80% Bibit Anggrek di RI Masih Impor

18 Juni 2018 19:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lahan bisnis anggrek di Kota Batu (Foto: Abdul Latif)
zoom-in-whitePerbesar
Lahan bisnis anggrek di Kota Batu (Foto: Abdul Latif)
ADVERTISEMENT
Bisnis bunga atau tanaman hias Anggrek cukup mencuri perhatian karena mampu meraup omzet ratusan juta rupiah. Selain itu, harga anggrek juga relatif stabil setiap tahunya.
ADVERTISEMENT
Namun hingga saat ini ternyata sebagian besar bibit tanaman hias anggrek masih impor. Padahal, pasar anggrek Indonesia sudah merambah ke berbagai negara.
"Selama ini permintaan 80% impor dari luar untuk mencukupi kebutuhan," kata pengusaha anggrek dari Kota Batu, Jawa Timur, Dedek Setia Santoso, kepada kumparan, Senin (18/6).
Menurut Dedek, impor bibit anggrek di antaranya berasal dari Taiwan, Thailand, dan Singapura. Teknologi yang dimiliki negara tersebut mampu memproduksi bibit anggrek secara masal, sehingga harganya lebih murah dibandingkan bibit lokal.
"Kalau anggrek impor biasanya lebih murah karena di sana dikembangkan secara masal kalau satu kebun putih ya putih semua pakai teknologi clone, cangih," katanya.
Lahan budidaya bunga anggrek di Kota Batu. (Foto: Dok. Dedek Setia Santoso)
zoom-in-whitePerbesar
Lahan budidaya bunga anggrek di Kota Batu. (Foto: Dok. Dedek Setia Santoso)
Meski demikian Dedek tidak kehilangan akal untuk bersaing dengan produk tanaman anggrek mancanegara. Ia menyilangkan hasil bibit anggrek yang berbeda jenis agar menghasilkan bunga yang eksklusif.
ADVERTISEMENT
"Saya melakukan persialngan berbeda dengan Anggrek dari luar itu untuk meningkatkan nilai jual tinggi karena kebun kecil. Makanya kami buat anggrek ekslusif. Anggrek langka kami kemabangkan," ujarnya.
Dedek mengatakan untuk saat ini yang menjadi kendala dalam mengembangkan bisnisnya yakni harga lahan yang semakin tinggi, khususnya di Kota Batu, Jawa Timur.
Lahan bisnis anggrek di Kota Batu (Foto: Abdul Latif)
zoom-in-whitePerbesar
Lahan bisnis anggrek di Kota Batu (Foto: Abdul Latif)
"Kendala paling utama kalau kami mau memperluas lahan, harga tanah sudah sangat mahal. Jadi kalau 1 meter Rp 2 juta, lha kalau 2.000 meter Rp 2 miliar. Nah itu masalah," ucapnya.
Oleh karenanya Dedek menyiasatinya dengan mengajak orang yang bersedia menjadi mitranya untuk dilatih berbisnis tanaman hias Anggrek. Selanjutnya jika sudah mulai mahir akan dijadikan rekan bisnis.
"Saya bekerja sama dengan orang-orang di kawasan rumah dan pendapatan mereka rata-rata Rp 2 juta hingga Rp 7 juta per bulan, itu lahan di bawah 100 meter," katanya.
ADVERTISEMENT