Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Logical Fallacy Ade Armando
8 Desember 2023 11:21 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Konfridus R Buku tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernyataan politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ade Armando terkait politik dinasti di Daerah Istimewa Yogyakarta pada hari Minggu, 3 Desember 2023 dalam video yang diunggah melalui akun X @adearmando61 menimbulkan kehebohan dan kegaduhan politik di tanah air khususnya di Yogyakarta. Ade Armando dalam videonya mengkritik aksi mahasiswa BEM UI dan UGM terkait politik dinasti.
ADVERTISEMENT
Ade Armando menilai bahwa demonstrasi yang dilakukan oleh BEM UI dan UGM adalah sebuah ironi demokrasi. Ade Armando melalui videonya meragukan niat dan substansi demonstrasi mahasiswa.
Lebih lanjut Ade Armando menyatakan bahwa
ADVERTISEMENT
Ade juga dengan sinis menyebut posisi Gubernur yang dijabat oleh Sultan tanpa Pemilu adalah sebuah pelanggaran konstitusi dan praktik politik dinasti.
Pernyataan Ade Armando ini kemudian menghadirkan aksi protes dari sejumlah kalangan terutama dari Warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang tergabung dalam Paguyuban Masyarakat Ngayogyakarta Untuk Sinambungan Keistimewaan (PAMAN USMAN). PAMAN USMAN mengecam keras pernyataan Ade Armando sebagai tindakan yang tidak memiliki dasar sejarah dan hukum serta memanipulasi fakta-fakta hukum terkait kedudukan Keistimewaan DIY.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X juga buka suara atas komentar Ade Armando tentang politik dinasti di DIY. Menurut Sultan, berkomentar boleh-boleh saja. Namun, Sri Sultan menyatakan bahwa yang terjadi di DIY telah ditetapkan dalam UU Keistimewaan Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Menelisik pernyataan Ade Armando tentang politik dinasti dengan membandingkan peristiwa penolakan BEM UI dan UGM atas politik "dinasti Jokowi" dengan praktik dinasti Keraton Yogyakarta merupakan sebuah bentuk logical fallacy. Kumparan menyatakan bahwa istilah fallacy berasal dari bahasa Latin, yaitu fallacia yang berarti deception atau dalam Indonesia disebut tipu muslihat atau penipuan.
Dengan kata lainnya adalah argumen yang dilontarkan tidak terbukti kebenarannya mengubah opini publik, memutar balik fakta, pembodohan publik, fitnah, provokasi sektarian, pembunuhan karakter, memecah belah, menghindari jerat hukum, dan meraih kekuasaan dengan janji palsu (kumparan.com, 1/3/2023). Pernyataan Ade Armando terkesan berusaha mengubah opini publik tentang praktik politik dinasti di Republik ini dan seakan-akan berusaha untuk melegitimasi praktik dinasti yang disinyalir sedang terjadi dalam trah Jokowi.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks pernyataan Ade Armando terdapat beberapa bentuk logical fallacy; Pertama, Slippery Slope yang mana fallacy ini mengasumsikan bahwa jika kejadian A terjadi, maka B juga akan terjadi, tanpa didukung dengan bukti atau penalaran yang masuk akal. Ade Armando mencoba membandingkan atau memaksa BEM UI dan UGM membandingkan praktik dinasti yang disinyalir terjadi dalam trah Jokowi dengan dinasti kesultanan Yogyakarta.
Pernyataan Ade Armando ini tidak berdasar dan tanpa pembuktian yang jelas, sebab ketika membandingkan dinasti dalam konsep pemerintahan Republik dan konsep dinasti dalam kesultanan Yogyakarta adalah dua hal yang berbeda. Dinasti dalam konsep pemerintahan Republik sangat tidak dianjurkan dan tidak diamanatkan dalam Undang-undang, sedangkan dinasti dalam kesultanan Yogyakarta telah diamanatkan dalam Undang-Undang.
ADVERTISEMENT
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY adalah keniscayaan konstitusi dari Pasal 18 b ayat 1 UUD 1945 di mana Negara menjamin satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau istimewa berdasarkan hak asal usul sebelum RI berdiri (kumparan.com, 1/3/2023).
Bentuk keistimewaan DI Yogyakarta merupakan suatu bentuk merawat kebudayaan keraton yang juga menjadi bagian dari merawat sejarah yang telah hidup bahkan sebelum republik ini terbentuk. Dinasti Kesultanan Yogyakarta adalah sebuah keistimewaan, sama halnya dengan merawat Candi Borobudur dan merawat kebudayaan-kebudayaan yang ada di Nusantara. Aceh misalnya kemudian juga menjadi daerah istimewa karena ada latar belakang sejarahnya yang panjang, yang dengan menjadikannya sebagai daerah istimewa maka kita sebenarnya berusaha merawat kebudayaan.
ADVERTISEMENT
Kedua, Appeal to Emotion, fallacy jenis ini membuat argumen yang memanipulasi respons emosional untuk menggantikan atau menutupi argumen lain yang dianggap lebih valid dan masuk akal. Pernyataan Ade Armando tentang politik dinasti adalah bagian dari manipulasi respons emosional yang mencoba menutupi atau membenarkan argumentasi tentang politik 'dinasti Jokowi' dengan praktik dinasti kesultanan Yogyakarta.
Dalam konteks ini Ade Armando seakan-akan mencoba membenarkan dan melegitimasi praktik dinasti dalam pemerintahan Republik jika ada praktik yang sama pada Kesultanan Yogyakarta. Pernyataan Ade Armando ini sebenarnya bagian dari percobaan mempengaruhi opini publik untuk sesuatu yang tidak diamanatkan dalam undang-undang.
Ketiga, Circular Reasoning, fallacy yang menyatakan bahwa kondisi A benar karena B, kondisi B benar karena A. Logika ini menggunakan penalaran melingkar yang saling berkelindan. Logika yang dibangun Ade Armando adalah sebuah kesesatan berpikir karena mencoba menyatakan bahwa praktik dinasti pada pemerintahan republik adalah benar adanya dan legitimate ketika di saat yang sama ada praktik dinasti pada DI Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Logical falacy yang dibangun Ade Armando di atas merupakan kekeliruan dalam proses berpikir, karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, dan kecerobohan. Ade Armando membangun pernyataannya melalui premis-premis yang tidak tepat karena menggunakan premis-premis dengan latar berbeda dan tidak memperhatikan relevansinya sehingga pernyataannya menjadi tidak valid dan tidak relevan.
Ade Armando kemudian menyatakan permohonan maaf dan ditegur oleh petinggi partai PSI karena pernyataannya. Konteks pernyataan maaf Ade Armando sejatinya adalah bagian dari mengamini bahwa ada logical fallacy yang telah dibangun. Dengan demikian logical fallacy seperti ini harusnya ditepis karena sejatinya logical fallacy yang dibangun Ade Armando merupakan tindakan atau pernyataan yang tidak memiliki dasar sejarah dan hukum serta memanipulasi fakta-fakta dengan tujuan membenarkan praktik-praktik politik lainnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain argumentasi yang dibangun sangat sensitif dan menimbulkan kehebohan dan kegaduhan. Sensitifitas logika Armando karena bersentuhan langsung dengan identitas dan latar sejarah dan budaya tertentu. Dengan demikian dalam menepis logical fallacy seperti ini, maka publik harus mampu melihat suatu isu secara lebih utuh dan menyeluruh dengan didukung fakta empiris.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Karen A. Wink dalam Rhetorical Strategies for Composition: Cracking an Academic Code." Rowman & Littlefield (2016) bahwa sebuah argumentasi harus didukung dengan bukti untuk mendukung klaim dan memvalidasi informasi. Oleh karena itu, kita harus benar-benar memahami terlebih dahulu apa yang ingin disampaikan. Baik dalam pengertian, alasan, contoh, juga buktinya, agar argumen menjadi relevan. Sehingga benar apa yang dikatakan oleh Karl Popper bahwa perlu adanya falsifikasi kebenaran, agar apa yang dinyatakan bisa teruji kebenarannya. Argumentasi yang salah dan rancu dapat menjadi bumerang bagi diri sendiri dan orang lain.
ADVERTISEMENT