Haenyeo, Penyelam Wanita Dari Jeju

KOREA CHOBO
KOREACHOBO, jawaban atas segala rasa penasaranmu tentang Korea!
Konten dari Pengguna
5 April 2017 4:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KOREA CHOBO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Putri duyung dari Pulau Jeju.
Akhir tahun 2016 lalu, UNESCO menambahkan satu lagi daftar warisan budaya dari Korea Selatan. Haenyeo, sebutan untuk penyelam wanita dari Pulau Jeju berhasil masuk ke dalam daftar warisan budaya tak benda dari UNESCO pada November 2016.
ADVERTISEMENT
Haenyeo tentu bukan nama yang asing lagi bagi penggemar budaya Korea. Menjadi salah satu ciri khas Pulau Jeju, Haenyeo sendiri jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Wanita Laut”. Sesuai namanya, Haenyeo merupakan sebutan untuk para penyelam wanita. Uniknya penyelam wanita “Haenyeo” di Jeju bukanlah berasal dari kalangan muda, dengan jangka umur 35 sampai 90 tahun para wanita ini menyelam untuk mencari secercah rezeki.
Sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, para perempuan di Pulau Jeju menghidupi diri mereka dengan memanen dari dasar lautan. Menyelam kurang lebih sampai kedalaman 10 meter, para perempuan perkasa ini tidak menggunakan tabung oksigen. Mereka hanya menggunakan masker dan pencahayaan sederhana saja untuk menyelam. Setiap harinya, Haenyeo dapat memanen hasil laut hingga 7 jam. Dengan menahan napas selama 2 menit, penyelam pergi ke dasar laut dan mencari aneka hewan laut seperti kerang dan landak laut. Hal tersebut dilakukan berulang hingga beberapa jam kedepan. Sungguh mengesankan ya!
ADVERTISEMENT
Haenyeo sendiri dibagi ke dalam 3 grup tergantung pengalaman dalam menyelam. Grup tersebut tidak lain adalah hagun, junggun dan sanggun. Sanggun merupakan sebutan untuk grup dengan anggota paling berpengalaman, memiliki tugas untuk memberikan petunjuk bagi penyelam lainnya.
Keunikan lainnya dari penyelam wanita Jeju ini adalah sebelum menyelam mereka akan berdoa pada Dewa Laut yang disebut dengan Jamsugut. Doa dipanjatkan untuk keamanan serta panen yang berlimpah.
Haenyeo pada dasarnya adalah profesi turun temurun bagi para wanita Jeju. Tidak berdiam diri meskipun sudah menikah, para perempuan Jeju lebih memilih untuk menjadi penyelam. Haenyeo sendiri merupakan pekerjaan pertama untuk para “ibu” atau orang yang sudah menikah. Di negeri dengan sistem patriarki yang kuat, profesi para Haenyeo ini memiliki arti mendalam. Haenyeo menyimbolkan kemerdekaan dan kekuatan wanita Korea.
ADVERTISEMENT
Untuk menjadi seorang Haenyeo latihan dilakukan sejak 13 tahun. Mengingat untuk dapat memahami dunia laut membutuhkan waktu yang cukup lama. Populasi Haenyeo sendiri sekarang sudah semakin berkurang dan mengkhawatirkan. Populasi Haenyeo yang mencapai 26.000 orang pada tahun 1960an, menjadi sekitar 2.500 sampai 4.500 saja saat ini.
Nah jadi itulah sedikit kulikan tentang Haenyeo. Untuk informasi tentang Korea lainnya, nantikan terus di Koreachobo!