Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Amien Rais Siap Nyapres, Ini Kultwit Yusril
11 Juni 2018 12:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Kriminologi.id tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais menyatakan siap maju menjadi calon presiden 2019. Ketua Umum PBB, Yusril Ihza Mahendra, pun kultwit soal pemimpin dan menyinggung nama Amien Rais. Yusril kultwit lewat akun Twitter-nya, @Yusrilihza_Mhd.
ADVERTISEMENT
Yusril mengatakan, dalam pepatah Jawa, ucapan pemimpin adalah 'sabdo pandito ratu'. Artinya, ucapan seseorang yang kedudukannya sangat tinggi bagai seorang pandito (guru maha bijaksana) dan seorang ratu (raja).
Karena itu, menurut Yusril, ucapan pemimpin haruslah ucapan yang serius dan tepercaya. Ucapan yang sudah dipikirkan secara matang dengan segala akibat dan implikasinya. Ucapan pemimpin itulah yang akan menjadi pegangan bagi rakyat dan pendukungnya.
"Karena itu pula, ucapan pemimpin itu harus lahir dari hati yang tulus, bukan kata bersayap, yang seolah diucapkan dengan kejujuran, tetapi di belakangnya mempunyai agenda pribadi yang tersembunyi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Karena ucapan pemimpin adalah sabdo pandito ratu, lanjut Yusril, tidak boleh 'mencla-mencle, pagi ngomong dele, sore ngomong tempe'. Artinya, ucapannya berubah-ubah atau inkonsisten, sehingga membingungkan rakyat dan pendukungnya.
"Karena ucapan pemimpin adalah sabdo pandito ratu, maka pemimpin itu tidak boleh 'plintat plintut' alias 'munafiqun', dalam makna, lain yang diucapkan, lain pula yang dikerjakan. Pemimpin seperti ini akan kehilangan kredibilitas di mata rakyat dan pendukungnya," ujar Yusril.
Berpedoman pada pepatah Jawa itu, Yusril kemudian menyinggung manuver Amien Rais terkait Pipres 2019. Dia mengatakan sejak awal tidak berminat ataupun tertarik dengan inisiatif Amien melakukan lobi sana-sini untuk memilih siapa yang akan maju dalam Pilpres 2019 untuk menghadapi Jokowi sebagai petahana.
ADVERTISEMENT
"Pengalaman adalah guru yang paling bijak. Tahun 1999 dalam pertemuan di rumah Dr Fuad Bawazier, Pak Amien meyakinkan kami semua untuk mencalonkan Gus Dur. Saya dan MS Kaban menolak. Kami tidak ingin mempermainkan orang untuk suatu agenda tersembunyi," ucapnya.
"Tahun 2018 ini pun saya tidak ingin ikut-ikutan dengan manuver Pak Amien Rais, bukan karena saya apriori, tetapi saya belajar dari pengalaman. Saya kini ketum partai. Saya ibarat nakhoda, yang harus membawa penumpang ke arah yang benar, dengan cara-cara yang benar pula," sambung Yusril.
Ditambahkan Yusril, pengalaman tetap menjadi guru yang bijak baginya. "Dan mudah-mudahan bagi orang lain juga. Sekian," sambungnya.