Waspada WNA Berwujud Paspor Palsu

Kristianto Naku
Saya Kristianto Naku (Penulis Daring dan Blogger). Saya menyelesaikan studi di Fakultas Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada tahun 2020, saya menyelesaikan studi Program Bakaloreat Fakultas Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Konten dari Pengguna
15 September 2021 10:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kristianto Naku tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika dokumen identitas palsu, otomatis tujuan kedatangan kedatangan mereka juga palsu. Memalsukan identitas sama dengan menyembunyikan kejahatan.
Pihak Imigrasi mendapati banyak WNA yang menggunakan paspor palsu. Foto: https://www.imigrasi.go.id/.
Dua tersangka pengguna paspor palsu ditangkap petugas Keimigrasian Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Mei 2021. Keduanya ditangkap ketika sedang dalam proses “check in” untuk terbang ke Doha, Qatar. Polres Bandara Soekarno-Hatta mengatakan bahwa kedua tersangka ini berasal dari negara yang tidak sesuai dengan keterangan yang tercantum dalam dokumen paspor.
ADVERTISEMENT
Tertangkapnya kedua pengguna dokumen palsu ini sebenarnya mau menunjukkan bahwa sistem keamanan kita perlu diantisipasi. Kedatangan kedua warga negara asing (WNA) ini sejatinya menjadi catatan serius untuk formasi sistem keamanan kita berhadapan dengan kasus-kasus serupa di kemudian hari. Jika ditelisik secara melebar, kedatangan WNA mau memberi sebuah sinyal bahwa Indonesia di kemudian hari bisa menjadi lokasi tujuan bersembunyi para pelaku kriminal.
Dua tersangka pengguna paspor palsu dengan inisial KAS (31) asal Suriah dan AAQ (31) asal Ekuador bisa jadi menjadi “mata-mata” di saat sistem keamanan kita lengah. Menurut Kepala Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Kemigrasian Bandara Soekarno-Hatta, Sam Fernando, para tersangka datang dengan latar sebagai pencari suaka. “Umumnya, tersangka berasal dari negara yang sedang berkonflik,” kata Fernando (Kompas, 14/9/2021).
ADVERTISEMENT
Di masa pandemi Covid-19 ini, banyak orang sebetulnya memanfaatkan kesempatan. Kisruh internal negara, ketidakmampuan negara dalam menangani pandemi Covid-19, bencana kemanusiaan, perang saudara, terorisme, dan krisis ekonomi membuat banyak warga berlari mencari tempat perlindungan. Berkaca pada situasi gelombang pengungsi pada tahun 2011 ketika rezim Assad berkuasa di Suriah, banyak warga Suriah berlari mencari suaka ke Eropa. Menariknya, gelombang pengungsi ini dimanfaatkan oleh para kelompok kejahatan tertentu (teroris) sebagai celah masuk ke negara-negara target.
Peristiwa-peristiwa semacam adalah alat uji bagi setiap negara – termasuk Indonesia. Ketika WNA berusaha masuk ke wilayah Indonesia, siaga satu dengan mekanisme proteksi yang berlapis tidak hanya dikerahkan pada jalur kesehatan semata – prosedur administrasi pelaku perjalanan selama masa pandemi Covid-19. Momen pandemi oleh sebagian kelompok bisa jadi memberi peluang untuk melebarkan afiliasi dan target jahat. Peristiwa serangan mematikan di World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 adalah salah satu cuplikan wajah suram dari sistem keamanan yang ada di setiap negara.
ADVERTISEMENT
Menurut Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana, pada umumnya WNA pengguna paspor palsu datang ke Indonesia dengan bekal mencari kehidupan yang lebih baik dari negara asalnya. Akan tetapi, lanjutnya, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa kedatangan WNA justru menjadi modus untuk melakukan kejahatan di Indonesia. Kemungkinan-kemungkinan seperti ini perlu diprediksi sedini mungkin sebagai bagian dari antisipasi terisinya ruang kejahatan dengan memanfaatkan dokumen-dokumen palsu.
Ruang gerak kegiatan di bandara untuk saat ini memang terlihat cukup lengang. Spasi-spasi lebar tanpa kerumunan, jika dicermati, sejatinya memberikan kemudahan bagi para petugas bandara untuk “mengantisipasi” kedatangan setiap WNA. Bandara merupakan pintu masuk yang paling menantang. Jika satu pelaku kejatahatan berhasil lewat melalui pintu pengecekan bandara, seribu mekanisme kejahatan sudah pasti lolos dipetakan.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, kita tetap mendorong dan mengapresiasi kinerja para petugas bandara yang sudah sigap, prediktif, dan solutif dalam menjaga gerbang masuk negara Indonesia. Kita berharap, pandemi Covid-19 ini tidak menjadi peluang bagi WNA untuk secara serampangan masuk ke wilayah kita. Pemeriksaan dokumen secara teliti-detil, wawancara personal, dan pantuan berkala, wajib dijaga selama WNA bertamsya ke Indonesia. Sebelum bunyi empat paku di atas peti mati, kita tak bisa memastikan seseorang itu baik. Tetap waspada!