Adaro Dituding Lakukan Penghindaran Pajak

4 Juli 2019 18:23 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
Adaro Energy, salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia milik pengusaha Garibaldi Thohir (Boy Thohir), dituding melakukan penghindaran pajak. Laporan Global Witness menyatakan, Adaro memindahkan sejumlah laba yang didapatkan dari batu bara yang ditambang di Indonesia ke jaringan perusahaan luar negerinya.
ADVERTISEMENT
Menurut Global Witness, sejak 2009 sampai 2017, Adaro melalui salah satu anak perusahaannya di Singapura, Coaltrade Services International, telah mengatur sedemikian rupa sehingga mereka bisa membayar pajak USD 125 juta lebih rendah daripada yang seharusnya dibayarkan di Indonesia.
"Adaro mengembangkan jaringan luar negerinya dan memindahkan sejumlah besar uang keluar Indonesia," ujar Manajer Kampanye Perubahan Iklim untuk Global Witness, Stuart McWilliam, dalam keterangan resmi, Kamis (4/6).
"Laporan keuangan perusahaan yang kami selidiki menunjukkan bahwa nilai total komisi penjualan yang diterima Coaltrade di negara dengan tingkat pajak rendah seperti Singapura, telah meningkat dari rata-rata tahunan USD 4 juta dolar AS sebelum 2009, ke USD 55 juta dari tahun 2009 sampai 2017," ia menambahkan.
Area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Kata Stuart, lebih dari 70 persen batu bara yang dijual Coaltrade berasal dari anak perusahaan Adaro di Indonesia. Peningkatan pembayaran ini juga mendorong peningkatan keuntungan mereka di Singapura, di mana mereka dikenakan pajak dengan tingkat rata-rata tahunan sebesar 10 persen.
ADVERTISEMENT
"Keuntungan dari komisi yang berasal dari perdagangan batu bara Adaro yang ditambang di Indonesia seharusnya dapat dikenakan pajak di Indonesia dengan tingkat pajak yang lebih tinggi, yaitu 50 persen," ucapnya.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Adaro membantah semua tudingan dari Global Witness. Adaro menyatakan, sebagai perusahaan publik telah menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan senantiasa patuh terhadap aturan yang berlaku, termasuk aturan perpajakan.
"Perlu kami sampaikan bahwa Coaltrade Services International Pte. Ltd merupakan salah satu perusahaan grup Adaro yang berbasis di Singapura untuk memasarkan batu bara Adaro di pasar internasional (ekspor). Sebagai kantor pemasaran internasional, Coaltrade Services International Pte. Ltd berperan penting untuk memperluas pasar internasional dengan tetap berpegangan pada ketentuan Harga Patokan Batubara (HPB) serta aturan perpajakan dan royalti yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia," tegas Head Of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk Febriati Nadira kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
"Informasi yang berkaitan dengan transaksi afiliasi dengan Coaltrade Services International Pte. Ltd serta pembayaran pajak dan royalti sudah diungkapkan di dalam laporan keuangan perusahaan, yang dapat dilihat di situs resmi perusahaan (www.adaro.com) dan regulator (www.idx.co.id)," ia melanjutkan.
Nadira juga menyatakan, selama bertahun-tahun Adaro terpilih sebagai salah satu Wajib Pajak yang menerima apresiasi dan penghargaan atas kontribusinya terhadap penerimaan negara, patuh terhadap peraturan perpajakan serta responsif.
"Sebagai perusahaan nasional, Adaro berkomitmen untuk berkontribusi bagi pembangunan dan kemajuan ekonomi Indonesia melalui pembayaran pajak dan royalti. Tahun 2018 Adaro telah memberikan kontribusi kepada negara senilai total USD 721 juta (USD 378 juta dalam bentuk royalti dan USD 343 juta dalam bentuk pajak)," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, pemegang saham mayoritas Adaro Energy dimiliki PT Adaro Strategic Investment sebesar 43,91 persen dan Boy Thohir 6,18 persen.
Selain itu, Edwin Soeryadjaya 3,29 persen, TP Rachmat 2,26 persen, Arini Saraswaty Subianto 0,04 persen, Christian Ariano Rachmat 0,06 persen, Chia Ah Hoo 0,03 persen, dan Julius Aslan 0,05 persen, sisanya publik.