Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Prof Fauzan Peresmian Pondok Pesantren Internasional Abdul Malik Fadjar
1 Maret 2024 9:18 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pengurus Pusat Muhammadiyah baru saja melakukan grand launching Pondok Pesantren Internasional Abdul Malik Fadjar (PPI AMF) yang berlokasi di Karangploso, Kabupaten Malang pada 21 Feberuari 2024.
ADVERTISEMENT
Peresmian dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, Menko PMK Prof Muhadjir Effendi, Ketua PWM Dr. Sukadiono MM, Prof Fauzan (Rektor UMM periode 2016-2024), Hj. Nurjanah Malik Fajar (istri Abdul Malik Fadjar), Dr Suprat (Direktur PPI AMF), Fiona Hoggart (Konjen Australia di Surabaya), dan jajaran PWM Jatim.
Grand Launching ditandai dengan penyerahan kunci digital kepada Haedar Nashir, kemudian lanjutkan dengan tap screen digital dan penandatanganan prasasti. Konjen Australia menyerahkan plakat sebagai apresiasi terhadap pendidian PPI AMM.
Dalam sambutannya, Haedar Nashir menyampaikan terima kasih kepada UMM yang telah menyerahkan aset gedung yang representatif ini kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim yang kemudian mengelolanya menjadi PPI AMF.
Secara khusus, Haedar juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Malik Fadjar yang memberikan keleluasaan untuk memakai nama Prof Abdul Malik Fadjar.
ADVERTISEMENT
“Beliau sosok yang saya takzimi. Kita tahu kiprah, perjuangan, dan kontribusi beliau. Bukan hanya di pendidikan Muhammadiyah tapi juga pendidikan nasional. Termasuk yang merintis pendirian UMM hingga menjadi universitas bertaraf internasional,” tutur Haedar.
Haedar lantas mengutip tiga amal yang pahalanya tidak terputus walaupun kita sudah meninggal dunia, yakni sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh.
Dia juga bersaksi tentang sosok Malik Fadjar yang jadi panutan. Tahun 2000, dia bersama Malik Fadjar menjadi anggota PP Muhammadiyah.
Banyak keteladanan yang bisa dipetik dari sosok Malik Fadjar yang selalu menampilkan diri tak banyak kata, tapi menunjukkan ada amal yang nyata.
“Saya ingat, beliau bilang kalau bermuhammadiyah itu harus luas dan melampaui. Jangan berada di lorong sempit,” tutur Haedar
ADVERTISEMENT
Dikatakan Haedar, tidak banyak tokoh di Muhammadiyah yang namanya dilekatkan pada lembaga pendidikan maupun rumah sakit. Yang ada nama KH Ahmad Dahlan atau Hamka.
Karena itu, sebut dia, nama pondok ini merupakan pentakziman yang nilainya melampaui dibandingkan yang ada selama ini.
“Pondok ini memakai nama besar yang ditandai dengan standing yang tinggi. Termasuk dengan rekomendasi. Siapa pun, bahkan ketua umum, kalau bikin rekomendasi dan tidak layak diterima, ya jangan diterima,” tegas Haedar.
Menurut Haedar, sekolah Muhammadiyah pada umumnya merakyat. Tapi Muhammadiyah terlalu baik, sehingga lupa dengan yang elite.
“Sebenarnya tidak masalah, karena yang elite juga bagian dari keperluan dakwah. Dan mereka harus memperoleh sinar rahmatan lil alamin,” ujarnya.
Kata Haedar, di Muhammadiyah tidak ada stratifikasi sosial. Semua dirangkul. Maka, tidak masalah kalau Muhammadiyah bikin sekolah internasional, memakai standar tinggi, dan levelnya elite.
ADVERTISEMENT
“Saatnya Muhammadiyah masuk sekolah level ini. Harus ada sekolah elitis. Bahkan juga rumah sakit bertaraf internasional. Tapi mindset-nya harus Islam berkemajuan,” tegasnya.
Ide Lama
Sementara itu, Sukadiono mengatakan bahwa pemakaian nama Abudul Malik Fadjar merupakan bentuk apresiasi terhadap kiprahnya di berbagai bidang, terutama di bidang pendidikan Islam.
“Kita tahu, kontribusi Prof Malik Fadjar kepada Muhammadiyah sungguh luar biasa,” katanya.
Sukadiono juga mengucapkan terima kasih kepada Muhajir Effendi yang telah menginiasiasi terwujudnya PPI AMF.
“Idenya sudah lama. Pak Muhadjir bilang mbok Muhammadiyah Jawa Timur punya pondok sperti Muallimin, Muallimat. Oleh Pak Fauzan dan Pak Malik (Nazaruddin Malik) ternyata bukan hanya disediakan lahan tapi juga bangunan fisiknya,” ungkap Sukadiono.
Pada November 2023 lalu, terang dia, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membeli pondok pesantren (ponpes) yang berdiri di atas lahan seluas 1,1 hektar.
ADVERTISEMENT
UMM lalu menyerahkan aset tersebut kepada PWM Jatim. Serah terima aset tersebut dilakukan dalam Perayaan Milad Ke-111 Muhammadiyah di Aula Mas Mansur Kantor PWM Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1, Surabaya, 11 November 2023.
Pondok tersebut dibeli UMM seharga Rp 55 miliar. Secara appraisal, pondok pesantren itu nilainya kurang lebih Rp 120 miliar.
Sukadiono mengungkapkan, dalam empat bulan setelah pembelian pondok, PWM Jatim akhirnya melaunching PPI AMF dan siap menerima santri baru
“Targetnya tahun ini 64 siswa MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan 64 siswa untuk MA (Madrasah Aliyah),” pungkasnya.
Sumber: Majelis Tabligh