Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Manajemen PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) masih terus memantau perkembangan pasar modal seiring rencana anak usaha, PT Sanghiang Perkasa untuk melantai di Bursa Efek (Initial Public Offering/IPO ). Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan, saat ini pasar modal masih belum stabil. Hal inilah yang membuat manajemen enggan terburu-buru melakukan aksi korporasi.
ADVERTISEMENT
“IPO ini sebenarnya kita masih monitor pergerakan pasar karena kita lihat pasar modal kita masih berfluktuasi,” katanya dalam gelaran RUPST virtual, Kamis (27/5).
Pria kelahiran Pontianak ini menuturkan, tak menutup kemungkinan anak usaha lainnya di bidang logistik dan distribusi untuk IPO juga pada tahun ini. Namun, ia tak merinci secara jelas, berdasarkan kabar yang beredar anak usaha Kalbe Farma di bidang logistik dan distribusi yaitu Enseval Putera (EPMT).
“Kita tidak memaksakan diri kondisi pasar sedang berkembang. Kami mempersiapkan diri sebaik-baiknya karena kalau kita bicara aktivitas di pasar modal ya tidak hanya produk nutrisi, jadi kami ada produksi distribusi dan logistik,” ungkap pria lulusan Universitas Trisakti ini.
Ia berharap kondisi pasar modal Indonesia terus menunjukkan perbaikan seiring dengan pemulihan ekonomi nasional. Jika memang kondisi pasar modal belum menunjukkan perubahan yang signifikan, maka perusahaan masih membuka opsi IPO tahun depan.
ADVERTISEMENT
“Peluangnya opportunity masih ada terus kami siapkan ke situ. Mudah-mudahan ada yang nyantol berhasil itu yang akan kami lakukan. Kita dukung pasar kita membaik terus,” ucapnya.
Kinerja Kalbe Farma pada tahun lalu menunjukkan tren positif. Emiten dengan kode KLBF ini mencatat laba bersih sebesar Rp 2,7 triliun atau naik 9,05 persen pada tahun 2020 dibanding periode sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 2,5 triliun. Adapun pendapatan perusahaan mengalami kenaikan pada tahun 2020 menjadi Rp 23,1 triliun atau naik dibanding periode tahun sebelumnya Rp 22,6 triliun.