Konten dari Pengguna

Putri Deokhye, Putri Terakhir Kekaisaran Korea

KOREA CHOBO
KOREACHOBO, jawaban atas segala rasa penasaranmu tentang Korea!
5 November 2017 21:46 WIB
clock
Diperbarui 17 April 2019 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KOREA CHOBO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengungkap kisah sedih kehidupan putri terakhir dari kekaisaran Korea.
Putri Deokhye (Foto: Sutori)
zoom-in-whitePerbesar
Putri Deokhye (Foto: Sutori)
Setelah Korea jatuh ke tangan Jepang pada tahun 1910, kehidupan orang Korea tidak dapat dikatakan baik. Tidak hanya rakyat, namun keluarga kerajaan juga mengalami hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Kali ini Koreachobo akan membahas mengenai Putri Deokhye, putri terakhir dari kekaisaran Korea. Yuk simak!
Putri Deokhye merupakan putri dari Kaisar Gojong dan selirnya, Lady Bongnyeong. Lahir pada tanggal 25 Mei 1912, Putri Deokhye menjadi putri termuda keturunan dari Kaisar Gojong. Hal tersebut menjadikan sang Kaisar begitu mencintai sang putri. Bahkan Kaisar Gojong membangun taman kanak-kanak khusus untuk Putri Deokhye yaitu, 'Junmyeongdang'.
Meskipun saat Korea berada di bawah tekanan Jepang, Putri Deokhye dapat tumbuh dengan baik dan cerdas, keluarga kekaisaran dapat hidup dengan bahagia meski dibawah tekanan Jepang. Namun rupanya hal tersebut tidak bertahan lama, pada tahun 1919 Kaisar Gojong meninggal dunia. Jepang tidak tinggal diam, pada tahun 1925 diusia putri yang ke 13 tahun ia dibawa ke Jepang dengan alasan untuk bersekolah. Namun alasan sebenarnya, Jepang sedang menahan sang putri untuk menjadi tawanan hidup.
ADVERTISEMENT
Di usia muda harus pergi jauh dari rumah dan keluarga membuat kesehatan sang putri merosot jatuh. Terlebih ketika sang ibu menyusul untuk pergi meninggalkan dunia. Putri Deokhye kemudian didiagnosa menderita demensia.
Setelah kesehatan sang putri membaik, Jepang memaksa Putri Deokhye untuk menikah dengan seorang bangsawan Jepang bernama So Takeyuki. Pada umur 18 tahun, putri melahirkan seorang bayi perempuan yang kemudian ia beri nama Masae atau Jeonghye dalam bahasa Korea. Pemaksaan yang dilakukan Jepang ini bermaksud untuk menghentikan kekuatan yang dimiliki keluarga kekaisaran Korea yang tersisa.
Putri Deokhe dan So Takeyuki (Foto: Sutori)
zoom-in-whitePerbesar
Putri Deokhe dan So Takeyuki (Foto: Sutori)
Dilarang kembali ke tanah air, dipaksa untuk tinggal di negara yang sedang menjajah tanah kelahirannya membuat putri seringkali menerima banyak penghinaan. Jepang juga seringkali menggunakan pengaruh yang miliki sang putri untuk mendoktrin orang Korea. Pada suatu waktu, Jepang pernah memaksanya untuk memberikan pidato mengenai Jepang dan besarnya negara itu pada anak-anak Korea yang sedang dibawa kerja paksa di Jepang. Namun Putri Deokhye melakukan hal sebaliknya, ia berpidato mengenai harapan serta perjuangan yang harus masyarakat Korea lakukan untuk melawan Jepang. Karena hal ini, Putri Deokhye harus menerima pukulan bertubi.
ADVERTISEMENT
Putri harus menahan tekanan seorang diri selama hidupnya, putri kemudian jatuh semakin dalam dan menderita depresi. Ia juga tidak diizinkan untuk kembali ke tanah airnya hingga pada tahun 1962 permintaannya untuk kembali dikabulkan. Putri yang depresi lalu kembali pulang ke Korea dan tinggal di Istana Changdeokgung hingga meninggal dunia pada tahun 1989.
Untuk informasi tentang Korea lainnya, nantikan terus di Koreachobo!