Cerita dari Surabaya: Bertarung dengan Lubang di Jalan

Aprille Aurelia Putri
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
18 Mei 2023 17:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aprille Aurelia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Jalan Rusak di Surabaya. Foto: ShutterStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jalan Rusak di Surabaya. Foto: ShutterStock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak seorang pun suka mengendarai mobil atau sepeda motor melalui jalan yang berlubang, terlebih jika itu menjadi kenyataan sehari-hari. Dan sayangnya, bagi penduduk Surabaya, kenyataan ini sudah menjadi rutinitas yang hampir tak terhindarkan.
ADVERTISEMENT
Bayangkan berangkat ke tempat kerja dengan hati-hati melewati lubang demi lubang jalan, seperti mengendarai dalam permainan video yang tak pernah berakhir. Namun, ini bukanlah permainan. Ini adalah nyawa dan keselamatan yang dipertaruhkan, belum lagi kerusakan yang ditimbulkan pada kendaraan.
Surabaya, meskipun dikenal sebagai Kota Pahlawan, tampaknya belum mampu berperang melawan masalah kerusakan jalan yang terus merajalela. Menurut data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Surabaya, pada tahun 2022 saja, tercatat lebih dari 200 jalan di kota ini mengalami kerusakan parah, dan angka ini kemungkinan besar masih bertambah.
Tak heran, jika Opa Joe, seorang pengemudi taksi lokal, menggambarkan pengalaman sehari-harinya bagai menyelam di lautan aspal yang berlubang. "Saya bukan ahli geologi, tetapi saya tahu cukup banyak tentang lubang jalan setelah 20 tahun mengemudi taksi di Surabaya," katanya. Kata-kata Opa Joe membuktikan betapa seriusnya kondisi jalan raya di Surabaya.
Ilustrasi jalan rusak. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa sampai ke titik ini? Bukankah perawatan jalan seharusnya menjadi bagian integral dari pemerintah kota, terlebih di kota besar seperti Surabaya?
ADVERTISEMENT
Tampaknya masalahnya bukan hanya pada pemeliharaan, tetapi juga pada pembangunan awal jalan itu sendiri. Penyebab utama kerusakan jalan umumnya adalah kualitas bahan konstruksi yang buruk, penggunaan teknologi yang tidak tepat, dan kurangnya pemeliharaan rutin. Semua faktor ini tampaknya berlaku di Surabaya, yang menghasilkan "lautan lubang" di jalanan kota.
Sebagai konsekuensinya, bukan hanya kendaraan yang rusak, tetapi juga waktu, uang, dan energi warga Surabaya yang terbuang sia-sia. Selain itu, kerusakan jalan juga menimbulkan risiko kecelakaan yang lebih tinggi. Menurut data dari Kepolisian Daerah Jawa Timur, hampir 30 persen kecelakaan di Surabaya pada tahun 2022 disebabkan oleh kondisi jalan yang buruk.
Seperti yang diungkapkan oleh Maya, seorang mahasiswi di Surabaya, misalnya. "Saya merasa tidak aman setiap kali mengendarai sepeda motor saya. Apakah kami, warga Surabaya, tidak berhak mendapatkan jalan yang layak?" ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Inilah saatnya bagi pemerintah kota Surabaya untuk melangkah dan bertindak, untuk memastikan bahwa setiap warganya merasa aman dan dihargai. Menjamin infrastruktur jalan yang baik bukanlah sebuah keistimewaan, melainkan sebuah hak.
Ilustrasi jalan rusak. Foto: Yusuf Nugroho/ANTARA
Pemerintah harus berupaya mengalokasikan anggaran yang cukup dan merencanakan strategi jangka panjang untuk perawatan jalan, serta melaksanakan pemantauan dan evaluasi yang ketat atas proyek-proyek infrastruktur.
Seperti yang dikatakan oleh John F. Kennedy, "Amerika tidak memiliki masalah yang tidak dapat diperbaiki oleh orang Amerika". Sama halnya dengan Surabaya. Surabaya tidak memiliki masalah yang tidak dapat diperbaiki oleh warganya sendiri. Warga Surabaya memiliki kekuatan untuk meminta perubahan dan pemerintah kota harus mendengar dan merespons.
Pada akhirnya, mengatasi masalah lubang jalan bukan hanya soal mengisi lubang-lubang itu, tetapi juga tentang membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahannya. Hal ini harus dilakukan dengan komitmen dan kerja keras, dan yang paling penting, dengan niat baik untuk melayani masyarakat.
ADVERTISEMENT
Para pejuang yang pernah mempertahankan Surabaya pernah mengatakan "hidup adalah perjuangan". Memang, perjuangan melawan lubang di jalan Surabaya tampaknya masihlah jauh dari selesai.
Tetapi dengan semangat yang sama, kita bisa berharap bahwa suatu hari nanti "Cerita dari Surabaya: Bertarung dengan Lubang di Jalan" akan menjadi bagian dari sejarah masa lalu kota ini. Sampai saat itu, mari kita terus berjuang. Dan, semoga bertahan.