3 Faktor Ini Dinilai Jadi Penyebab Tupperware Semakin Terpuruk

13 April 2023 20:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Tupperware. Foto: Teacher Photo/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tupperware. Foto: Teacher Photo/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sempat berjaya di kalangan emak-emak, perusahaan wadah plastik asal Amerika Serikat (AS), Tupperware Brands Corporation, terus mengalami penurunan penjualan sampai terancam bangkrut.
ADVERTISEMENT
Pengamat pemasaran Inventure Consulting, Yuswohady, menganalisis penyebab melempemnya bisnis Tupperware saat ini. Dia melihat ada tiga faktor yang menjadi biang kerok kondisi perusahaan tersebut.
Pertama, terjadi pergeseran selera konsumen. Yuswohady menilai, produk-produk Tupperware tidak diminati oleh generasi milenial dan generasi Z, karena terlalu identik dengan generasi baby boomers dan generasi X.
"Saya menyebutnya millennial disruption, itu pergeseran referensi milenial yang berbeda dari generasi sebelumnya, jadi ini dihadapi oleh brand-brand yang sangat powerful pada masanya, contohnya Hard Rock Cafe," jelasnya kepada kumparan, Kamis (13/4).
Yuswohady melanjutkan, meski tren generasi sudah berubah, kesan atau image Tupperware sebagai merek khas emak-emak tidak pernah hilang, sehingga menjadi merek yang terkesan tua dan semakin tidak relevan di zaman sekarang.
ADVERTISEMENT
Selain dari sisi konsumen, faktor kedua meredupnya kejayaan Tupperware adalah dari sisi produknya itu sendiri. Yuswohady menuturkan, perusahaan sedari awal memposisikan produknya di kelas atas dengan harga yang terbilang mahal.
Di sisi lain, skema pemasaran produk Tupperware menggunakan pendekatan langsung kepada konsumen melalui multi-level marketing (MLM). Menurut dia, skema tersebut tidak cocok dengan produk peralatan rumah tangga yang identik dengan harga terjangkau dan diproduksi massal.
Skema pemasaran MLM ini menjadi faktor ketiga mengapa Tupperware semakin tidak relevan bagi pasar. Dia menilai, seharusnya perusahaan menargetkan pasar yang luas, tidak hanya berbasis komunitas.
Dengan demikian, hubungan antara skema MLM dengan jenis produk rumah tangga yang seharusnya terjangkau bagi masyarakat membuat penjualan Tupperware semakin tergerus dan kalah dengan pesaing-pesaingnya.
Ilustrasi Tupperware. Foto: Yati Yahaya/Shutterstock
Hal ini mengingat sudah banyak merek sejenis Tupperware dengan kualitas yang sama namun harganya jauh lebih murah. Produk-produk tersebut juga lazimnya diproduksi massal dan dipasarkan melalui supermarket, pasar, bahkan e-commerce.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, dalam rilis resminya, Tupperware mengumumkan telah melibatkan penasihat keuangan untuk memperbaiki struktur permodalan dan likuiditas, dengan mencari pembiayaan tambahan, meninjau ulang portofolio real estate, optimalisasi pemasaran, hingga berpotensi melakukan PHK.
Berdasarkan laporan keuangan Tupperware sepanjang tahun 2022, penjualan bersih perusahaan turun 18 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi USD 1,3 miliar. Perusahaan pun mencatatkan kerugian operasional sebesar USD 28,4 juta.