Adaro Target PLTU Batang Sumbang hingga Rp 593 Miliar per Tahun

12 September 2022 12:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
RUPST PT Adaro Energy. Foto: Antara/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
RUPST PT Adaro Energy. Foto: Antara/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) resmi mengoperasikan PLTU Batang atau proyek Bhimasena Power Indonesia (BPI) pada akhir Agustus 2022. Pengoperasian BPI ini sebelumnya sempat tertunda dari rencana awal pada 2021 karena kendala masalah teknis.
ADVERTISEMENT
Direktur PT Adaro Energy Tbk M Syah Indra Aman menyatakan, jadwal operasi (Commercial Operation Date/COD) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang di Jawa Tengah telah beroperasi sejak 31 Agustus 2022.
"Alhamdulillah bahwa PLTU Bhimasena sudah mencapai commercial operation date tanggal 31 Agustus yang lalu. Ini menandakan bahwa secara teknis yang sudah digariskan, PLTU Bhimasena dinyatakan sudah commercial operation" ujar Indra dalam public expose live 2022, Senin (12/9).
PLTU Batang digarap dengan nilai investasi USD 4,2 miliar atau setara sekitar Rp 62,16 triliun, dengan kapasitas sebesar 2 x 1.000 megawatt (MW). Adapun proyek ini dibangun oleh PT Bhimasena Power (BPI) yang merupakan perusahaan patungan antara PT Adaro Power dengan perusahaan Jepang, J-Power‎ dan Itochu Corporation.
ADVERTISEMENT
JPower dan Itochu juga bergabung dalam proyek ini dengan porsi kepemilikan masing-masing 34 persen dan 32 persen. Tidak hanya itu, Adaro Power memiliki porsi kepemilikan saham hingga 34 persen.
Chief Financial Officer Adaro Lie Luckman berharap bahwa pengoperasian PLTU Batang secara penuh dapat menopang keuntungan Adaro sekitar USD 35 hingga 40 juta per tahunnya, setara dengan hingga Rp 593,8 miliar (kurs dolar Rp 14.846).
"Kami mengharapkan untuk BPI, setelah beroperasi penuh diharapkan dapat menambah kita punya profit sekitar USD 35-40 juta per tahun," kata Luckman.
Sebelumnya, Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir mengungkapkan hambatan yang terjadi pada proyek PLTU yang disebut terbesar di Indonesia ini bukan karena disengaja perusahaan. Tertundanya operasional pembangkit kala itu lantaran PT PLN (Persero) sebagai pembeli listrik mengalami kelebihan pasokan.
ADVERTISEMENT
"Memang di satu sisi seperti biasa, namanya proyek kadang ada hambatan teknis dan lainnya. Tapi di lain sisi, bukan karena by default. Pihak PLN juga dalam hal ini dalam kondisi over supply. Kita bukan mau terlambat, tapi pas timing-nya," ujar pria yang akrab disapa Boy Thohir itu.