Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Manusia Adalah Sumber Kekacauan
15 Agustus 2024 10:33 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Kristian Ndori tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika aku bertanya, siapakah yang paling sering membuat kegaduhan di sekitar kita? Jika aku bertanya, siapakah yang paling mahir mengelabui apa pun? Jika aku bertanya, apakah pernah ada rasa penyesalan dalam waktu yang lama? Ini beberapa asumsi yang membuatku selalu merenung, entah karena tabiat mengolah pikiran ataupun hanya sebatas men-distorsi antara kedekatan halusinasi dengan pikiran kontroversi semata.
ADVERTISEMENT
Beberapa kali aku mengelak dan membantah beberapa argumen dari para sahabat yang mengatakan manusia itu indah dan paling bisa memahami satu sama lain. Aku sangat ingin menghajar orang-orang yang menceritakan kejernian dirinya dalam sesaat. Fenomena itu hanyalah sebuah majas yang tidak patut untuk dicondongkan karena pernyataan itu bisa kita kunci dalam kata “ke-sombong-an”.
Kesombongan adalah sifat untuk menjadi unik, namun banal bagi yang berjiwa sederhana. Kesombongan tidak bisa di uji dalam spidometer apapun, melainkan hanya bisa di uji dengan kelimpahan dan ketenaran . Sombong selalu bersangkutan dengan piring pujian, yang berhubungan dekat dengan pengagungan, serta meninggikan diri dan memandang rendah yang lainnya. Melangkah kepada kehancuran yang sama, sombong bisa memaraf sifat dengki dan iri hati.
ADVERTISEMENT
Iri hati menjadi penyakit yang sangat buruk, sebab penyakit itu muncul ketika melihat kegembiraan orang lain, dan merasakan kesengsaraan dalam diri sendiri. Maka dikatakan, iri hati menjadi sebuah penyakit yang mudah kambuh dalam tubuh manusia. Kedua kenikmatan manusia itu menjadi pisau yang tajam untuk menghidupkan kehancuran.
Kita bisa melihat keadaan di sekitar kita, berapa banyak keluarga yang ekosistem hidupnya jadi berantakan. Berapa banyak pula perceraian dan perselingkuhan yang marak terjadi. Atau, berapa banyak pula pembunuhan dan pemerkosaan terjadi karena timbulnya rasa iri. Jiwa-jiwa yang dengki selalu menghiasi kehancuran. Bahkan, alam semesta mati dalam genggaman makhluk hidup yang gigih dalam kandang kedengkian. Watak kesombongan pun menjulang, menyumbang dampak yang begitu besar untuk menghancurkan estetika dunia.
ADVERTISEMENT
Makna ketenaran menimbulkan kerinduan untuk menguasai segala hal, termasuk menguasai kehidupan, dan manusia adalah aktor utamanya. Tidakkah kalian berpikir bahwa manusia adalah makhluk hidup yang paling mengerikan? Manusia bisa membakar segala hal, termasuk spesies-nya sendiri. Manusia memangsa segala hal yang dianggapnya lemah. Tidak ada hambatan bagi manusia untuk memusnahkan apa yang di sukainya.
Adakah dari kalian yang menyadari sudah berapa banyak pola penipuan dan manipulasi yang sudah kalian terapkan kepada sesama manusia dalam sepekan ini? Saya yakin lebih dari sepuluh manipulasi yang kalian terapkan untuk menyeimbangi alur dan permainan sirkus kehidupan kalian.
ADVERTISEMENT
Keseimbangan hidup bergantung pada langkah yang kalian ambil. Jikalau kita mengambil langkah yang begitu cepat, maka konsekuensinya semakin membengkak, begitupun sebaliknya. Sama halnya dengan pemujaan terhadap hal-hal duniawi. Dunia ini sama seperti tubuh manusia, yang terdiri dari beberapa organ yang bekerja sama untuk menghidupkan sebuah langkah, yang pastinya langkah terapis yang jauh dari halusinasi.
Halusinasi hanyalah sebuah pemetaan yang sifatnya jauh dari kepastian. Jika ia bisa diwujudkan, maka penggerakan ide-ide itu harus berada dalam langkah yang terapis. Halusinasi juga merupakan sebuah proyek untuk menimbulkan kekacauan. Ide-ide gila akan tumbuh dalam diri manusia ketika mereka melihat sesuatu di depan mata yang bisa direboisasi dan revitalisasi.
Nyatanya pengembangan ide-ide itu harus bisa melahirkan suatu hal yang baru. Tidak peduli apakah itu bermanfaat bagi khalayak umum atau hanya mengenyangkan perut sendiri. Coba kita renungkan apa yang membuat seseorang memiliki hasrat untuk menginginkan suatu hal yang berlebih? Tentu saja karena nafsu.
ADVERTISEMENT
Nafsu merupakan sebuah kenikmatan sesaat yang membuat seseorang ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dan kalau perlu harus berbeda dengan apa yang di dapatkan dari orang lain sebelumnya. Nafsu juga merupakan sebuah kengerian. Sebelum manusia baru itu muncul, hal pertama yang diliput dalam tubuh adalah sebuah nafsu untuk mendapatkan manusia yang baru. Sama halnya dengan mendapatkan kekayaan yang berlebih, nafsu selalu menjadi bahan bakar utamanya.
Semua orang menginginkan kekayaan yang berlimpah, sebab dogma abadi yang menjadikan seseorang bisa dihormati dan dihargai adalah yang memiliki harta berlimpah. Aset-aset adalah penyangga terbaik bagi setiap orang kaya untuk disegani dan disembah. Rasa untuk menghormati dalam bentuk kesamaan terkuak ketika adanya intervensi agama yang mengatakan bahwa harta tidak pernah di tanam dalam kuburannya sendiri.
Maka, penindasan terhadap yang miskin sedikit menurun. Akan tetapi, perbudakan modern dengan pola modernitas masih memasifkan hal demikian. Kekayaan yang berlebih memang bukan sebuah kesalahan. Namun, kekayaan yang tendensinya kesalahan adalah kekayaan yang berdiri karena mengapung di atas ombak kerakusan.
ADVERTISEMENT
Manusia yang rakus menjadi fenomena tak terpuji. Sebab, pokok-pokok kerakusan menjadi antena untuk memancarkan kehancuran. Bangunan dan kemewahan selalu tumbuh di atas jiwa-jiwa yang sakit. Seperti jiwa alam semesta; jiwa makhluk hidup, dan jiwa benda-benda yang pernah hidup. Kehidupan alam semesta tidak lagi sama dalam kesetaraan pertumbuhan, melainkan miring dalam konteks perkembangannya.
Hutan jati dipercepat pertumbuhannya karena dipandang lebih laku di bandingkan tumbuhan belukar yang bisa menimbulkan luka. Rumput-rumput di bagikan dalam segala jenisnya untuk menafsirkan mana yang pantas untuk di petik dan mana yang pantas untuk musnahkan.
Padahal mereka berasal dari suku yang sama. Suku yang sama pun dibuat berbeda karena bentuknya yang beda. Maka, perbedaan itu bisa dipangkas sesuai dengan kebutuhan. Imajinasi manusia sangatlah liar untuk membasmi segala yang ada. Penemuan-penemuan dengan segera diberitakan agar meningkatkan ketenaran dengan tajuk kejeniusan.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi saya katakan, bahwa manusia adalah sumber kekacauan. Jika kita membalik penemuan-penemuan hebat ini tidak pernah ditemukan, maka tidaklah heran jika kita hidup berdampingan dengan masa usia yang begitu panjang, sebab kita semua hidup dalam kebodohan yang sederhana.
Mungkin saja tulisan ini pun tidak akan ada, karena pikiran liar saya hanyalah untuk mencari makan seadanya dan hidup secara bebas tanpa beban modern dan pastinya ada batasan nafsu untuk mengacaukan ekosistem alam semesta. Sangat disayangkan jika kita terus menerus membiarkan tafsiran-tafsiran pikiran kita melenyapkan persahabatan kita dengan makhluk hidup lainnya. Perlu saya ingatkan, bahwa sahabat yang baik adalah yang mengedepankan kesamaan bukan kemewahan yang di sengajai agar bisa menjadi simbol yang sederhana.
ADVERTISEMENT