Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Plt Sekdirjen Diktisaintek Ungkap Tantangan Kampus yang Hambat Hilirisasi
20 Desember 2024 12:30 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) RI Tjitjik Sri Tjahjandarie mengungkapkan sejumlah tantangan perguruan tinggi yang menghambat proses hilirisasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Ini yang harus kita ubah, yang pertama di aspek perguruan tinggi, adanya (sikap) elitis dan (merasa) terisolasi, karena perguruan tinggi sering merasa bahwa ilmunya paling baik, paling bagus, jadi seperti menara gading," kata Tjitjik dalam Kedaireka Summit 2024 di Jakarta, Kamis.
Tjitjik menilai kondisi ini menjadikan perguruan tinggi terpisah dari masyarakat, sehingga ilmu yang dihasilkan kurang relevan atau tidak dirasakan manfaatnya secara langsung.
Ia juga menyebut kondisi ini menjadi salah satu penyebab lunturnya kepercayaan publik terhadap keilmuan di perguruan tinggi, dimana masalah ini merupakan adalah masalah serius.
Baca juga: Mendiktisaintek komitmen percepat atasi tantangan pendidikan tinggi
"Karena apa? Karena selama ini keilmuan berkembang seperti menara gading. Tidak pernah bisa terhilirkan untuk kemudian dinikmati oleh masyarakat," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tantangan lainnya, beber Tjitjik, adalah apa yang ia sebut sebagai "matinya kepakaran," yang menurutnya hal ini adalah sebuah persoalan yang disebabkan oleh berbagai dinamika sosial.
"Ini adalah masalah klasik yang masih eksis," ucapnya.
Tjitjik menekankan menekankan solusi terhadap masalah ini tidak bisa dilakukan secara instan.
"Dengan adanya dinamika saat ini, kita ingin kemudian mengikis sedikit demi sedikit. Saya yakin tidak mungkin ini terkikis secara utuh. Tetapi kita mengikis sedikit demi sedikit masalah klasik yang masih eksis ini," lanjutnya.
Oleh sebab itu Tjitjik menekankan pentingnya sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat dalam menjawab tantangan ini. Menurutnya, kesenjangan antara stigma dan kenyataan harus dijembatani melalui inovasi-inovasi berbasis kebutuhan publik.
Ia menjelaskan langkah pertama yang perlu diambil adalah membuka perguruan tinggi dari sifatnya yang elitis dan terisolasi. Dengan membangun hubungan yang lebih erat dengan masyarakat, perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi institusi yang lebih inklusif dan relevan.
ADVERTISEMENT
"Kami percaya, melalui berbagai inisiatif yang dicanangkan, perlahan tapi pasti, perguruan tinggi akan kembali mendapatkan kepercayaan publik dan mampu menjawab tantangan zaman," tutur Tjitjik Sri Tjahjandarie.
Sumber: Antara