27 Anggota Bursa Minat Masuk Transaksi Short Selling BEI

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik di Gedung BEI, Senin (19/2/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan

Direktur Pengembangan Bisnis PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik menyampaikan 27 anggota bursa (AB) berminat masuk dalam transaksi short selling di BEI.

Short selling merupakan transaksi penjualan Efek, dimana Efek tersebut tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan.

Sedangkan, Intraday Short Selling (IDSS) adalah transaksi short selling yang penyelesaian posisinya dilakukan pada Hari Bursa yang sama (net-off position di akhir hari).

BEI menargetkan produk baru ini bakal segera diluncurkan dalam waktu dekat kemungkinan di bulan Maret atau awal kuartal kedua 2025.

Jeffrey melanjutkan, dari 27 anggota bursa tersebut, 9 di antaranya sedang dalam persiapan untuk bisa mendapatkan izin sebagai anggota bursa short selling, dan 3 anggota bursa sudah di tahap finalisasi yaitu Ajaib, Mandiri Sekuritas, dan Semesta Indovest Sekuritas.

"Sehingga kami harapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah ada paling tidak tiga anggota bursa nantinya yang bisa memberikan layanan intraday short selling kepada para investor," kata Jeffrey lewat konferensi pers Edukasi Wartawan Intraday Short Selling via online, Selasa (11/2).

Alasan BEI Membuat Kebijakan Short Selling

Layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (14/12/2021). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO

Dicanangkannya produk short selling dan IDSS ini, menurut Jeffrey karena kondisi pasar di RI belakangan ini berfluktuasi dengan dinamika sangat tinggi dalam waktu yang singkat yang membuat para investor berusaha mencari cara untuk tetap bisa mengoptimalkan keuntungannya.

"Kalau selama ini dalam kondisi pasar yang bearish, investor kita tidak punya pilihan hanya menunggu sampai dirasa sudah bottom mereka melakukan pembelian dengan harapan nanti sahamnya naik untuk kemudian dilakukan penjualan," imbuhnya.

Kata Jeffrey, dengan adanya short selling khususnya IDSS ini, investor bisa melakukan penjualan di awal hari dengan kalkulasi yang matang ada keyakinan harga saham itu akan turun, dan kemudian di akhir sesi perdagangan bisa melakukan pembelian kembali dan mendapatkan keuntungan dari pergerakan pasar di hari itu.

"Tentu kita harapkan seperti di bursa-bursa utama dunia lainnya keberadaan short selling dan intraday short selling ini juga akan bisa menambah likuiditas bagi pasar kita sehingga investor kita akan lebih mudah untuk melakukan pembelian dan penjualan karena tersedianya likuiditas yang cukup," terang Jeffrey.

Lebih lanjut, menurut Jeffrey, produk short selling dan IDSS ini sudah menjadi best practice di bursa internasional. Katanya, Indonesia sebagai salah satu bursa besar di kawasan ASEAN mesti memiliki produk dan layanan yang setara dengan bursa-bursa besar lainnya.

Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/10). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO

"Tujuan diluncurkan produk ini untuk memberikan kesempatan kepada investor untuk bisa mengoptimalkan profitabilitas mereka dalam kondisi pasar yang sangat dinamis dalam kondisi ketidakpastian dan bergejolak dalam waktu yang singkat," lanjut Jeffrey.

Dasar hukum yang digunakan dalam produk baru ini adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 6 tahun 2024 tentang Pembiayaan Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah Dan Transaksi Short Selling Oleh Perusahaan Efek.

"BEI juga menerbitkan dua peraturan yaitu peraturan II-H tentang persyaratan dan perdagangan efek dalam transaksi margin dan transaksi short selling serta peraturan nomor III-I tentang keanggotaan margin dan atau short selling," katanya.