Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Belajar Membuat Khalayak Terenyuh dari Pegiat Periklanan Thailand
19 September 2017 10:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Konner Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi berisi pesan-pesan tertentu yang ditujukan pada khalayak, baik sifatnya komersial maupun non-komersial. Industri periklanan pun berlomba-lomba untuk menciptakan iklan kreatif yang menyita perhatian sekaligus mengambil hati audiens-nya. Jika iklan tersebut komersial, tentu tujuan akhirnya adalah untuk membangkitkan minat audiens hingga akhirnya berkeputusan untuk membeli produk yang diiklankan.
ADVERTISEMENT
Mari sejenak kita menyoroti iklan-iklan asal Thailand yang telah beberapa tahun belakangan ini konsisten membuat viral berkat senjata ampuhnya; emosional, dan humor. Setelah iklan perangkat telekomunikasi yang menyentuh hati, baru-baru ini hadir iklan asuransi dengan target pasar anak muda kelas menengah yang tak kalah emosionalnya.
Beberapa di antaranya juga menampilkan guyonan lucu nan norak khas Thailand yang sarat slapstiknya. Saking digandrunginya, banyak orang yang membagikan konten iklan ini lewat media sosial. Mereka ter-engage. Hasilnya, banyak orang pula yang kemudian menjadi aware terhadap iklan tersebut dan tertanam dalam di ingatan mereka. Mengapa bisa begitu?
Story telling yang menarik
Salah satu aspek yang patut diapresiasi dari periklanan Thailand adalah kepiawaiannya dalam mengemas cerita. Mereka menjual produknya dengan cara menyuguhkan kisah-kisah dramatis yang menyentuh emosi. Terkadang audiens lupa jika sedang menonton iklan karena setiap alurnya yang sangat menghipnotis, mirip film berdurasi panjang. Karenanya, iklan Thailand kerap disebut sebagai the tear-jerker atau penguras air mata, seperti yang ditulis dalam laman The Atlantic.
ADVERTISEMENT
Jika pun bertema humor, iklan Thailand tak tanggung-tanggung membuat kontennya menjadi sebuah tayangan yang norak dan slapstik sekali. Jangan heran jika banyak audiens yang merasa jijik, namun pendekatan humornya membuat setiap orang yang menontonnya tetap asyik.
Pintar mengangkat tema sederhana menjadi sesuatu yang memorable
Jika kita jeli memperhatikan, kebanyakan iklan Thailand berisi konten yang sederhana, bahkan kerap kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang ditemui dalam iklan Thai Life Insurance yang bertajuk I Need More Time “My Son” yang berkisah tentang seorang ayah yang harus membesarkan anak laki-lakinya seorang diri sepeninggal istrinya. Jelas terlihat di sini bahwa tema yang diangkat sangat dekat dengan kehidupan kita, tak muluk-muluk, tapi mengena.
ADVERTISEMENT
Tema-tema serupa yang bisa dilihat seperti hubungan orang tua dan anak, pertemanan, atau dunia anak muda. Kemasannya dibuat begitu rupa agar membangkitkan minat audiens untuk menyaksikan dan meninggalkan kesan yang memorable. Iklan-iklan seperti inilah yang lebih mudah menjangkau audiensnya karena terdapat unsur proximity di dalamnya.
Mengandung nilai-nilai sosial
Terlepas dari tayangan berdurasi panjang mirip drama-drama yang menyedihkan, banyak iklan Thailand juga yang memanfatkan sisi kemanusiaan, khususnya iklan layanan masyarakat. Tak hanya mengundang simpati semata, setelah melihat iklan Thailand ini, audiens diharapkan mampu mengubah cara hidup dan sadar akan sesuatu hal yang penting dalam kehidupannya. Dengan cara ini, maka fungsi iklan juga tak melulu soal mempromosikan produk atau layanan yang dijual, namun juga mengedukasi audiens lewat nilai-nilai sosial yang terksndung di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Jualan yang implisit
Sebagian besar iklan Thailand jarang menggunakan teknik pemasaran yang langsung melakukan penjualan produk atau hard selling. Mereka menggunakan teknik soft selling dimana penempatan merek dagang diletakkan di bagian akhir iklan. Pun tak ditampilkan dalam ukuran besar yang mendominasi, cukup kecil dan terkadang hampir tak terlihat. Audiens seolah mendapat angin segar karena mereka sudah jenuh dengan terpaan iklan yang kebanyakan hanya fokus berjualan.
Meski dirasa menjadi ‘bumerang’ karena berimbas pada audiens yang hanya fokus dengan isi ceritanya saja, namun cara ini dilakukan agar audiens tak terganggu dengan tampilan merek. Hal ini membuat audiens tak segan-segan untuk membagikan iklan tersebut di media sosial. Cukup pintar untuk menyebarluaskan iklan secara cuma-cuma, bukan?
ADVERTISEMENT
Totalitas
Dibandingkan dengan iklan Indonesia yang kebanyakan berdurasi singkat dan to the point, iklan Thailand justru tak segan-segan menampilkan tayangan iklan yang berdurasi panjang nan menghanyutkan. Hal ini cukup membuktikan bahwa industri periklanan Thailand tak kenal kata ‘ala kadarnya’, mereka merancang konsep iklan dengan totalitasnya.
Namun bukan berarti tanpa pertimbangan, tentunya mereka telah melakukan riset sebelum mengeksekusi pengerjaan iklan agar hasilnya bisa maksimal.
Aspek-aspek itulah yang membuat iklan-iklan Thailand viral di kalangan orang-orang Indonesia (bahkan mungkin juga selain Indonesia). Bagi pegiat periklanan, Thailand tentu sebuah insight yang sangat bisa dipertimbangkan. Kenapa tidak membuat khalayak di Indonesia terenyuh dengan cerita-cerita yang memiliki kedekatan dengan kehidupan bermasyarakat orang Indonesia?
ADVERTISEMENT