Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Mondok Sambil Kuliah: Symbiosis Edukasi atau Belenggu Perkembangan?
31 Mei 2023 16:02 WIB
Tulisan dari Azza Fazania Zahira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi Mondok Sambil Kuliah. Foto: ShutterStock](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01h1c2wrqafv9enxr3dn86kjrb.jpg)
ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah alat yang kuat. Dengan pendidikan, manusia memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. Tetapi apa yang terjadi ketika dua bentuk pendidikan - ilmu pengetahuan modern dan tradisi agama - berkolaborasi dalam satu lingkungan belajar? Sebuah praktik yang semakin populer di Indonesia, yaitu "mondok sambil kuliah", mengangkat pertanyaan ini. Apakah ini merupakan simbiosis pendidikan yang ideal, ataukah justru menjadi belenggu perkembangan bagi para mahasiswa?
ADVERTISEMENT
Tak ada yang menyangkal bahwa memperoleh pengetahuan baik secara sekuler maupun agama merupakan dua pilar utama pendidikan yang holistik. Menggabungkan keduanya dalam konteks pendidikan tinggi menjanjikan potensi luar biasa. Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela, "Pendidikan adalah senjata paling kuat yang dapat digunakan untuk merubah dunia". Namun, apakah pendekatan "mondok sambil kuliah" benar-benar memberikan efek yang diharapkan?
Laporan Kementerian Agama RI pada tahun 2022 menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang memilih untuk 'mondok sambil kuliah' telah meningkat tajam sebanyak 45% dibandingkan dekade sebelumnya. Namun, apakah peningkatan ini berarti berhasilnya metode ini?
Sebagai tambahan, Pusat Penelitian Kependudukan LIPI pada tahun 2023 menemukan bahwa banyak mahasiswa merasa tertekan dan kelelahan akibat menyeimbangkan kedua sistem belajar ini. Dengan beban akademik yang tinggi dari universitas dan tuntutan pembelajaran agama yang ketat di pondok pesantren, stress mental menjadi isu yang tidak bisa diabaikan.
ADVERTISEMENT
Benar bahwa menggabungkan ilmu pengetahuan modern dan tradisi agama dapat menghasilkan individu yang holistik, namun apa artinya jika mengorbankan kesejahteraan mental mahasiswa? Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, "Pendidikan bukanlah belajar fakta, tetapi pelatihan pikiran untuk berpikir". Namun, dapatkah pikiran benar-benar berpikir dan belajar jika dalam tekanan yang berlebihan?
Salah satu argumentasi yang sering diajukan adalah bahwa praktek ini membantu mempersiapkan mahasiswa dengan pemahaman agama yang kuat dan juga keterampilan praktis untuk dunia kerja. Namun, sejauh mana keberhasilan model ini dalam membantu mahasiswa mencapai potensi penuh mereka masih menjadi topik perdebatan.
Menjawab tantangan tersebut membutuhkan usaha bersama antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat. Pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang mendukung keseimbangan antara pendidikan agama dan sekuler. Lembaga pendidikan perlu melakukan penyesuaian kurikulum dan metode pengajaran agar dapat memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari mahasiswa. Dan masyarakat, terutama orang tua dan mahasiswa itu sendiri, perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesejahteraan mental dan fisik di tengah tekanan akademik.
ADVERTISEMENT
Ada juga peran penting bagi peneliti dan akademisi dalam memantau dan mengevaluasi efektivitas model "mondok sambil kuliah". Penelitian dan studi independen dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang manfaat dan tantangan dari pendekatan ini, dan bagaimana cara memaksimalkan potensinya.
Tapi, apa yang paling penting adalah dialog yang terbuka dan mendalam antara semua pihak yang terlibat. Pembicaraan yang jujur tentang keberhasilan dan tantangan "mondok sambil kuliah" bisa membantu kita menavigasi permasalahan ini dan menciptakan solusi yang berkesinambungan.
Seperti yang dinyatakan oleh Paulo Freire, seorang pendidik dan filsuf terkenal, "Pendidikan bukanlah proses pengisian ember, tetapi proses pencerahan api." Oleh karena itu, dalam konteks "mondok sambil kuliah", kita perlu memastikan bahwa proses pencerahan ini berjalan optimal - tidak hanya dalam pengetahuan, tetapi juga dalam pemahaman, toleransi, dan kesejahteraan mental.
ADVERTISEMENT
Di tengah tantangan dan kontroversi, satu hal yang jelas adalah bahwa "mondok sambil kuliah" adalah sebuah inovasi pendidikan yang memiliki potensi untuk merubah paradigma pendidikan di Indonesia. Namun, kita perlu berhati-hati agar dalam upaya merangkul dua dunia pendidikan ini, kita tidak meninggalkan esensi pendidikan itu sendiri - membentuk individu yang utuh, baik secara intelektual maupun spiritual.
Kontroversi mengenai "Mondok sambil Kuliah: Symbiosis Edukasi atau Belenggu Perkembangan?" seharusnya menjadi pemicu bagi kita untuk mempertimbangkan kembali tujuan dan metode pendidikan kita. Dengan begitu, kita dapat memastikan bahwa setiap pendekatan pendidikan yang diambil, termasuk "mondok sambil kuliah", benar-benar memberikan manfaat optimal bagi semua pihak yang terlibat.