Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Risalah Penugasan Diplomat di Wilayah Berbahaya: Cerita dari Suriah (1)
14 Maret 2025 13:06 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Kraska tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah Anda bahwa Indonesia memiliki Kedutaan Besar atau biasa disebut KBRI di wilayah-wilayah yang identik dengan 'bahaya'?
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah KBRI Damaskus di Suriah, tempat saya bertugas sebagai diplomat pada tahun 2019 - 2021.

KBRI Damaskus telah berstatus sebagai 'Perwakilan Berbahaya' sejak 10 tahun terakhir dan menjadi saksi gejolak politik dan perang saudara panjang di Suriah sejak tahun 2011.
Saat itu, saya mengajukan diri untuk ditugaskan di wilayah berbahaya. Ya, Anda tidak salah baca, penugasan ke wilayah yang rawan dan berbahaya ditawarkan kepada kami, sehingga para diplomat yang berminat dapat mengajukan diri atau bidding.
Saya sendiri cukup terkejut, ternyata banyak diplomat yang berminat, dengan berbagai alasan masing-masing.
Saat pertama tiba di Damaskus pada Februari 2019, situasi yang ada jauh dari ekspektasi tentang konflik yang diberitakan. Pada saat itu intensitas konflik sedang berkurang.
ADVERTISEMENT
Beberapa hari sebelumnya, sebagian besar tank dan kawat berduri telah ditarik dari jalanan utama.
Namun, masih ditemui pos penjagaan / checkpoint yang ketat hampir di tiap 2 kilometer jalan raya yang mewajibkan mobil membuka kaca dan bagasi. Beberapa hari setelahnya, saya mengerti arti keberadaan checkpoint itu.
Hanya berjarak sekitar 1 km dari KBRI, terjadi ledakan bom mobil yang menandai serangan pertama di pusat kota Damaskus untuk tahun 2019.
Bagi rekan-rekan yang tiba lebih awal, serangan itu cukup kecil dan tidak terlalu jadi pembicaraan. Yang jadi perhatian penting adalah memastikan tidak adanya korban WNI.
Semakin lama saya bertugas, semakin sering mengalami sampel dari konflik yang masih berlangsung, berbagai ledakan bom hingga pembunuhan terhadap tokoh yang punya kedekatan khusus dengan Indonesia pun terjadi begitu saja.
Dinamika konflik Suriah dan Iran dengan Israel juga turut kami rasakan berupa serangan rudal Israel ke Damaskus tiap bulan.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini masih teringat gemuruh pesawat F-35 Israel yang tidak pernah terlihat di langit, namun selalu diikuti oleh bunyi ledakan bertubi-tubi.
Israel berdalih menargetkan kantong-kantong milisi Iran di Suriah, namun yang jadi kami khawatirkan adalah collateral damage akibat jatuhnya pecahan sisa rudal Israel dan pertahanan udara Suriah yang tersebar tanpa mengenal target.
Dampak konflik yang lebih nyata semakin terlihat saat saya berkunjung ke Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, sekitar 400 km di utara Damaskus.
Baik sepanjang perjalanan dan ketibaan di Aleppo, terlihat kehancuran akibat berbagai pertempuran antara militer Suriah, kelompok pemberontak, dan berbagai kelompok teroris.
Kami pun melewati jalan nasional M5 yang baru beberapa hari terbebas dari kelompok pemberontak.
ADVERTISEMENT
Jalanan itu begitu sepi, tapi hanya berjarak beberapa kilometer dari pertempuran besar yang masih terjadi di beberapa wilayah.
Gedung besar yang terbelah dan dihiasi mozaik lubang-lubang peluru senapan pun menjadi pemandangan biasa.
Wajar jika mengingat nasib Aleppo yang menjadi korban pertempuran besar selama 4 tahun, tepatnya pada tahun 2012-2016.
Di pedesaan Aleppo, saya menemui berbagai titik yang menjadi saksi cerita kekejaman nyata dari kelompok teroris ISIS, namun saya akan jelaskan dalam tulisan berikutnya.
Terlepas dari konflik yang terjadi begitu dekat dengan kami, tekanan yang lebih berat justru terasa saat puncak pandemi COVID-19.
Fasilitas kesehatan di Suriah telah terdampak konflik panjang harus menghadapi pandemi, di saat fasilitas kesehatan yang memadai di negara-negara lain pun kolaps dengan mudahnya.
ADVERTISEMENT
Perhatian terbesar kami saat itu terletak pada kondisi lebih dari 2.000 orang PMI non-prosedural di Suriah yang bisa terdampak.
Selain itu, lebih dari 100 orang PMI berada di shelter KBRI Damaskus yang proses repatriasinya ke Indonesia terganggu akibat isolasi perbatasan terhadap Suriah pada puncak pandemi.
Sebagian besar rekan dan staf di KBRI pun sempat terinfeksi saat puncak pandemi. Sebagian dari mereka hanya bisa berharap sembuh dengan kemampuan penanganan yang sangat terbatas.
Puji syukur tidak ada korban jiwa dari personel KBRI dan WNI di Suriah saat puncak pandemi.
Namun, kami tetap berduka akibat gugurnya para kerabat dan rekan di Indonesia, serta personel Perwakilan RI di negara-negara lain termasuk di Perwakilan Rawan dan Berbahaya.
ADVERTISEMENT
Bagi saya, hal yang berat dari penugasan ini adalah harus berpisah dari keluarga. Peraturan yang ada melarang personel Perwakilan Berbahaya membawa keluarga untuk menetap selama penugasan.
Hal ini penting mengingat potensi munculnya situasi darurat cukup tinggi sehingga menuntut fokus dan prioritas tinggi terhadap pelaksanaan tugas, terutama untuk pelindungan WNI.
Intensitas dan dinamika konflik yang dapat mencelakai personel KBRI kapan saja dan dimana saja, juga bisa memiliki dampak psikologis jangka pendek dan panjang terhadap personel.
Untuk itu Kementerian Luar Negeri RI memperhatikan hal-hal ini dengan baik dan memberikan fasilitas khusus bagi personel Perwakilan yang berstatus Rawan atau Berbahaya. Fasilitas ini diatur melalui Peraturan Menteri Luar Negeri RI Nomor 15 Tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Dengan seluruh dinamika keamanan di Suriah, saya justru merasa beruntung merasakan pengalaman mengabdi di tengah situasi yang tidak biasa, dan yang paling penting bisa bertahan dan kembali bertemu dengan keluarga pasca penugasan.
Bersama tulisan ini, saya sampaikan rasa respek kepada sejawat, tidak hanya diplomat tapi seluruh personel di Perwakilan Berbahaya yang rela mengabdi sambil bertaruh nyawa, menerima seluruh resiko, dan bekerja sepenuh hati.
Semoga selalu sehat dan bahagia dimanapun Anda berada.
Pada tulisan selanjutnya, saya akan menceritakan lebih dalam dan lengkap tentang dinamika pelaksanaan tugas saya selama di Suriah.
Jika ada pertanyaan atau penasaran, tolong ditulis di kolom komentar ya!