5 Langkah Menjadi Pemimpin yang Baik di Masa Pandemi

18 Oktober 2021 12:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemimpin tim. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemimpin tim. Foto: Shutterstock
Pemimpin —apa pun dan di mana pun cakupan pekerjaannya— tentunya pernah mengalami kesulitan saat hendak membuat keputusan di masa pandemi. Kesulitan ini timbul akibat ketakutan bahwa apa yang diputuskannya dapat berdampak ke seluruh aspek, divisi, dan siklus dalam pekerjaan.
Dilansir Harvard Business Review, pemimpin di seluruh dunia mengalami tantangan yang sama perihal menentukan kebijakan dan memberi informasi, terutama pembahasan mengenai COVID-19 dan ancamannya.
Tak dapat dipungkiri, mayoritas pemimpin merasa ragu terhadap keputusan yang diambil. Mereka takut akan membuat jajaran di bawahnya keberatan atau ricuh di masa krisis ini.
Tantangan dan keraguan ini tidak hanya berlaku bagi para pemangku kekuasaan besar seperti presiden, gubernur, atau pemimpin organisasi internasional saja; bahkan pemimpin di perusahaan rintisan (start-up) atau UMKM sekali pun ikut merasakan hal ini.
Begitu pula dengan rentang usia. Sebut saja boomers, millennials, gen Z; semua dapat merasakan hal ini. Mungkin Anda yang sedang membaca sekarang juga sedang merasakan hal yang sama.
Lantas, bagaimana caranya untuk dapat menjadi pemimpin yang baik di masa pandemi?

1. Dapat mengambil langkah antisipasi yang bijak dan mengikuti urgensi

Ilustrasi pemimpin tim. Foto: Shutterstock
Di masa pandemi yang serba tak pasti, pembuatan keputusan dadakan akan lebih sering terjadi. Mulai dari keputusan untuk menerapkan work from home (WFH) demi memastikan pekerja aman dari ancaman COVID-19, hingga keputusan berat saat melakukan lay off pekerja.
Ketika menghadapi keputusan sulit yang terus berubah-ubah, pemimpin dapat mengambil langkah antisipasi yang bijak dan mengikuti urgensi. Misalkan saat harus memberlakukan WFH, berarti pemimpin perlu memastikan akomodasi dan perlengkapan sudah cukup untuk para pekerja.
Pemimpin juga perlu mengantisipasi stabilitas kondisi kesehatan fisik dan mental para pekerja dengan melakukan survei atau one-on-one. Jadi, jangan tunggu para pekerja mengadu atau mengeluh terlebih dahulu, Anda dapat merencanakan dua sampai tiga langkah ke depan lebih dulu.
Selain itu, bersiaplah juga saat mendapatkan penolakan dan bantahan. Hal ini wajar karena semua orang pasti menunjukkan sifat protektif bila berada dalam tekanan. Sebagai pemimpin, jangan hanya melihat dari perspektif atas (upper view), tetapi juga posisikan diri Anda sebagai pekerja dan tanyakan keluhan kepada mereka supaya dapat melihat kenyataan dari berbagai sudut pandang.

2. Berkomunikasi secara transparan

Kejujuran merupakan kunci kepemimpinan di masa pandemi. Dengan informasi yang tidak ditutup-tutupi, pekerja menjadi tahu apa yang terjadi, dapat mengerti, serta beradaptasi dengan cepat.
Kesalahan yang sering dilakukan oleh para pemimpin adalah menganggap pekerja tidak perlu mengetahui krisis dengan dalih tidak ingin membuat mereka tertekan. Padahal, dengan melakukan poin pertama dengan benar, komunikasi yang transparan dapat membantu para pekerja untuk menerima realitas dengan lebih lapang dada.

3. Berani mengakui kesalahan dan memperbaikinya secara tanggap

Ilustrasi pemimpin tim. Foto: Shutterstock
Tidak masalah saat seorang pemimpin melakukan kesalahan. Namun, yang perlu dilakukan berikutnya adalah mengakui hal tersebut dan segera menemukan solusi untuk memperbaiki kesalahannya.
Sebagai pemimpin, pastikan Anda tidak malah bersikap defensif dan menolak masukan dari para pekerja. Sejatinya, pemimpin tidak boleh hanya mau didengarkan, tetapi juga mau mendengarkan. Dengan membuka telinga dan hati kepada orang-orang di sekitar, Anda dapat merasa lebih mudah untuk mengerti situasi dan menciptakan problem solving.

4. Memberikan update konstan terhadap kondisi terkini

Sama seperti berita di media online dan televisi yang tak pernah berhenti memberitakan kondisi COVID-19 di Indonesia, pemimpin juga dapat memastikan bahwa seluruh pekerja mengetahui kondisi terkini dari tempat mereka bekerja.
Secara konstan, pemimpin dapat memberikan kondisi terkini terhadap fluktuasi keuangan, kemungkinan-kemungkinan buruk, rencana untuk bertahan, dan masih banyak lagi. Semua ini dilakukan untuk memberikan ancang-ancang bagi pekerja apabila terjadi perubahan.

5. Berempati dan peduli terhadap keadaan sulit

Ilustrasi pemimpin tim. Foto: Shutterstock
Anda tidak dapat melakukan segalanya sendirian. Tanpa pekerja yang setia mendukung dan bekerja —apa pun alasannya, Anda tidak dapat berdiri di titik ini. Maka dari itu, penting menyadari bahwa kepedulian dan empati dari pemimpin kepada pekerja adalah hal yang sangat penting.
Terlebih lagi di masa pandemi yang penuh tantangan seperti sekarang, pekerja memiliki tekanan dan permasalahannya masing-masing. Pekerja perlu mengetahui bahwa tempat ia bekerja tak hanya menuntut dan memberikan tekanan tambahan, tetapi juga dapat membantu dan mendukung mereka.
Memang terkadang sulit untuk mengetahui apa yang sedang dialami oleh para pekerja. Karenanya, pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat melihat perbedaan dan tidak mengeneralisir pekerjanya. Empati dan kepedulian yang diberikan kepada setiap orang tentu berbeda-beda.
Hal inilah yang dilakukan oleh Presiden Direktur Sun Life Indonesia, Elin Waty. Memimpin salah satu perusahaan asuransi jiwa terbesar di Indonesia, Elin dianggap sebagai sosok yang dapat mengayomi setiap pekerjanya dengan memberikan perlakuan yang berbeda-beda, namun sesuai pada tempatnya, sehingga mereka merasa spesial.
Bagi para pekerjanya, Elin merupakan sosok pemimpin yang content dan complete, karena ia dapat memosisikan dirinya sebagai siapa pun, sekaligus dapat menyeimbangkan antara waktu kerja dan keluarga.
Cerita dan perjalanan Elin Waty yang telah menjadi sosok “pemimpin ideal” bagi Sun Life kini tertuang dalam buku “Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier”. Dalam buku ini, Elin berbagi pelajaran, pengalaman, dan nilai tentang kepemimpinan yang ia jalani.
Buku ini dirilis dengan tujuan memberikan solusi bagi para future young leaders supaya tidak perlu melewati jalan yang panjang untuk mencapai tujuannya. Sambil menikmati “segelas kopi” yang hangat, Anda dapat melihat contekan hidup Elin Waty dalam dunia pekerjaan dan keluarganya.
Melalui kampanye Dogether, Elin dan Sun Life Indonesia juga ingin mengajak para pembaca untuk membantu sesama di masa pandemi. Sebagian besar keuntungan dari penjualan buku akan didonasikan kepada Yayasan Wahana Visi Indonesia untuk membantu dan memajukan akses pendidikan bagi anak-anak di pelosok negeri.
Buku Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier. Foto: dok. Sun Life Indonesia
Tunggu apa lagi? Gapai impian dan career goals sejak dini bersama Elin Waty dalam buku “Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier” yang dapat dibeli di sini!
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Sun Life Indonesia