Ada Tumpahan Minyak di Karawang, Pertamina Harus Ganti Rugi ke Nelayan

29 Juli 2019 12:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ONWJ Foto: Antara/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
ONWJ Foto: Antara/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Sejak 12 Juli 2019, gelembung gas muncul di anjungan Lepas Pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java, Karawang. Dampaknya, tumpahan minyak dan gelembung gas menyebar sampai ke beberapa desa di Karawang. Nelayan pun ikut dirugikan.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Maritim Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa akan ada biaya kompensasi bagi para nelayan yang terkena dampak tumpahan minyak di Pantai Utara, Karawang, Jawa Barat.
Kendati demikian, dia tidak mengetahui dengan jelas total biaya yang disiapkan karena hal itu merupakan tanggung jawab PT Pertamina (Persero).
"Iya, jadi semua akan dikasih, dibayar kompensasinya oleh mereka (Pertamina)," kata Luhut di Kompleks Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (29/7).
Luhut Panjaitan Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Sementara terkait penanganan masalah tumpahan minyak dan gelembung gas, Luhut mengatakan sudah mendapatkan informasi bahwa bisa ditangani dengan baik oleh Pertamina. Apalagi, Pertamina sudah melibatkan perusahaan dari Amerika Serikat, Boots & Coots, yang berpengalaman mengatasi tumpahan minyak.
"Tadi sudah diatasi dengan baik. Kemarin Direktur Hulu Pertamina (Dharmawan Samsu), Jumat (26/7) sudah informasikan ke saya bahwa mereka hired perusahaan penanggulangan bencana yang terkenal itu, yang menangani Gulf of Mexico," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Saya kira sudah ditangani dengan baik. Kejadian kecelakaan ini kan bisa terjadi di mana saja," tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, saat ini perusahaan dalam posisi standby untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk. Ada 27 kapal yang disediakan dan 12 oil boom untuk menyapu tumpahan minyak.
"Sudah tertangani dengan persiapan. Bukannya ada masalah baru siap, tapi sudah kita siapkan semua, standby, jadi diperlukan sudah. Yang masuk ke laut sudah (ada) minyaknya, langsung kita sapu dengan oil boom. Sangat (efektif)," kata dia.
Gelembung gas di sekitar sumur pertama kali muncul pada 12 Juli 2019. Gas kembali muncul dalam jumlah banyak 3 hari kemudian. PHE ONWJ pun langsung menarik semua kru di lapangan untuk keluar area berjumlah 60 orang. Hingga kini, perusahaan dan berbagai pihak terkait masih menganalisis penyebab terjadinya semburan.
ADVERTISEMENT