Konten dari Pengguna

Prof Fauzan Jadi Pengantar Bedah Buku Tak Kenal Maka Taaruf

SEVIMA
Sentra Vidya Utama (Sevima) adalah Education Technology yang berdiri sejak tahun 2.004, dengan komunitas dan pengguna platform yang tersebar di lebih dari 1.000 kampus se-Indonesia. Bersama kita revolusi pendidikan tinggi, #RevolutionizeEducation!
1 Maret 2024 9:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Bedah buku 'Tak Kenal Maka Taaruf' karya penulis Mim Yudiarto diadakan di Aula BAU Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (28/2/2024).
ADVERTISEMENT
Sebagai pembicara ada para profesor. Yaitu Prof Dr H Setya Yuwana MA dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Prof Dr Joko Widodo MSi. Sebagai pengantar bedah buku adalah Prof Fauzan, Rektor UMM periode 2016-2024.
Mim Yudiarto menyatakan bahwa kegiatan di UMM paling meriah dibanding di tempat lain. Dikatakan, bedah buku ini ke sejumlah kampus sehingga dilabeli "goes to campus" karena menyasar mahasiswa.
"Saya membuat novel ini karena ada tantangan dari sutradara Fajar Bustomi," jelas Mim kepada SURYAMALANG.COM di sela acara.
Fajar Bustomi adalah sutradara film Dilan 1990 dan Hamka. Dikatakan, awal pertemuan dengan Fajar dari ngobrol dan ngopi. Akhirnya ditantang menulis itu dengan berbagai syarat. Seperti harus segar, romantis dan lucu.
ADVERTISEMENT
"Karena ditantang, adrenalin saya ya naik," kata dia.
Novel itu bisa ia selesaikan selama delapan hari dan disambut seruan 'wow' dari peserta. Ini adalah novel romance-nya yang kedua.
Sejatinya ia lebih suka menulis science fiction, horor. Dijelaskan Mim, film itu diperkirakan akan mulai syuting setelah lebaran dan diedarkan antara Agustus atau September 2024 mendatang.
"Semoga nanti ada premiere di Malang," harapnya.
Ada dua tokoh utama di buku itu, pria dan wanita. Sedang setting kampusnya di IPB.
"Soalnya itu kampus saya. Saya nulis tempatnya riil. Tapi yang pesantren agak fiktif," tutur penulis puluhan buku ini.
Sedang Prof Fauzan dalam pengantarnya menyatakan membaca judul bukunya, maka memiliki tafsir yang sangat panjang.
"Pemilihan diksi ini bikin orang penasaran. Menegaskan bahwa orang yang berpisah, adalah orang yang berkenalan saja," kata Fauzan.
ADVERTISEMENT
Ia meminta mahasiswa agar tidak hanya mendengarkan saja, tapi meresapi sebagai renungan. Sedang Prof Setya menjelaskan penulis memiliki era/jamannya.
"Kalau era saya zaman Ashadi Siregar pada 1976-1980 an," kata dia.
Waktu booming novel Cintaku Di Kampus Biru, Kugapai Cintamu, Ali Topan Anak Jalanan dan lainnya. Era berganti, maka penulis yang terkenal juga berbeda.
"Sekarang ini eranya Mas Mim. Eranya novel ke Gen Z seperti novel ini," ujarnya.
Setelah ia baca novelnya, memang disiapkan buat film. Tokoh pemeran prianya urakan, memiliki suara bagus.
"Buat mahasiswa, sosok pria jangan dilihat dari penampilannya. Padahal dia religius," sebutnya.
Ia menyatakan, membaca novelnya lebih mengarah ke religi edukasi. "Silahkan pacaran tapi ikuti syariah," tandas Prof Setya Yuwana.
ADVERTISEMENT
Sumber: Tribunews