Konten dari Pengguna

Sujiwo Tejo ke Mahasiswa: Terjun ke Lapangan, Jangan Kuliah & Teori Saja!

SEVIMA
Sentra Vidya Utama (Sevima) adalah Education Technology yang berdiri sejak tahun 2.004, dengan komunitas dan pengguna platform yang tersebar di lebih dari 1.000 kampus se-Indonesia. Bersama kita revolusi pendidikan tinggi, #RevolutionizeEducation!
30 Maret 2022 15:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SEVIMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sujiwo Tejo
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sujiwo Tejo
ADVERTISEMENT
YOGYA (30/03) - Hadirnya Sujiwo Tejo dalam BEM KM Institut Teknologi Yogyakarta (ITY) memang membawa suasana yang berbeda. Banyak sekali kisah menarik yang diajarkan oleh Presiden Republik Djancukers tersebut. Terutama dalam melakukan proses integrasi nusantara dan bangsa melalui ilmu kebudayaan.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Sujiwo Tejo, Rektor ITY, Prof. Dr. Chafid Fadeli, mengungkapkan bahwa keilmuan bisa semakin maju bila diikuti dengan teknologi yang memadai. Namun akan lebih hakiki bila diiringi dengan integritas bangsa dan juga keilmuan nusantara.
Menurut Sujiwo Tejo, diprediksi oleh Stephen Hawking, bahwa 100 tahun mendatang, Homo Sapiens ini akan punah. Semua akan tergantikan oleh teknologi dan robot.
Ini berbeda jika setiap manusia memiliki integrasi dan budaya yang sangat kuat. Kedua hal ini tak akan pernah bisa tergantikan apabila ditanamkan dengan serius kepada setiap generasi muda.
“Kebudayaan bukan hanya sebuah seni saja. Namun kebudayaan merupakan suatu hal yang muncul melalui pola pikir manusia. Sedangkan alam bisa terjadi karena sebuah perilaku yang reflek untuk dilakukan,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, dalam melakukan penyeimbangan alam juga harus diikuti oleh analisa sekitar. Dipikirkan melalui pola pikir yang terlintas di setiap pikiran manusia.
“Penyeimbangan alam tak bisa berjalan lancar tanpa diikuti oleh proses analisa sekitar terhadap kegunaannya,” katanya.
Bisa dibilang penyeimbangan alam bisa mengatasi kondisi kepunahan yang terjadi di lingkungan sekitar.
“Penyeimbangan lingkungan alam menjadi salah satu kunci agar kepunahan di sekitar tidak terjadi. Anggaplah ketika melakukan penyeimbangan alam seperti halnya melakukan pelestarian budaya. Karena di dalam sebuah kebudayaan selalu ada sebuah pembangunan. Sehingga penyeimbanan terhadap lingkungan terus berkembang pesat,” imbuh Sujiwo Tejo.
Selain itu, kepunahan ini juga tak akan terjadi bila kondisi sekitar bisa dimaksimalkan dengan baik. Salah satunya dengan penyeimbangan kondisi alam yang ada di sekitar.
ADVERTISEMENT
Budayawan yang juga dikenal sebagai dalang nyentrik ini hadir dengan tampilannya yang khas tersebut tampil inspiratif di tengah hadapan Pimpinan ITY. Dengan melantunkan beberapa tembang yang penuh makna, Sujiwo Tejo menyampaikan konteks budaya dalam memelihara budaya dan integrasi nusantara.
“Ruang dan waktu itu bukan milik kita, tapi milik alam. Memelihara alam selayaknya memelihara integrasi nusantara. Seyogyanya diikuti dengan pemeliharaan pada alam yang sudah memberikan banyak hal kepada manusia,” ungkap Sujiwo Tejo.
Terlepas dari memelihara keadaan alam sekitar, Mbah Tejo juga berpesan kepada para mahasiswa untuk lebih mendalami kehidupan. Salah satunya dengan praktik langsung dan mengikuti alur kehidupan di sekitar.
Menurutnya, kehidupan itu harus nyemplung (red. Bahasa Jawa). Meskipun sudah mendapatkan pendidikan yang tinggi, namun belum tentu bisa dipraktekkan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Mbah Tejo berkata, kehidupan akan jauh lebih sempurna jika setiap insan bisa menyelami sebuah ilmu penghidupan secara langsung.
“Belum lengkap rasanya jika hanya berkuliah tanpa harus nyemplung ke lapangan. Apalagi buat para mahasiswa lingkungan. Seharusnya kalian harus lebih memperhatikan kondisi lingkungan. Jadi biar lebih bisa memahami kehidupan dan keadaan sekitar,” jelas pria yang kerap disapa Mbah Tejo ini.
Dimisalkan pada saat belajar berenang, seseorang akan jauh lebih mahir bila langsung memasuki kolam tersebut. Namun akan sangat sulit bagi dirinya jika hanya belajar melalui materi saja.
Inilah yang dimaksud oleh Mbah Tejo, bagaimana ilmu akan jauh lebih sempurna bila mahasiswa bisa mengaplikasikannya secara langsung di lingkungan masyarakat.