Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Ada Go-Clean, Masih Perlukah Sewa Jasa Infal ART?
12 Juni 2018 13:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Omzet yang dihasilkan dari bisnis ini pun bisa mencapai ratusan juta rupiah hanya dalam waktu satu bulan. Lalu bagaimana dengan tren bisnis infal saat ini di tengah pelemahan ekonomi dan maraknya jasa bersih-bersih rumah secara online seperti go-clean?
Pemilik Lembaga Penyalur Tenaga Kerja Tiara Bunda Kasih, Irena mengatakan, meski tahun ini orderan jasa infal di tempatnya naik 50% dibanding tahun lalu, dia mengakui jika pada 2017 itu sempat terjadi penuruan dibanding 2016. Katanya, salah satu penurunan tersebut dikarenakan perlambatan ekonomi Indonesia.
“Tahun lalu agak lesu ya karena perlambatan ekonomi atau apa. Saya kurang tahu juga,” kata Irena kepada kumparan, Selasa (12/6).
Irena merinci, tahun lalu total pekerja infal dari penyalurnya sebanyak 225 orang. Sementara pada 3 tahun sebelumnya (2014-2016) di angka 285 pekerja. Untuk tahun ini, dia memastikan akan mempekerjakan sekitar 275 orang.
ADVERTISEMENT
“Tahun lalu agak cenderung sepi. Tapi dua tahun sebelumnya bahkan tiga tahun sebelumnya itu justru banyak. Tahun ini sekitar 275 ya karena waiting list yang masuk sudah dari Mei lalu,” lanjutnya.

Selain keterlambatan ekonomi, tantangan lain yang membuat bisnis jasa infal pasang surut adalah kehadiran jasa serupa yang instan dan dijajakan secara online. Sebut saja fitur Go-Clean dari Go-Jek.
Diakui Staf LPK Lintang Pertiwi, Hani Masruroh, selain bersaing dengan Go-Clean, kehadiran calo jasa infal yang tidak memiliki izin resmi seperti penyalur, juga menjadi hambatan.
“Sekarang kan banyak dari Go-Clean. Enggak pakai jasa infal. Terus ada yang dia ambil pekerja tapi lewat calo. Itu banyak juga,” katanya kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Hani mengatakan, jasa calo infal yang tidak memiliki lembaga resmi itu mengiming-imingi calon konsumen dengan harga murah. Padahal, dari keamanan dan keahliannya belum tentu terjamin.
“Kalau majikan ambil dari calo lebih murah. Tapi datanya ada yang enggak jelas. Kalau yayasan kan tanggung jawab kalau ada apa-apa,” ucapnya.
Sementara itu, terkait persaingan ketat saat ini dengan jasa bersih-bersih online seperti Go-Clean, menurut Irena, tidak terlalu berpengaruh signifikan pada bisnisnya. Sebab, jasa yang ditawarkan Go-Clean hanya sesaat, hanya 1-2 jam saja. Menurutnya, konsumen lebih cenderung memilih lembaga penyalur resmi lantaran lebih aman.
“Kalau yang online kan kekurangannya belum tahu kualitasnya. Kalau di sini kan mereka bisa cek lembaganya. Terus prosedurnya seperti apa, legalitasnya, jadi saya rasa customer masih menjadikan lembaga prioritas mereka,” ujarnya.

Apalagi, banyak konsumennya di LPK Tiara Kasih Bunda berasal dari kalangan artis dan pejabat. Menurutnya, tidak sembarangan ART atau baby sitter yang bisa masuk dan bekerja di sana.
ADVERTISEMENT
Untuk mengimbangi gencarnya promosi Go-Clean di media sosial, katanya, justru menjadi tantangan bagi pebisnis jasa infal yang sudah lebih dulu ada agar bisa bersaing secara sehat. Salah satunya dengan ikut melakukan promosi digital marketing.
“Untuk mengimbangi itu juga kita kan selama ini juga lakukan promosi digital marketing juga ya. Promonya saja iklannya kita maksimalkan,” lanjutnya.
Lebih dari itu, katanya, dalam industri infal seperti ini, yang membuat konsumen akan kembali lagi memakai jasa kita adalah pelayanan yang diberikan selama ini ketika mereka memesan ART atau baby sitter permanen. Di tempatnya, rata-rata konsumen pernah mengambil jasa ART yang permanen sehingga saat mereka butuh jasa infal, mereka percaya kualitasnya.
“Sebuah perusahaan itu kan bisa bertahan kalau dia berkualitas. Jadi anak-anak di sini sudah dilatih. Walaupun pakai temporary, mereka tetap dapat pelatihan. Misalnya ketiaknya bau, kukunya panjang, rambutnya berkutu. Itu kita make over. Tapi terlepas dari itu kan mereka juga diajarkan etika, sopan santun bekerja, dan kewajibannya. Di samping itu juga kita banyak liputan. Jadi marketing juga,” bebernya.
ADVERTISEMENT