Ada 11 Juta Lapangan Kerja di Saudi, Dubes RI Siapkan Pekerja Terampil

21 Februari 2022 12:48 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dubes Indonesia untuk Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad, bersama pimpinan media di Riyadh, Arab Saudi, Minggu (20/2/2022). Foto: KBRI Riyadh
zoom-in-whitePerbesar
Dubes Indonesia untuk Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad, bersama pimpinan media di Riyadh, Arab Saudi, Minggu (20/2/2022). Foto: KBRI Riyadh
ADVERTISEMENT
Arab Saudi saat ini memiliki 11 juta lapangan pekerjaan di berbagai sektor. Rinciannya, 8 juta lapangan kerja untuk sektor formal dan 3 juta lapangan pekerjaan untuk sektor informal.
ADVERTISEMENT
Dubes RI untuk Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad, saat ini sedang menyiapkan proses penempatan pekerja Indonesia untuk mengisi sektor formal, utamanya tenaga medis.
Menurut Aziz, untuk sektor formal, gaji untuk pekerja jauh lebih tinggi dibanding sektor informal, sehingga pekerja bisa lebih sejahtera. Jenis pekerjaan formal didominasi tenaga medis, seperti dokter maupun perawat.
Aziz mengatakan, sejak beberapa waktu lalu, sebenarnya sudah ada beberapa tim medis yang sudah bekerja di berbagai RS di Arab Saudi. Dia sudah menemui mereka untuk mengetahui bagaimana mereka bekerja, termasuk menanyakan gaji mereka.
“Saya sudah bertemu 15 perawat yang bekerja di berbagai RS di Saudi. Gaji mereka sekitar 3.000 Saudi Riyal (SR). Ini gaji standar, belum termasuk kalau ada lembur,” ucapnya saat bertemu beberapa pimpinan media nasional di kantor KBRI di Riyadh, Arab Saudi, Minggu (20/2) malam.
ADVERTISEMENT
Jika dirupiahkan, para perawat Indonesia di Arab Saudi mendapatkan gaji dasar sekitar Rp 12 juta.
Dubes Aziz yang baru bertugas di Arab Saudi pada 28 Desember 2021 ini sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) dan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) untuk mengambil peluang 11 juta lapangan pekerjaan di Arab Saudi ini.
“Kami sudah melakukan pertemuan dengan Wakil Menaker beserta para Dirjen untuk membahas detail mengenai hal ini, termasuk mengenai pekerjaan-pekerjaan sektor formal apa saja yang mau kita ambil,” katanya.
Selama ini, negara-negara Asia Tenggara, seperti Filipina dan Thailand, juga mengincar peluang ini. Selain tenaga medis, tidak menutup kemungkinan Indonesia mengincar jenis pekerjaan lain.
Menurutnya, pekerja Indonesia yang akan ditempatkan di Arab Saudi adalah tenaga kerja terampil (skilled labour) dan profesional. Bila Indonesia bisa memanfaatkan lapangan pekerjaan sektor formal di Arab Saudi ini, kata Aziz, maka citra Indonesia yang selama ini hanya bisa mengirim tenaga informal, seperti asisten rumah tangga, sopir dan tenaga kebersihan, akan membaik.
Dubes Indonesia untuk Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad, saat bertemu pimpinan media di Riyadh, Arab Saudi, Minggu (20/2/2022). Foto: KBRI Riyadh
Karena itu, Aziz dan jajaran juga akan mengumpulkan diaspora Indonesia, baik yang masih berstatus WNI maupun yang memiliki keturunan Indonesia yang bekerja di sektor formal dan profesional yang sukses.
ADVERTISEMENT
“Seperti sekarang, sebenarnya ada 2 perempuan keturunan Indonesia yang menjadi dokter di sini, bahkan sudah menjadi profesor saat ini. Ada juga WNI yang sukses bekerja di sini, termasuk ada para pengajar Indonesia di berbagai universitas,” terang Aziz.
Terkait dengan masih tingginya minat pekerja Indonesia untuk bekerja di sektor domestik (informal) di Saudi, menurutnya hingga saat ini pemerintah pusat belum membuka penempatan lagi sejak 2015.
“Kalau nanti sektor domestik dibuka lagi, kami akan ikuti aturan sebagaimana yang ditetapkan pemerintah pusat, termasuk prosedur-prosedur yang harus ditaati semua pihak, terutama mereka yang akan menempatkan tenaganya di Saudi. Kami di sini kan hilir. Kalau hulunya sudah bening, di hilirnya bening juga,” kata Aziz.
ADVERTISEMENT
Tingginya minat pekerja Indonesia untuk bekerja di sektor domestik, namun masih ditutup ini memang membuka peluang bagi pekerja Indonesia untuk bekerja ke Arab Saudi tanpa prosedur. Mereka datang ke Arab Saudi menggunakan visa ziarah atau visa umrah. Saat ini, diperkirakan jumlah tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi berkisar 450 ribu orang, nomor kedua tertinggi setelah tenaga kerja Indonesia di Malaysia.
“Tapi, ini jumlah pekerja yang memiliki dokumen resmi. Bisa jadi kenyataannya jumlahnya bisa dua kali lipat atau bahkan tiga kali lipat,” ucapnya.

Pemerintah Arab Saudi Perbaiki Regulasi Perlindungan Pekerja

Sementara itu, Atas Tenaga Kerja KBRI Suseno Hadi menjelaskan, saat ini pemerintah Arab Saudi sudah memperbaiki regulasi dan tata kelola untuk perlindungan para tenaga kerja asing di sektor domestik. Pemerintah Indonesia nantinya juga akan menerapkan Sistem Penempatan Satu Kanal (SPSK).
ADVERTISEMENT
SPSK nanti akan terintegrasi secara online dengan sistem aplikasi pemerintah Arab Saudi, mulai dari pendaftaran, seleksi, penempatan, dan pemulangan. Dengan cara demikian, maka perlindungan terhadap pekerja migran akan bisa lebih baik.
Menurut Suseno, regulasi perbaikan perlindungan terhadap pekerja asing di Arab Saudi ini dilakukan sejak November 2020 lalu saat pemerintah Arab Saudi meluncurkan Labor Reform Initiative (LRI).
“Jadi LRI ini mengatur tentang perlindungan kontrak kerja untuk pekerja, kelancaran dan besaran gaji, dan menyiapkan proses dalam penyelesaian jika terjadi perselisihan,” kata Suseno.
LRI yang diluncurkan oleh Kementerian Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Sosial Arab Saudi ini bertujuan untuk membuat perubahan pada sistem sponsor saat ini yang menetapkan aturan dan regulasi untuk mobilitas pekerja asing.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, para pekerja yang berasal dari luar negeri dan disponsori oleh majikan mereka memerlukan izin jika mereka ingin beralih pekerjaan, membuka rekening bank, meninggalkan negara, atau mengikuti kegiatan administrasi lainnya. Namun, dengan adanya LRI ini pekerja asing akan lebih mudah, apabila mereka ingin meninggalkan pekerjaan setelah kontrak dengan majikan mereka kerja berakhir.
Dubes Indonesia untuk Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad, bersama pimpinan media di Riyadh, Arab Saudi, Minggu (20/2/2022). Foto: KBRI Riyadh

Pertemuan dengan Dubes Aziz

Pertemuan dengan Dubes Aziz dengan pimpinan media nasional berlangsung selama 2 jam di sebuah ruang rapat di kantor KBRI Riyadh. Turut hadir dalam pertemuan ini, Arief Hidayat (Wakil Dubes/Deputi Chief of Mission), Megah Suriyan Sanggamara (Konselor Pensosbud), para konselor, dan atase.
Pertemuan berlangsung santai dan akrab, membahas sejumlah hal. Antara lain terkait tenaga kerja Indonesia dan pelaksanaan haji dan umrah. Pertemuan dengan Aziz ini dilakukan di sela-sela pimpinan media Indonesia memenuhi undangan Kementerian Media dan Informasi Kerajaan Arab Saudi terkait peresmian hari Pendirian Kerajaan Arab Saudi yang akan berlangsung pada Selasa (22/2).
ADVERTISEMENT