Ada Uang Kertas Baru, BI Tetap Produksi Logam Nominal Rp 1.000 Versi Lama

18 Agustus 2022 18:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gambar I Gusti Ketut Pudja pada pecahan uang logam Rp 1.000 tahun emisi 2016. Foto: Bagus Permadi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gambar I Gusti Ketut Pudja pada pecahan uang logam Rp 1.000 tahun emisi 2016. Foto: Bagus Permadi/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia secara resmi mengeluarkan uang rupiah kertas dengan desain baru (Uang TE 2022) per hari ini, Kamis (18/8). Ada tujuh pecahan uang kertas yang diterbitkan dengan desain baru mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 100.000.
ADVERTISEMENT
Ketujuh pecahan ini resmi menjadi pembayaran yang sah mulai 17 Agustus 2022. Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim mengatakan penerbitan uang kertas tahun emisi 2022 juga menandai penghentian produksi uang kertas tahun emisi 2016.
“Emisi lama tidak kita cetak lagi,” ujar Marlinson saat konferensi pers BI, Kamis (18/8).
Meski begitu, khusus untuk pecahan Rp 1.000 yang memiliki cetakan logam dan kertas, BI mengatakan akan terus mencetak keduanya, karena uang Rp 1.000 logam masih memiliki fungsi yang sangat spesifik.
Uang Rupiah kertas terbaru tahun emisi 2022. Foto: Bank Indonesia
Marlinson memberikan contoh seperti kegiatan jimpitan siskamling di Jogja membutuhkan sekali uang logam Rp 1.000 karena tidak mudah terbawa angin layaknya uang kertas. Ia menuturkan pencetakan dan distribusi uang oleh BI selalu memikirkan kondisi rakyat yang memakainya.
ADVERTISEMENT
“Filosofi BI adalah menyediakan uang kartal yang cukup dengan kondisi layak edar dan sesuai denominasi uang masyarakat.” pungkas Marlinson.
Marlinson menambahkan bahwa percetakan uang logam ini memang berangsur-angsur menurun, karena banyak pecahan uang kecil yang mulai digantikan dengan uang digital atau non-tunai. Contohnya adalah transaksi di jalan tol yang sekarang tidak lagi menerima uang tunai. Dikatakan oleh Marlinson dulu permintaan uang kecil sangat banyak dari tol, sekarang sudah berkurang drastis.
Reporter: Nabil Ghazi Jahja