Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
11 Tahun Tragedi Nuklir Fukushima, Kerugian Jepang Ditaksir Rp 10.280 Triliun!
11 Maret 2022 16:56 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
PLTN Fukushima meledak akibat gempa bumi berkekuatan 9,0 skala richter disusul tsunami. Menurut Japan Center for Economic Research (JCER), kerugian yang dialami pemerintah Jepang bahkan ditaksir mencapai USD 719 miliar, jauh dari estimasi awal. Jika kerugian tersebut dirupiahkan Rp 14.300 per dolar AS, jumlahnya setara Rp 10.280 triliun.
Akademisi Universitas Nagasaki Jepang, Tatsujiro Suzuki, mengatakan saat ini progres penyelesaian pasca tragedi PLTN Fukushima ini masih berlangsung. Dia menjelaskan, saat itu kecelakaan menimpa 3 reaktor mengalami pelelehan dan unit keempat ada ledakan hidrogen.
"Sekarang fase pertama adalah mengeluarkan bahan bakar sisa dari unit-unit ini. Hanya reaktor 3 dan 4 yang sudah dikeluarkan tapi masih ada bahan bakar sisa di reaktor 1 dan 2 yang seharusnya selesai pada 2015-2016, namun masih sangat sulit," ujarnya saat webinar IESR, Jumat (11/3).
ADVERTISEMENT
Tatsujiro mengungkapkan, pemerintah akan memulai pembersihan bahan bakar sisa dari unit-unit reaktor tahun ini, namun masih sangat sulit untuk menentukan lokasi pembersihan akan dilakukan dari bawah atau atas. Dia menyebut, proses ini bisa memakan waktu 30-40 tahun.
"Ada 880 ton puing-puing lelehan yang masih ada di reaktor dan masih menimbulkan risiko tinggi. Isu air terkontaminasi di bawah tanah juga harus dimurnikan tapi tidak bisa eliminasi boron, dan hanya bisa dieliminasi 30 persen dari kontaminan radionuklir, harus 2-3 kali dimurnikan dan dilarutkan agar mencapai standar nasional," jelasnya.
Sementara itu, tingkat radiasi di area evakuasi sudah menurun tapi tidak bisa kembali ke kondisi semula. Dia juga berkata, sebanyak 35.500 penduduk belum kembali walaupun kontaminasi makanan semakin membaik. Adapun kontaminasi ini berdampak kepada lahan seluas 14 juta meter kubik.
ADVERTISEMENT
Estimasi Kerugian Terus Meningkat
Tatsujiro menuturkan, estimasi kerugian pemerintah Jepang akibat kecelakaan PLTN Fukushima ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dari versi pemerintah Jepang, estimasi awal hanya USD 74,3 miliar, namun tahun lalu angkanya melambung hingga USD 223,1 miliar.
"Tapi prediksi independen kita lebih besar sampai USD 322-719 miliar, tergantung dari rencana de-commissioning dari PLTN. Estimasi pemerintah juga belum menyertakan biaya pembuangan akhir dan biaya ini sangat signifikan. Angka ini mungkin masih terlalu rendah dan bisa naik lagi," ungkapnya.
Kecelakaan PLTN Fukushima ini memberikan banyak pelajaran, khususnya terkait kebijakan energi Jepang yang mengalami perubahan besar. Menurut Tatsujiro, awalnya Jepang punya 54 unit PLTN. Namun saat ini hanya tersisa 10 unit karena pemerintah Jepang pensiunkan semua PLTN dalam kurun waktu 2013-2014.
ADVERTISEMENT
"Porsi energi nuklir berkurang dari 25,9 menjadi hanya 3,9 persen dan ada peningkatan porsi batu bara, gas alam, dan energi baru dan terbarukan. Ini trennya akan tetap berlanjut hingga beberapa tahun," tuturnya.
Kendati semua PLTN di Jepang sempat dipensiunkan, namun pemerintah Jepang kembali menggunakan energi nuklir namun hanya 10 unit yang dioperasikan. Pemerintah Jepang juga berencana meningkatkan porsi nuklir menjadi 25 persen di 2030.
"Kebijakan energi Jepang resmi di tahun lalu akan mengurangi ketergantungan nuklir sebanyak mungkin, kita tidak akan lupa soal kecelakaan. Namun nuklir adalah sumber energi base load dan rendah karbon, pemerintah berencana meningkatkan porsi ke 20-25 persen di 2030, ini hampir tidak mungkin karena sekarang hanya 4 persen," ujar Tatsujiro.
ADVERTISEMENT
Selain itu, awalnya PLTN dipersepsikan sebagai energi termurah sejak tahun 1970. Namun saat ini biayanya naik 1,3 yen per kwh, dari 9 yen menjadi 11,7 yen per kwh. "Gas alam, matahari, dan angin lebih murah dari nuklir dan ini yang mengubah kebijakan energi di Jepang," ucap dia.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 20:55 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini