Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Hari ini siapa yang tidak kenal OVO . Dompet digital milik Lippo Group yang kini sukses menjadi salah satu e-wallet terbesar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Didirikan sekitar tahun 2016 lalu, aplikasi dengan icon warna ungu ini telah resmi menjadi unicorn dengan nilai valuasi USD 2,9 miliar atau sekitar Rp 40,6 triliun pada Oktober 2019 lalu.
Generasi ketiga Lippo Group , Henry Riady menceritakan ada peran tangan dingin kakeknya, Mochtar Riady dari keberhasilan OVO. Mochtar Riady merupakan sosok yang paling berpengaruh dalam pembuatan OVO.
“Tapi benar. Ide-ide OVO itu dari Ahong (sapaan keluarga kepada Mochtar Riady),” urainya dalam diskusi virtual bersama Markplus, Kamis (14/5).
Henry mengakui jika kakeknya merupakan otak di balik rancangan sistem aplikasi OVO.
“Ahong tuh yang bikin sistem arsitekturnya,” katanya.
Pada saat awal-awal pembuatan sistem aplikasi, kakeknya sempat marah karena rancangan aplikasi tidak sesuai dengan rencana. Henry mengakui membuat OVO bukanlah pekerjaan yang mudah.
Kakeknya merupakan sosok yang sangat detail dalam perencanaan. Bahkan saking detailnya, Mochtar Riady memberikan selembaran kertas yang telah ia desain sedemikian rupa untuk membuat tampilan User Interface (UI) OVO.
ADVERTISEMENT
“Banyak orang mungkin bilang, kita hire satu orang untuk bikin OVO. Padahal even the basic UI layout itu Ahong yang bikin pakai kertas. Hal-hal kecil itu seperti itu,” sambungnya.
Henry melanjutkan, salah satu ide kakeknya pada saat membuat OVO yaitu mempermudah orang untuk melakukan transaksi, menyimpan uang dan meminjam. Sebab, selama ini orang-orang yang mendapat pinjaman yaitu mereka yang memiliki akun di bank.
“Ide awalnya itu bagaimana kita bisa membuat sesuatu di mana semua orang memiliki bank account, bisa dapet loan (pinjaman),” jelasnya.
Mochtar Riady Dikenal Sederhana
Keluarga besar Mochtar Riady menilai sosok kakek berusia 91 tahun ini pekerja keras dan sangat sederhana. Henry mengungkapkan salah satu kebiasaan yang sampai saat ini masih kerap dilakukan yaitu membeli sepatu diskon di Matahari Mall.
ADVERTISEMENT
“Sepatu ke Matahari beli yang diskon. Bukannya aku enggak bisa. Tapi Ahong itu orangnya very simple,” ungkap Henry.
Selain itu, Pria kelahiran Malang ini kerap menggunakan handuk bolong-bolong pada saat mandi. Henry menuturkan jika kakeknya merupakan sosok yang sangat praktis.
“Orang mungkin banyak berfikir Ahong ini orang bankir yang kaya. Tapi ya Ahong ini orang yang begitu humble di rumah aja handuknya bolong-bolong. Jujur aja,” lanjutnya.
Contoh lainnya, kata Henry, pada saat di kantor dari jabatan cleaning service sampai pegawai atas mengenal Mochtar dengan sangat baik. Sebab, Mochtar merupakan sosok yang dinilai memiliki prinsip dan perhatian yang sangat besar terhadap sekitar.
“Sangat simple person. Keliling kalau sekarang diundang ke sana ya datang. Pagi-pagi bangun. Malem-malem ke rumah belum ada,” tutupnya.
ADVERTISEMENT