Adaro Cetak Laba Rp 2,27 Triliun di Semester I 2020, Anjlok 47,7 Persen

28 Agustus 2020 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan penurunan laba tahun berjalan pada kinerja keuangan semester I 2020. Dalam laporan keuangan terbaru perusahaan, laba Adaro sebesar USD 155,09 juta atau setara Rp 2,27 triliun (kurs Rp 14.700) atau anjlok 487,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu USD 296,85 juta.
ADVERTISEMENT
Penurunan laba ini terjadi karena pendapatan usaha perusahaan turun 23 persen dari USD 1,77 miliar menjadi USD 1,36 miliar. Beban pokok pendapatan juga tercatat minus USD 1,040 miliar.
Berbagai pos pendapatan perusahaan tercatat turun. Pertama, pos pendapatan pertambangan batu bara turun 23 persen dari USD 1,61 miliar menjadi USD 1,26 miliar. Kedua, pendapatan usaha di jasa pertambangan dan lainnya anjlok 28 persen.
Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, pandemi COVID-19 memang membuat ekonomi melambat. Industri batu bara pun mengalami tekanan dari sisi produksi dan permintaan. Meski begitu, Adaro berupaya mempertahankan kinerja keuangannya dan likuiditas yang tinggi.
“Kita tidak dapat memungkiri bahwa kinerja Adaro pada semester I 2020 tidak kebal dari dampak penurunan permintaan batu bara yang terjadi karena wabah COVID-19," kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (28/8).
Presiden direktur Adaro energy Garibaldi Thohir Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Meski begitu, Garibaldi optimistis perusahaan bisa mendongkrak kinerja keuangan lebih baik dengan memaksimalkan upaya untuk terus berfokus pada keunggulan operasional bisnis inti perusahaan, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga kas, dan
ADVERTISEMENT
mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak terhadap sebagian besar dunia usaha.
"Walaupun masih harus menghadapi tantangan ini untuk beberapa saat ke depan, kami tetap yakin bahwa fundamental sektor batu bara dan energi di jangka panjang tetap kokoh, terutama karena dukungan aktivitas pembangunan di negara-negara Asia," terangnya.

Adaro Pangkas Belanja Modal

Direktur Keuangan Adaro Lie Luckman mengatakan, untuk melakukan efisiensi, perusahaan pun memangkas belanja modal atau capital expenditure (capex) dari USD 350-400 juta menjadi USD 200-250 juta tahun ini. Revisi capex dilakukan dengan hati-hati sambil memilih investasi yang diprioritaskan.
"Capex kita ada revisi bujet. Tapi revisi ini kita lakukan hati-hati. Kita enggak mengorbankan produktivitas alat-alat. Kita mengurangi alat-alat yang masih bisa dibutuhkan dalam jangka waktu panjang. Maintenance dan capex esensial tetap masih kita lakukan," Luckman dalam konferensi pers virtual yang diadakan Bursa Efek Indonesia, Jumat (28/8).
ADVERTISEMENT