Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Prof Intan Ahmad Ungkap Pendidikan dan Kepedulian Sebagai Wujud Bela Negara
23 Desember 2024 10:41 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, isu bela negara sering menjadi sorotan, terutama di tengah tantangan globalisasi, disintegrasi sosial, dan kemajuan teknologi. Dalam hal ini, generasi muda kerap dianggap kurang memiliki rasa cinta tanah air dan partisipasi aktif dalam membangun bangsa. Namun, apakah benar demikian? Ataukah paradigma bela negara perlu diperluas dari sekadar pertahanan militer menjadi partisipasi di berbagai bidang kehidupan?
ADVERTISEMENT
Prof Intan Ahmad, Ph.D., seorang dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB), menegaskan bahwa bela negara tidak hanya berarti angkat senjata atau bergabung dengan militer. Menurutnya setiap generasi memiliki masanya masing-masing. Pada era saat ini, bela negara bisa dilakukan melalui pendidikan, ekonomi, bahkan teknologi.
"Kita harus memahami bahwa penting sekali patriotisme dan partisipasi aktif warga negara untuk membela negara. Tidak saja melalui jalur militer, tapi bisa melalui pendidikan, ekonomi, dan juga teknologi," kata Prof Intan Ahmad kepada SEVIMA 19 Desember 2024, bertepatan dengan peringatan Hari Bela Negara.
Ia menekankan bahwa setiap generasi memiliki caranya sendiri untuk berkontribusi kepada bangsa. Contohnya jadi warga negara yang baik, bayar pajak, menghargai keragaman, belajar sebaik-baiknya supaya tidak kalah dengan negara lain, itu sudah bentuk membela negara.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikristi (2015-2028) ini menyampaikan bahwa pendidikan memainkan peran sentral dalam membangun patriotisme. Ia mengutip pemikiran Martha Nussbaum, seorang filsuf dari Chicago, yang menyatakan bahwa pendidikan modern sering kali terlalu fokus pada hasil ekonomi, tetapi melupakan aspek kemanusiaan.
"Kita boleh punya tingkat ekonomi yang baik, tapi tetap harus memperhatikan tingkat kesejahteraan, kepedulian sosial, dan demokrasi. Kalau pendidikan hanya menghasilkan insan ekonomi tanpa nilai kemanusiaan, itu bukan pendidikan yang ideal," ucapnya.
Ia juga mengingatkan kepada generasi muda bahwa kesuksesan pribadi harus diimbangi dengan kontribusi kepada bangsa. Sehingga saat lulus sebagai sarjana tidak hanya memikirkan diri sendiri dan keluarga, melainkan perlu memikirkan negaranya juga.
Lebih jauh, Prof Intan Ahmad menggarisbawahi bahwa bela negara juga berarti berani bersuara melawan ketidakadilan. Ia menilai bahwa bela negara adalah tindakan nyata dalam keseharian, mulai dari menghargai keberagaman hingga memperjuangkan keadilan sosial.
ADVERTISEMENT
"Di semua aspek, kalau melihat ketidakadilan, bicara. Itu bagian dari bela negara," ujarnya.
Di tengah persaingan global, Prof Intan menekankan bahwa generasi muda memegang peran strategis dalam membangun masa depan Indonesia. Kekuatan suatu bangsa tidak hanya terletak pada kekayaan sumber daya alam atau kemajuan teknologinya, tetapi juga pada kesejahteraan dan pemberdayaan rakyatnya. Pendidikan, menurutnya, adalah kunci utama dalam memberdayakan individu untuk menjadi agen perubahan di masyarakat.
"Pendidikan itu bisa memberdayakan, jadi tidak hanya untuk diri sendiri. Kita harus bisa melihat lingkungan sekitar, berkontribusi di masyarakat supaya lebih baik, dan mengangkat kepedulian kita," ujarnya.
Namun, Prof. Intan juga menyampaikan keprihatinannya terhadap sikap apatis yang masih sering ditemui. Menurutnya, sikap ini harus diubah, terutama oleh generasi muda yang memiliki akses lebih besar terhadap informasi dan peluang untuk berbuat lebih banyak.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita mau cinta Indonesia, kita harus peduli. Peduli terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, terhadap orang-orang yang membutuhkan, dan terhadap masa depan bangsa ini," tambahnya.
Prof Intan berharap generasi muda Indonesia tidak hanya mengejar kesuksesan pribadi, tetapi juga memiliki kesadaran untuk berkontribusi secara aktif demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat. "Jadilah generasi yang peduli, yang tidak hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga memikirkan bagaimana Indonesia bisa menjadi lebih baik," pungkasnya.