ABB Prediksi Bisnis CCS di Indonesia Baru Bisa Komersial 5-10 Tahun Lagi

25 Juni 2024 17:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ABB Ltd. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ABB Ltd. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perusahaan multinasional asal Swiss, ABB Ltd, memprediksi bisnis penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture storage/CCS) di Indonesia baru akan komersial 5-10 tahun lagi.
ADVERTISEMENT
President Energy Industries Asia ABB, Anders Maltesen, mengatakan teknologi CCS sebenarnya bukan barang baru di dunia, terutama perannya untuk mengurangi emisi sektor minyak dan gas bumi (migas).
Anders menjelaskan, teknologi CCS muncul karena perusahaan migas dituntut berkomitmen dalam dekarbonisasi. Meski demikian, teknologi ini termasuk mahal sehingga butuh dukungan pendanaan yang kuat.
"Kami mungkin masih, dalam tebakan saya, setidaknya sebelum menjadi skala yang benar -benar komersial dan besar, kita butuh 5 hingga 10 tahun lagi. Itu karena butuh waktu untuk membangun," ungkapnya saat media briefing di Jakarta, Selasa (25/6).
Anders menyebutkan, walaupun sudah banyak pilot project di mana-mana, namun Indonesia masih jauh dari negara-negara di Eropa seperti Inggris dan Norwegia yang sudah banyak proyek CCS berjalan secara komersial.
ADVERTISEMENT
Adapun teknologi CCS dapat berkontribusi pada pengurangan 2 hingga 6 Gt per tahun CO2 secara global pada tahun 2050. Indonesia diperkirakan memiliki kapasitas penyimpanan hingga 400 gigaton.
Dia pun menekankan pentingnya kolaborasi antar negara dalam pengembangan bisnis CCS ini. Indonesia berpotensi meraup pasar penyimpanan dari Korea Selatan, Jepang, hingga Australia.
"Tapi ini tentang berkolaborasi. Semakin banyak kami berkolaborasi, semakin cepat yang akan kami dapatkan," pungkas Anders.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka peluang bertambahnya Proyek Strategis Nasional (PSN) dari proyek carbon capture storage (CCS) atau capture carbon utilization and storage (CCUS).
President Energy Industries Asia ABB, Anders Maltesen, saat media briefing di Jakarta, Selasa(25/6/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Saat ini, proyek CCUS yang menjadi PSN adalah proyek lanjutan BP Tangguh di Tangguh Train 3, Ubadari CCUS (UCC). Proyek ini diharapkan memproduksi gas 476 MMSCFD dan potensi CCS berkapasitas 1,8 gigaton dengan investasi USD 4 miliar.
ADVERTISEMENT
"Bisa saja, kalau PSN kan nanti diusulkan. Kalau yang saat ini yang PSN itu yang di Tangguh," ungkap Direktur Teknik dan Lingkungan Direktorat Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM, Noor Arifin Muhammad, saat ditemui di sela-sela acara IPA Convex ke-48, Rabu (15/5).
Dalam pemaparannya di plenary session IPA Convex ke-48, Noor Arifin mengatakan saat ini Indonesia memiliki 15 proyek CCS/CCUS yang masih dalam tahap studi.
Sementara 4 proyek di antaranya sudah memasuki tahap rencana pengembangan (plan of development/PoD), yaitu Sakakemang CCS, Abadi Masela CCS, Tangguh CCS (UCC), dan Sukowati CCUS.
"Kita punya potensi 570 gigaton, untuk reservoir minyak dan gas sekitar 4-5 gigaton, dan sisanya saline aquifer. Kami sudah memiliki 15 proyek," katanya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, pemerintah sedang mengebut pengesahan aturan turunan Peraturan Presiden (Perpres) No 14 Tahun Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon.
Kementerian ESDM sudah mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 2 Tahun 2023 yang memfasilitasi kegiatan CCS di wilayah kerja migas. Sementara aturan turunan untuk kegiatan CCS di luar wilayah kerja migas ditargetkan rampung 2-3 bulan lagi.