pada akumulasi Capaian Pembelajaran Mata Kuliah /CPMK. Bila dosen tidak mengurai ke tiga macam ini akan memunculkan parcial factor, misal hanya mengasumsikan bahwa potensi mahasiswa hanya pada kecerdasan saja, nah ini sama dengan robot. Robot pintar tapi tidak memiliki sikap. Robot tidak pernah disuruh taat ke pada Pancasila dan UUD 45.
ADVERTISEMENT
5.Measurable/Terukur Untuk Penilaian :Standar ukur 3 jenis kompetensi itu lazim digunakan Taxonomy Bloom tersusun berurut dan berjenjang. Ada 6 tingkat Cognitave /Pengetahuan, 5 tingkat Afektive / Sikap, 5 tingkat Psikomotor/ Keahlian. Misalkan mengukur Capaian Sub CPMK terhadap pengetahuan , pada level berapa kemampuan yang diharapkan maka dikasih kode. Kalau level 3 kasih kode C3. Demikianpun untuk dua jenis lain. Untuk memudahkan disertakan nilai bobot/angka. Kalau penguasaannya sesuai kemampuan yang diharapkan yaitu mencapai C3 maka nilainya 100 % khusus untuk Capaian Sub CPMK itu. Yang menjadi permasalahan belum ada rumusan tegas untuk merelevansikan Taxonomy Bloom dengan level KKNI. Misal : Apakah level 6 KKNI ( Untuk Sarjana ) sama dengan Taxonomy C4 Bloom yaitu berkemampuan menganalisis atau deduksi ?
ADVERTISEMENT
6.Alat dan Media Pembelajaran : Bentuk dan Metode pembelajaran yang berbeda akan menuntut penyesuaian alat dan media ( tempat dan keadaan). Bentuk dan Metode pembelajaran yang direkomendid MBKM menuntut alat pembelajaran yang berbeda dari yang rutin di Kampus serta media pembelajarannya mayoritas harus di luar kampus. Inilah makna perkawinan Perguruan Tinggi dengan Dunia Industri yang pernah diikrarkan Menteri Nadiem. Mengarah pula pada IKU 1 MBKM : Mahasiswa belajar di luar kampus yang jenisnya juga 8 macam.
7.Pengalaman Belajar ( Learning Experience) : Akumulasi Pembelajaran dengan serba hight dan terintegrasi yang meliputi : Bentuk dan Metode , Alat dan Media , serta Terukur mendeskripsi pengalaman belajar itu berbeda , pengalaman baru, unik hingga dapat disimpulkan dengan deskripsi bahwa pengalaman belajar itu sesuatu yang hight.
ADVERTISEMENT
8.Waktu : Pembelajaran haruslah memakai indikator waktu, waktu yang tidak kaku sehingga sebaiknya tidak terlalu kaku dan baku ke Sistim SKS yang berlaku saat ini. Bisa jadi ke depan pembelajaran itu bersifat target seperti pembelajaran untuk mencapai Outcome dibutuhkan 6 bulan maka bisa dikonversi tanpa melalui indikator standar waktu menurut SKS yang sekarang.
KESIMPULAN DAN MAKNA
Penjabaran dalam tulisan ini bukanlah mewakili analisis OBE secara holistik dan konstruktif. Tulisan ini lebih ke pada memahami action OBE, adalah suatu proses perjalanan pembelajaran untuk mencapai Outcome. Bila diinduksi menemukan proses dan tahapannya adalah : Merubah dan mengembangkan bentuk dan metode pembelajaran dari yang konvensional atau yang sudah kebiasaan ke arah mutakhir sesuai perkembangan terkini terutama komperatifnya mengarah ke dunia industri ; Materi pembelajaran yang efektif dan efesien ; Materi pembelajaran itu berlandaskan kompetensi, adalah memetakan jenis pembelajaran/noun serta degree nya ( Degree ini telah diatur pada Level KKNI ) ; Alat pembelajaran harus menyesuaikan dengan perkembangan pengetahuan dan dunia industri, media pembelajaran ke dunia nyata yaitu ke luar kampus yang merupakan suatu wadah dan keadaan tempat pengetahuan dan keahlian itu diterapkan oleh media terasebut , misalnya media itu adalah perusahaan ; Bila bentuk dan metode pembelajaran sudah hight dan up to date, pilihan materi pembelajaran berlandaskan efektif dan efesien, kompetensi pembelajaran dikondisikan menurut standar ukurnya, baik jenis maupun degreenya, maka akumulasi semua itu menandakan Higher Learning Experience ( Pengalaman belajar tingkat tinggi ). Bahwa proses pembelajaran itu haruslah measurble / terukur maka buatlah penilain proses dan tahapan pembelajaran itu.Kebanyakan penilaian menerapkan rubrik,baik kualitatif ( deskrptif ) maupun kuantitatif ( nilai bobot ). Kemudian memperhatikan pula indikator waktu pembelajatan. Bahwa Standar waktu sistim SKS harus menyesuaikan dengan tuntutan OBE, tidak kaku dan tekstual. Baru kemudian dijustifikasi hasilnya : Apakah mengandung Outcome ?
ADVERTISEMENT
Pada konteks hillirisasi bahwa Outcome bukanlah muara pelabuhan terakhir. Outcome hanyalah sebuah hasil, hasil berkualitas. Hillirisasi pada muara hingga berhenti pada pelabuhan terkhir adalah manakala Outcome itu ber implikasi/dampak. Untuk apa bila hasil karya bagus bila hanya menghuni rak rak buku, koleksi perpustakaan, dan hanya sebatas tujuan meraih Angka kredit. Dampak yang dimaksud adalah bermanfaat untuk menolong , memberdayakan, memecahkan masalah bagi masyarakat dan pemerintah.
Sumber: Rafdi (Penulis Adalah Kolomnis Pada Berbagai Media Massa Nasional)