Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau Bank BTN Maryono dicopot dari jabatannya. Hal itu diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa atau RUPSLB yang berlangsung Kamis (29/8).
ADVERTISEMENT
Untuk menggantikan posisi Maryono, RUPSLB mengangkat Suprajarto, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama Bank BRI . Selain itu, Komisaris BTN yang sebelumnya dijabat oleh Sumiyati diganti oleh Marwanto Harjowiryoni.
“Kami akan menindaklanjuti persetujuan RUPSLB hari ini. Susunan pengurus bank sesuai hasil RUPSLB ini diharapkan dapat memperkuat kinerja perseroan dalam memenuhi target bisnis sekaligus menjawab tantangan masa depan. Kami optimistis menjadikan soliditas pengurus bank sebagai modal dan semangat untuk menjadikan kinerja bisnis BTN menjadi lebih baik,” kata Corporate Secretary Bank BTN Achmad Chaerul usai pelaksanaan RUPSLB BTN di Jakarta, Kamis (29/8).
Namun, keputusan RUPSLB yang diusulkan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, berbuntut Suprajarto menolak jabatan Direktur Utama BTN yang ditawarkan.
Berikut 3 fakta mengenai penolakan jabatan Direktur Utama BTN oleh Suprajarto yang dirangkum kumparan:
1. Merasa Tak Diajak Bicara
ADVERTISEMENT
Suprajarto mengundurkan diri, hanya beberapa saat usai penunjukannya sebagai Direktur Utama Bank BTN. Dia menyebut tak bisa menerima keputusan Rini Soemarno, meski tak menjelaskan secara detail alasannya.
"Saya tidak dapat menerima keputusan itu. Untuk itu saya memutuskan mengundurkan diri dari keputusan RUPSLB tersebut,” katanya dalam pernyataan pers yang berlangsung di Restoran Tesate Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (29/8).
Lebih lanjut, Suprajarto mengaku sama sekali tidak diajak bicara terkait penunjukkan tersebut oleh Kementerian BUMN. Ia justru mengetahui keputusan RUPSLB itu dari media.
"Saya enggak diajak bicara," tegas Suprajarto.
2. Keputusan Suprajarto Didukung Serikat Pekerja BRI dan BTN
Ketua Serikat Pekerja Bank BTN Satya Wijayantara mendukung keputusan Suprajarto tersebut. Sebab pihaknya menilai, Menteri BUMN Rini Soemarno, menurunkan kelas Suprajarto yang selama ini berkinerja baik.
ADVERTISEMENT
"Kelasnya berbeda, kelasnya BRI dengan BTN berbeda. Bahasanya seolah turun kelas," ucapnya saat ditemui di Restoran Tesate Menteng, Jakarta, Kamis (29/8).
Dia pun mengungkapkan, sebenarnya terdapat banyak bankir berkinerja baik yang cocok untuk ditunjuk sebagai Direktur Utama BTN. Penunjukkan Suprajarto menjadi Direktur Utama BTN membuat jenjang karier bankir semakin tidak jelas.
"Bank itu ada BUKU 1, BUKU 2, BUKU 3. Sehingga kalau kelasnya BRI dibanding kelasnya BTN ya beda. Nah ini kan bisa menyebabkan kemarahan bankir-bankir senior BRI," kata Suprajarto.
Sebenarnya jika hanya memperhatikan kepentingan internal, Serikat Pekerja BTN tak akan menolak jika Suprajarto menjadi bosnya. Namun agar hal serupa tak terulang, pihaknya memilih untuk menolak keputusan Rini Soemarno itu.
ADVERTISEMENT
"Bagi kami sih kalau sekup kepentingan BTN, kami bangga ada Pak Suprajarto. Kalau dia Direktur BRI ke Direktur Utama BTN boleh, ini agar ke depan tidak terulang," jelasnya.
Senada, Serikat Pekerja BRI juga menegaskan hal yang sama, yakni mendukung keputusan Suprajarto.
"Mendukung sikap Suprajarto yang menolak hasil RUPSLB Bank BTN dalam poin mengangkat Suprajarto sebagai Dirut Bank BTN," kata Ketua Umum SPBRI Ruslina Harsono dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/8).
Ruslina bersama rekannya dari SP BRI meminta Menteri BUMN untuk menghormati prinsip-prinsip Good Governance dan pelaksanaan manajemen karier bagi bankir di lingkungan BUMN melalui talent management system yang fair.
Lanjut Ruslina, pemberian tugas kepada Suprajarto sebagai Dirut BTN setelah sebelumnya menjabat sebagai Dirut BRI pada dasarnya sebuah pelecehan profesi yang berpotensi menimbulkan kemarahan bagi ribuan alumni BRI yang tersebar di seluruh NKRI, termasuk juga di BTN.
ADVERTISEMENT
Alasannya, penugasan diberikan dari BRI kepada Bank BTN yang dari ukuran kapasitasnya BTN jauh lebih kecil dari BRI.
Mengutip laporan keuangan terbaru, BRI memiliki aset per Juni 2019 sebesar Rp 1.288 triliun. Sedangkan BTN berada di urutan kelima, asetnya hanya seperempatnya dari BRI atau Rp 312 triliun.
"Meminta kepada seluruh pejabat di lingkungan BUMN untuk menahan diri dengan tidak mengambil keputusan politik apapun sampai dengan pelantikan Presiden Jokowi Oktober mendatang sesuai dengan imbauan Ketua KSP Pak Moeldoko," tutupnya.
3. Alasan Kementerian BUMN
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan, dipilihnya Suprajarto sebagai Dirut BTN karena dia dinilai bisa mengakselerasi kinerja perusahaan.
"Dia kaliber, kalau lihat CV-nya, dia (Suprajarto) sudah di BNI, BRI, sekarang ke BTN. Jadi untuk hal yang seperti ini beliau bisa menangani dengan baik," kata Gatot Usai Acara RUPSLB di Gedung Bank BTN, Kamis (29/8).
ADVERTISEMENT
Gatot mengatakan, salah satu tugas utama Suprajarto menjadi Dirut BTN adalah mengatasi defisit atau backlog perumahan yang cukup tinggi di Indonesia. Adapun kebijakan pemerintah untuk mengatasi backlog tersebut dengan program satu juta rumah.
Menurut Gatot, pergantian tersebut merupakan hal yang biasa. Dia memastikan Menteri BUMN Rini Soemarno sudah melaporkan soal pergantian tersebut kepada Presiden Joko Widodo.
"Terkait instruksi, Ibu Rini sudah berkoordinasi dengan Presiden mengenai hal ini. Dan semua BUMN besar, Ibu Rini pasti komunikasi dengan Presiden," ujarnya.
Namun saat dihubungi lagi terkait posisi lowong Direktur Utama BTN dan nasib Suprajarto setelah ini, Gatot tidak membalas pesan singkat dan tak mengangkat telepon kumparan.