17.000 Nasabah BTN Ajukan Penundaan Bayar KPR Akibat Terdampak Corona

13 April 2020 8:26 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank BTN. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank BTN. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menyatakan telah menerima permohonan restrukturisasi kredit dari debitur terdampak COVID-19. Per 12 April 2020, BTN mencatat ada lebih dari 17.000 debitur yang peminjamannya sudah direstrukturisasi.
ADVERTISEMENT
"Sudah ada 17.000 lebih debitur yang peminjamannya sudah dilakukan restrukturisasi. Yang mengajukan permohonan restrukturisasi angkanya puluhan ribu," ungkap Direktur Finance, Planning, & Treasury Bank BTN Nixon L. P. Napitupulu dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Senin (13/4).
Hingga kini, Bank BTN mencatatkan memiliki hampir 2 juta debitur dengan baki debet senilai lebih dari Rp 250 triliun. Sedangkan, belasan ribu permohonan restrukturisasi yang masuk tersebut mencatatkan total baki debet sekitar Rp 2,7 triliun.
“Jumlah tersebut mencakup debitur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi dan keseluruhannya di bawah Rp 10 miliar sesuai ketentuan OJK,” ujarnya.
Nixon menjelaskan permohonan restrukturisasi tersebut diajukan oleh debitur melalui channel online yaitu www.rumahmurahbtn.co.id. Sehingga debitur tidak harus datang ke kantor cabang tempat mereka mengajukan kredit.
Nixon LP Napitupulu. Foto: Elsa Toruan/kumparan
Pasca terbitnya POJK tentang relaksasi kredit bagi debitur terdampak COVID-19, Nixon mengatakan pihaknya telah membuka diri untuk memberikan kebijakan restrukturisasi kredit bagi debitur yang kreditnya terdampak virus tersebut sehingga terganggu kemampuan bayarnya.
ADVERTISEMENT
Namun, Nixon menegaskan tidak semua debitur dapat menikmati kebijakan tersebut. Hal ini sesuai arahan pemerintah yang mengimbau bahwa relaksasi hanya diberlakukan bagi debitur yang benar-benar terdampak COVID-19.
“Oleh karena itu bank perlu melakukan klasifikasi dan kami sudah lakukan itu," ujarnya.
Adapun, terkait kredit, Nixon mengungkapkan di beberapa daerah yang aman dari penyebaran COVID-19, penyaluran kredit masih tetap berjalan. Namun, Nixon mengakui secara nasional permintaan kredit baru mengalami penurunan karena kantong penyerapan kredit hampir semua terdampak virus tersebut.
"Kami harapkan kondisi ini tidak akan lama sehingga ekonomi dapat kembali berjalan normal dengan layanan yang dapat kami berikan dan Bank BTN dapat kembali melanjutkan Program Sejuta Rumah bagi masyarakat Indonesia," jelasnya.
ADVERTISEMENT

BTN Revisi Ke Bawah Target Pertumbuhan Kredit Jadi Nol Persen

Semenjak pandemi COVID-19 berlangsung, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengakui permintaan kredit baru mengalami penurunan. Tren ini terlihat secara nasional sebab hampir semua kantong penyerapan kredit terdampak pandemi virus tersebut.
Direktur Finance, Planning, & Treasury Bank BTN Nixon L. P. Napitupulu pun mengaku sangat khawatir kondisi ini akan berdampak pada kemampuan debitur BTN dan debitur bank lain dalam memenuhi kewajiban mengangsur cicilan.
Untuk itu dengan melihat kondisi ini, Nixon mengaku perseroan telah melakukan revisi ke bawah target pertumbuhan kredit untuk tahun ini.
“Untuk kredit pemilikan rumah (KPR) non-subsidi dan komersial, perseroan merevisi pertumbuhan kredit menjadi kisaran 0 sampai 3 persen. Kemudian, untuk KPR subsidi, perseroan memproyeksi pertumbuhan di segmen tersebut berada pada kisaran 6 sampai 8 persen bergantung pada periode berakhirnya COVID-19,” ungkap Nixon.
Suasana pembangunan rumah subsidi di Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria
Namun, Nixon optimistis bahwa perseroan tetap bisa meraih laba sekitar Rp 2 triliun. Artinya, BTN tidak melakukan revisi target perolehan laba untuk tahun ini.
ADVERTISEMENT
Untuk menjaga likuiditas, menurut Nixon, perseroan juga secara hati-hati melakukan pembelian surat utang pemerintah. Upaya menjaga likuiditas tersebut dilakukan untuk memastikan cadangan dana tetap aman sekaligus meningkatkan fee based income melalui transaksi treasury.
Nixon mengungkapkan, untuk dana treasury, perseroan menganggarkan sekitar Rp 20 triliun. "Dana tersebut juga merupakan cadangan likuiditas perseroan. Kondisi normal biasanya kita anggarkan sekitar Rp 13 triliun dan saat ini likuiditas kita tingkatkan sekitar 30 persen,” jelas Nixon.
Menurut Nixon, dalam kondisi seperti saat ini perseroan lebih memilih langkah untuk peningkatan efisiensi, memperkuat cadangan dan likuiditas agar tetap survive.
Adapun, terkait kredit, sejauh ini perseroan telah merestrukturisasi pinjaman dari 17.000 debitur. Jumlah tersebut mencakup debitur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi dan keseluruhannya di bawah Rp 10 miliar sesuai ketentuan OJK.
ADVERTISEMENT
Nixon mengungkapkan di beberapa daerah yang aman dari penyebaran COVID-19, penyaluran kredit masih tetap berjalan. Namun, Nixon mengakui secara nasional permintaan kredit baru mengalami penurunan karena kantong penyerapan kredit hampir terdampak virus tersebut.