10 Tahun Jokowi Jadi Presiden, Tren Lifting Migas Terus Turun

16 Agustus 2024 17:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan saat sidang tahunan DPR dan MPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024).  Foto: Youtube/MPR RI
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan saat sidang tahunan DPR dan MPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). Foto: Youtube/MPR RI
ADVERTISEMENT
Sepuluh tahun Jokowi menjadi Presiden, ternyata tidak mampu mendongkrak lifting minyak dan gas (migas) Indonesia. Selama 1 dekade terakhir, lifting migas menunjukkan tren yang menurun.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Buku II Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2025, kinerja lifting minyak menurun dari 794 ribu barel per hari (rbph) pada tahun 2014 menjadi 605 rbph pada tahun 2023.
Sementara, lifting gas walaupun menunjukkan penurunan dari 1.224 ribu barel setara minyak bumi per hari (rbsmph) pada tahun 2014 menjadi 1.000 rbsmph pada tahun 2023, masih relatif lebih baik dengan ditemukannya sumur-sumur gas baru selepas tahun 2020.
"Dalam periode tahun 2014 hingga 2023, lifting migas menunjukkan rata-rata penurunan sebesar 2,9 persen per tahun untuk minyak dan 2,1 persen/tahun untuk gas," tulis buku tersebut, Kamis (16/8).
Buku II Nota Keuangan RAPBN 2025 merupakan panduan untuk target anggaran tahun depan secara rinci yang dibacakan Menteri Keuangan Sri Mulyani hari, usai Presiden Jokowi membacakan gambaran umum soal Nota Keuangan RAPBN 2025 siang tadi di DPR RI, Jakarta.
Sejumlah pekerja Pertamina EP Papua Field memeriksa fasilitas di area pengeboran sumur eksplorasi Buah Merah (BMR)-001, Distrik Klasafet, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Masih dalam buku tersebut, sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2024, performa lifting migas masih berada di bawah target dalam APBN 2024, yaitu lifting minyak baru mencapai 576,1 rbph dan lifting gas baru mencapai 950,7 ribu bsmph.
ADVERTISEMENT
Berbagai kendala menyebabkan turunnya lifting migas. Penurunan alami dari sumur-sumur tua yang telah memasuki periode declined menjadi salah satu tantangan utama. Selain itu, unplanned shutdown di beberapa lapangan migas yang melanda sebagian kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di berbagai wilayah di Indonesia serta kendala teknis dan nonteknis lainnya juga berkontribusi terhadap penurunan produksi migas.
Tantangan lainnya adalah terbatasnya investasi hulu migas, yang saat ini masih didominasi oleh kegiatan produksi, pengembangan lapangan eksisting, dan administrasi, sedangkan aktivitas eksplorasi sumber migas baru masih minim.
Untuk mengatasi permasalahan ini, berbagai langkah kebijakan terus diupayakan untuk mengoptimalkan produksi hulu migas. Langkahlangkah tersebut antara lain pengoptimalan eksploitasi lapangan raksasa (giant fields) yang telah beroperasi, percepatan proses enhanced oil recovery (EOR), penyempurnaan data survei seismik, pengembangan teknologi carbon captured utilization and storage (CCUS), serta mendorong peningkatan investasi eksplorasi migas melalui kemudahan regulasi kontrak dan insentif fiskal.
ADVERTISEMENT
Dengan mempertimbangkan kondisi pasar minyak dunia dan situasi terkini di lapangan, serta berbagai upaya dan kebijakan yang diambil, lifting migas diperkirakan mencapai 592 rbph untuk minyak dan 990 rbsmph untuk gas pada tahun 2024. Perkembangan lifting minyak dan gas bumi periode 2020 sampai dengan Mei 2024.
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
Di tengah kondisi lifting migas yang masih berada dalam tren menurun, fluktuasi harga migas juga berdampak pada sektor energi di Indonesia. Harga minyak mentah pada tahun 2024 bergerak dalam tren yang bervariasi.
Harga Brent tertinggi dalam periode semester I di 2024 berada di USD 93,31 per barel pada 5 dan 12 April 2024. Kondisi geopolitik RusiaUkraina yang berlangsung sejak 2022 masih menjadi faktor yang membayangi kenaikan harga minyak mentah di tengah kondisi perekonomian global yang belum pasti.
ADVERTISEMENT
Kondisi geopolitik lainnya yaitu konflik terbuka antara Iran dan Israel juga turut memicu kenaikan harga minyak dunia. Dari sisi suplai, kebijakan pengurangan produksi minyak dunia oleh OPEC+ juga turut meningkatkan harga minyak mentah dunia. Rapat OPEC+ pada triwulan I 2024 memutuskan untuk memotong produksi hingga 2,2 juta barel per hari sampai triwulan II 2024.
OPEC+ mengadakan rapat kembali pada awal triwulan III 2024 dan memutuskan untuk memperpanjang pemotongan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga akhir triwulan III 2024. Namun demikian, dalam rapat tersebut OPEC+ juga memutuskan akan secara bertahap menghapus pengurangan pemotongan produksi tersebut selama 1 tahun yang akan dimulai pada Oktober 2024 hingga September 2025.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan pergerakan harga minyak mentah dunia, harga minyak mentah Indonesia (Indonesian CrudeOil Price/ICP) pada bulan Juli 2024 mencapai USD 82,0 per barel sehingga rata-rata tahun berjalan telah mencapai USD 81,38 per barel. Mempertimbangkan dinamika yang terjadi, rata-rata ICP tahun 2024 diperkirakan berada pada USD 82 per barel.