Mengenal Konservasi Penyu Pantai Pelangi Melalui Film “Ngrumat Uripe Jagad"

Aksi Konservasi Yogyakarta
Official Account Konservasi Penyu Pantai Pelangi Yogyakarta
Konten dari Pengguna
20 Juli 2023 17:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksi Konservasi Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tukik yang tengah menetas di sarang buatan berupa toples di Kawasan Konservasi Penyu, Pantai Pelangi, Yogyakarta, Sabtu (8/7/2023). Foto: Danang Firnanda Putra/Aksi Konservasi Yogyakarta
zoom-in-whitePerbesar
Tukik yang tengah menetas di sarang buatan berupa toples di Kawasan Konservasi Penyu, Pantai Pelangi, Yogyakarta, Sabtu (8/7/2023). Foto: Danang Firnanda Putra/Aksi Konservasi Yogyakarta
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yogyakarta dikenal sebagai daerah yang kerap dipilih sebagai tujuan wisata. Memang ada banyak sekali wisata yang sangat terkenal di kota gudeg ini, tak terkecuali wisata alam seperti pantai yang eksotis. Keragaman landscape pantai di Yogyakarta pada dasarnya selalu bisa memsona mata dan menarik perhatian wisatawan.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik gemerlap wisata pantai selatan Yogyakarta, tak banyak orang yang tahu bahwa wilayah ini juga menjadi tempat pendaratan satwa penjelajah laut, yakni penyu. Demi melestarikan satwa langka ini, sebuah Komunitas Aksi Konservasi Penyu Pantai Pelangi atau Fourkey terus melakukan kegiatan konservasi secara masif. Berjarak 2 km dari Pantai Parangtritis, Pantai Pelangi merupakan lokasi wisata sekaligus tempat konservasi penyu berlangsung.
Sayangnya, informasi terkait konservasi penyu di sini masih jauh dari sorotan banyak orang. Hal inilah yang kemudian membuat Osama Ridwan Omaryanto, mahasiswa semester 6 Universitas Teknologi Yogyakarta dan teman-temannya tertarik untuk mempublikasikan isu tersebut melalui media film. Dalam rangka menenuhi tugas mata kuliah film dokumenter, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi yang tergabung dalam Tim Produksi Sentosa Sejiwa mendokumentasikan aktivitas konservasi di Pantai Pelangi, Bantul, Yogyakarta.
Osama Ridwan Omaryanto tengah melakukan sambutan untuk pembukaan acara Screening film dokumenter 'Konservasi Penyu: Ngrumat Uripe Jagad' di Kawasan Konservasi Penyu, Pantai Pelangi, Yogyakarta, Sabtu (8/7/2023). Foto: Danang Firnanda Putra/Aksi Konservasi Yogyakarta
“Aku tanya temen-temenku yang asli Jogja, yang rantauan, yang udah lama tinggal di Jogja. Itu bahkan nggak tahu ada konservasi penyu di Jogja. Kok bisa? Berarti ini kan ada kesalahan, dimana konservasi ini kurang banyak dikenal masyarakat luas. Itu keresahanku sendiri, jadi pengen nge-up juga,” terang Osama saat ditemui usai screening dan diskusi film dokumentasi konservasi penyu yang diadakan pada Sabtu (8/7) lalu.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari keresahan tersebut, Osama bersama dengan 13 kru lain, membuat film dokumentasi berjudul ‘Konservasi Penyu: Ngrumat Uripe Jagad’. Dalam Bahasa Jawa, ‘Ngrumat Uripe Jagad’ memiliki arti merawat hidupnya dunia. Lebih jelasnya, Osama menilik penyu sebagai salah satu komponen penting yang dapat menyeimbangkan ekosistem laut. Sayangnya, kini penyu sudah berada di batas garis kepunahan.
Pelepasan tukik di Kawasan Konservasi Penyu, Pantai Pelangi, Yogyakarta, Sabtu (8/7/2023). Foto: Danang Firnanda Putra/Aksi Konservasi Yogyakarta
“Point utamanya, penyu inikan tidak bisa menetas sendiri. Kalau menetas sendiri, ada banyak predator. Jadi kemungkinan punahnya juga semakin besar. Nah, 'Ngrumat' itu ngajak kita sebagai manusia bersama-sama untuk menjaga alam ini,” terang Osama sebagai sutradara film tersebut.
Secara umum, film dokumentar ‘Ngrumat Uripe Jagad’ menggambarkan tentang upaya Pak Sarwidi, warga lokal yang menginisiasi adanya konservasi penyu di Pantai Pelangi sejak tahun 2010. Di tengah usahanya menjaga kelestarian penyu, Pak Sarwidi juga mengungkapkan keresahannya tentang keberlanjutan konservasi jika sudah tidak ada anak muda yang bisa menerusakan semangatnya. Hal ini juga menjadi keresahan yang dirasakan oleh para relawan yang tergabung dalam Aksi Konservasi Yogyakarta, komunitas yang membantu Pak Sarwidi dalam melestarikan penyu sejak 2020.
Pak Sarwidi sedang melakukan sambutan sebagai konservator di Kawasan Konservasi Pantai Pelangi, Yogyakarta, Sabtu (8/7/2023). Foto: Danang Firnanda Putra/Aksi Konservasi Yogyakarta
Setelah pemutaran film, acara ini juga dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama. Para peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa tampak sangat antusias. Mereka aktif membahas tema terkait, agenda konservasi penyu, hingga teknis pembuatan film tersebut. Namun secara garis besar, Osama menjelaskan bahwa film ini dibuat untuk memperkenalkan kepada masyarakat lebih luas tentang keberadaan konservasi penyu di area wisata pantai selatan Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
“Alasanku buat milih judul itu karena tujuan film kita untuk mengenalkan kepada anak muda, buat ngerawat alam yang udah disediakan ini,” papar Osama.
Sejak awal 2023, Osama mulai riset lebih lanjut tentang tema konservasi penyu ini. Tak hanya tinjauan literatur, Tim Produksi Sentosa Sejiwa juga melakukan beberapa kali kunjungan langsung ke Pantai Pelangi. Bahkan di masa peneluran (antara bulan Maret-Juni), sejumlah kru turut melakukan patrol dan pemindahan sarang telur penyu. Proses ini dilakukan dalam jangka waktu 2-3 bulan hingga film dokumenter siap ditayangkan.
Peserta kegiatan tengah menanam bibit pandan laut di Kawasan Konservasi Penyu, Pantai Pelangi, Yogyakarta, Sabtu (8/7/2023). Foto: Danang Firnanda Putra/Aksi Konservasi Yogyakarta
Pemutaran film ini merupakan akhir dari serangkaian agenda konservasi yang dilakukan oleh tim produksi Sentosa Sejiwa dan para peserta. Sebelum acara screening, ada sejumlah kegiatan berupa edukasi penyu, pemilahan sampah, bersih pantai, penanaman bibit pandan laut, hingga perilisan tukik di kawasan konservasi penyu Pantai Pelangi, Yogyakarta. Deretan agenda ini bertujuan untuk mendukung pelestarian penyu dan habitatnya agar tetap terjaga serta jauh dari kepunahan.
ADVERTISEMENT