Ada 3 Opsi Merger Maskapai BUMN, Rampung Akhir Desember 2023

15 November 2023 18:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia dan pesawat Citilink. Foto: aiyoshi597/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia dan pesawat Citilink. Foto: aiyoshi597/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero), Irfan Setiaputra, mengatakan konsolidasi atau merger maskapai penerbangan BUMN, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air masih mempertimbangkan tiga opsi.
ADVERTISEMENT
Irfan mengatakan, ketiga opsi akan dibahas kembali bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Dia enggan membeberkan ketiga opsi dengan rinci.
Namun, salah satu opsi yang tengah dipertimbangkan adalah penggabungan ketiga maskapai pelat merah di bawah Holding BUMN Pariwisata InJourney, sebagai Subholding Aviasi.
"Belum ada perkembangan. Opsinya tetap tiga ya. Mestinya Pak Menteri dan Wamen kembali dan kita diskusikan," ungkapnya saat ditemui di kawasan parlemen, Rabu (15/11).
Irfan memastikan, pihaknya bersama PT Pertamina (Persero), induk perusahaan PT Pelita Air Service (PAS), tengah menggodok data terkait merger ini yang nantinya akan disampaikan kepada pemerintah.
"Tim kami dan Pertamina sedang godok datanya dan nanti tinggal kita sampaikan kepada kementerian untuk disiapkan opsi terbaik. Saya harapkan Desember selesai," pungkas Irfan.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra usai RUPSLB, Jumat (12/8/2022). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Sebelumnya, Kartika alias Tiko mengungkapkan keputusan penggabungan atau merger maskapai penerbangan BUMN tersebut tergantung dari kemampuan arus kas dan restrukturisasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Tiko berkata, Kementerian BUMN sedang memeriksa kinerja keuangan Garuda Indonesia. Jika laporan arus kas emiten bersandi GIAA masih negatif, sewa pesawat atau leasing maskapai tersebut akan sulit ke depannya.
“Jadi belum ada keputusan (Pelita Air) mau ke InJourney atau Citilink, tapi tergantung dari kemampuan Garuda untuk restrukturisasi. Kita akan review hingga akhir tahun, apakah Garuda sudah sehat atau enggak di akhir tahun ini,” kata Tiko saat ditemui di Ritz Carlton Pacific Place, Senin (6/11).
Tiko menuturkan keputusan merger dua maskapai tersebut tergantung berapa lama Garuda Indonesia masih mencatatkan ekuitas negatif. Dia menyampaikan terdapat dua opsi merger, yaitu Pelita Air bergabung dalam InJourney atau Citilink.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sempat dibeberkan pula opsi di mana bergabungnya Pelita Air ke dalam Garuda Group, sehingga seluruh lisensi pesawat yang dimiliki Pelita Air akan dialihkan kepada Citilink.
Adapun Garuda Indonesia mencetak rugi bersih senilai USD 72,38 juta atau setara Rp 1,15 triliun di kuartal III 2023 (asumsi kurs Rp 15.935 per dolar AS). Kerugian tersebut berbalik dari laba bersih senilai USD 3,7 miliar atau setara Rp 58,96 triliun.