Konten dari Pengguna

Socrates Petarung Ilmu

SEVIMA
Sentra Vidya Utama (Sevima) adalah Education Technology yang berdiri sejak tahun 2.004, dengan komunitas dan pengguna platform yang tersebar di lebih dari 1.000 kampus se-Indonesia. Bersama kita revolusi pendidikan tinggi, #RevolutionizeEducation!
23 Agustus 2023 16:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
Dan Socrates pun terkulai lemas setelah dipaksa minum racun oleh Penguasa Athena kemudian wafat 399 M, meninggalkan hembusan nafas yang terakhir. Hembusan nafas itu tertoreh dalam sejarah untuk kemudian sejarah yang menobatkannya sebagai Tokoh utama filsuf Barat. Catatan Socrates kisah pilu tentang campur aduk yang dipaksakan secara otoriter, antara kekuasaan dengan keilmuan dan kebenaran. Para Penguasa Athena merasa bahwa mereka adalah sumber berfikir dan kebenaran yang enggan disaingi.
ADVERTISEMENT
Pemikiran dan kebenaran yang diajarkan Socrates dipandang oleh penguasa Athena merusak generasi muda. Padahal landasan berfikir yang diajarkannya merupakan dasar keilmuan terkini serta patokan berpijak yang didengungkan pada berbagai mimbar akafemis dan kebebasan betfikir serta dasar mutlak tentang kadar ilmiah : berpijak pada penalaran/knowledge, empiris/pengamatan , obyektif/sesuai fakta.
Socrates salah seorang filsuf yang membuka lembaran tahap.berfikir setelah sebelumnya tahap berfikir manusia berada dalam kegelapan: menjawab masalah secara mithos dan meta fisik yang kadarnya lebih absurd (samar) dibanding try and error. Mithos yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, hingga kemudian seiring waktu kita menyebutnya sebagai dongeng dan legenda. Pada keseharian terkini mithos dan legenda bukanlah lagi sebagai sumber kebenaran/ilmu tetapi menjadi nina bobok, lantunan dongeng seorang ibu di malam hari, menghantar anaknnya untuk terlelap.
ADVERTISEMENT
Tidaklah masuk akal (ilmiah) legenda tentang asal usul terjadinya Gunung Tangkuban Perahu. Demikianpun tak kalah tinggi nilai dongengnya tentang batu Malin Kundang berasal dari perahu.
Sebagaimana buah fikiran Socrates tentang mengedepankan bernalar/berfikir, empirik , dan obyektif mengalami perkembangan yang pesat atas daya bangun persfektif dan metode yang digunakan dan dikembangkan.
Sungguhpun begitu banyak model bernalar untuk menjawab permasalahan, namum ada yang sudah umum , yaitu persfektif/sudut pandang dalam sillogisme (cara menyimpulkan). Ada dua metode menyimpulkan: 1) Deduktif menyimpulkan atas uraian uraian yang terkandung dalam sesuatu. Inilah yang disebut dengan analisis. 2) Induktif menyimpulkan dengan cara menggabungkan berbagai hal atau item hingga menjadi sesuatu. Inilah yang disebut kreasi dan innovasi, bahasa yang lazim disebut mencipta.
ADVERTISEMENT
Empiris bermakna segala sesuatu yang ditangkap oleh panca indra. Tentang apa apa yang bisa dilihat, didengar, dicium, dirasakan. Inilah yang disebut pengalaman.
Obyektif bermakna tentang sesuatu yang harus disikapi apa adanya. Tidak boleh dilebihkan dan dikurangi. Harus obyektif dalam bernalar dan obyektif dalam empirik.
Dari penjabaran ini bisalah dideskripsikan tentang bahan baku hingga disebut ilmiah, adalah : " Sesuatu yang bersumber dari penalaran/fikiran dan pengalaman/empirik secara obyektif ". Contoh sederhana : Sepengetahuan saya batu itu keras (bernalar), lalu saya pukul hingga tangan saya merasa sakit (empirik), lalu saya sampaikan ke pada orang lain secara jujur apa yang saya fikirkan dan saya rasakan tentang batu (obyektif).
ADVERTISEMENT
Orang yang berkuasa mampu menguasai ilmuwan, tetapi tidak kuasa menguasai ilmu. Socrates telah dibunuh tapi ilmunya tidak mati. Wallahu a'lam bishawab
Penulis: Rafdi, M.A, Direktur AMIK AKPAR CBI