Ada Temuan Gas Baru, Industri Migas Minta Insentif Fiskal untuk Percepat Proyek

20 Agustus 2024 18:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BPMA dan Repsol Andaman B.V lakukan pemboran laut dalam di perairan Aceh. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
BPMA dan Repsol Andaman B.V lakukan pemboran laut dalam di perairan Aceh. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan kontraktor baru saja menemukan sumber daya gas bumi baru di South Andaman dan Geng North menunjukkan Indonesia memiliki hampir separuh dari cadangan gas bumi di Asia Tenggara. Penemuan ini meningkatkan minat investor global untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi.
ADVERTISEMENT
Menurut Country Head Indonesia Rystad Energy Sofwan Hadi, dukungan berbagai pihak terhadap potensi sumber daya ini bersifat mendesak agar Indonesia tidak kehilangan momentum dalam mencapai ketahanan energi nasional. Tantangannya, kata dia, dukungan untuk memonetisasi potensi sumber daya tersebut.
“Kondisinya adalah, peluang ada, potensi sangat besar, tetapi bagaimana proyek ini bisa berjalan sehingga dapat meyakinkan investor global. Itu yang harus menjadi prioritas saat ini,” kata Sofyan dalam keterangan resmi, Selasa (20/8).
Salah satu dukungan utama yang mendesak dilakukan adalah menciptakan kebijakan fiskal yang tepat, termasuk insentif dan tax regime yang bisa memastikan keekonomian proyek migas ke depan, serta keleluasaan bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terkait pilihan production sharing contract (PSC) gross split atau kembali ke cost recovery.
ADVERTISEMENT
“Ini bisa menjadi pilihan yang bagus untuk KKKS karena karakteristik setiap wilayah kerja berbeda dan membutuhkan PSC yang berbeda. Selain itu, insentif berdasarkan waktu (time-based incentive) juga bisa mendorong percepatan monetisasi proyek,” kata Sofwan.
Sejumlah pekerja Pertamina EP Papua Field memeriksa fasilitas di area pengeboran sumur eksplorasi Buah Merah (BMR)-001, Distrik Klasafet, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Dukungan mendesak lainnya adalah penetapan harga gas domestik dan infrastruktur untuk memastikan distribusi gas. Menurut dia, jika harga gas domestik tidak bisa menutup transport cost, maka yang terjadi akan mempengaruhi minat investor untuk mengembangkan proyek-proyek tersebut.
“Hal yang perlu diingat oleh para stakeholders adalah keberadaan industri migas masih memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga ketahanan dan kemandirian energi, sehingga keberpihakan menjadi kunci dan bersifat mendesak untuk mencapai hal tersebut,” kata Sofwan.

Harus Segera Monetisasi

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro menyampaikan, pihaknya terus mendorong agar monetisasi proyek-proyek yang telah dan akan berjalan dapat segera terwujud. “SKK Migas dan seluruh KKKS terus bekerja sama mengembangkan potensi migas di Indonesia untuk memperkokoh peran industri hulu migas sebagai salah satu pilar ketahanan energi,” ujar Hudi.
Suasana kilang gas Tangguh Train 3 di Lapangan Gas Tangguh, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, Jumat (24/11/2023). Foto: Dok. Kementerian ESDM
SKK Migas mencatat peningkatan realisasi produksi migas hingga 15 Agustus 2024 mencapai 1.873 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD) atau meningkat sekitar 3,4 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2023 (1.811 ribu BOEPD). Secara bulanan, hingga pertengahan Agustus 2024 produksi minyak dan gas mencapai 1.860 ribu BOEPD atau naik sekitar 3,5 persen dibandingkan pada data bulanan yang sama (1.797 ribu BOEPD).
ADVERTISEMENT
SKK Migas optimistis bahwa proyek-proyek hulu migas yang selesai di tahun ini akan memberikan penambahan produksi minyak dan gas secara signifikan. “Selain dengan menemukan sumber-sumber baru, kami juga terus mengoptimalkan sumber-sumber yang telah beroperasi,” kata Hudi.
Salah satu kontributor penambahan produksi minyak adalah proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) di blok Cepu yang mencapai 13.300 barel minyak per hari (BOPD) dari 7 sumur yang dibor hingga tahun 2025. Kontributor lain adalah optimalnya penyerapan salur gas sejak Juli 2024 serta lifting (salur gas) di 24 Juli 2024 yang menembus 5.919 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD), di atas target ABPN sebesar 5.785 MMSCFD.
SKK Migas optimistis berbagai pencapaian industri hulu migas ini akan menjadi langkah penting untuk mencapai tujuan ketahanan energi nasional. “Pencapaian ini menegaskan komitmen para pelaku industri hulu migas, termasuk seluruh KKKS, dalam mewujudkan ketahanan energi nasional sebagai kado bagi HUT ke-79 kemerdekaan Republik Indonesia,” kata Hudi.
ADVERTISEMENT